tag:blogger.com,1999:blog-58117041871120594712024-03-12T17:12:15.138-07:00Dunia IslamHai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.comBlogger143125tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-37280108292998422992011-12-11T06:50:00.001-08:002011-12-11T06:54:44.231-08:00Saatnya untuk menikah<br />
Saatnya untuk menikah, kata-kata itulah yang kali ini
terngiang-ngiang selalu di pikirannya, memenuhi relung hatinya, dan
merasuki berbagai macam kegiatan yang ia lakukan.<br />
Menikah, sebuah
fitrah yang memang Allah ciptakan untuk menjadikan ketenangan bagi
manusia. Ialah yang merupakan sebuah labuhan hati untuk jiwa-jiwa yang
rindu akan kesucian cinta dan hakikinya hubungan manusia dengan
Tuhannya. Menikah bukan hanya sekedar pemenuhan hawa nafsu atau
keinginan untuk bersama antara dua insan saja, tapi lebih kepada sebuah
jalan bagi para pembangun peradaban. Pernikahanlah yang menjadi sebuah
titik tolak awal kebangkitan umat. Pernikahan yang baik dan suci serta
pendidikan keluarga yang tarbawi-lah yang menjadi momentum yang akan
membawa energi perubahan di masa mendatang.<br />
<br />
Menikah bukanlah hal
yang sederhana namun pula tak pantas untuk membuatnya menjadi kompleks
yang akhirnya menghilangkan makna keindahannya. Menikah akan
mempertemukan dua manusia yang memiliki karakteristik jiwa yang berbeda
satu sama lainnya namun memiliki ketertarikan yang tak mampu dijelaskan
dengan kata-kata biasa, sekalipun oleh para pujangga. Ia seolah seperti
sebuah energi yang tersimpan kuat di dalam dada setiap manusia,
terkadang tenang, terkadang bergolak, dan akhirnya ingin bertemu pada
muara yang sama.<br />
<br />
Sebuah jiwa yang telah resah di hari-harinya
seolah seluruh dunianya telah berubah karena ia seperti kehilangan
separuh hatinya. Sebenarnya bukan kehilangan tepatnya, namun ia hanya
belum menemukan. Puisi-puisi, syair-syair, bahkan nasihat dari para
bijak bestari pun tak lagi memiliki arti bagi para jiwa yang sudah tak
kuasa ‘tuk segera menggenapkan diri.<br />
<br />
“Lalu, apa? Apa yang sebaiknya aku lakukan?”<br />
Rasulullah
saw pernah bersabda, “Tak ada yang bisa dilihat lebih indah dari
orang-orang yang SALING MENCINTAI seperti halnya PERNIKAHAN” (HR. Al
Hakim).<br />
<br />
Cinta antara dua manusia, antara dua jiwa yang berbeda
namun entah mengapa tiba-tiba mereka memiliki frekuensi yang sama,
harus bermuara dalam pernikahan. Tidak bisa tidak, tak ada lagi tawaran
lain selain pernikahan. Hubungan-hubungan palsu duniawi yang lemah
tidak akan pernah mampu menggantikan ajeg dan kokohnya tali cinta dalam
pernikahan.<br />
<br />
Sekali lagi, mari ingatlah, pernikahan bukanlah hal
yang mudah namun tidak pantas pula untuk mempersulitnya. Banyak yang
ragu dan enggan untuk memulai. Bisa disebabkan karena kondisi keuangan,
kondisi pribadi, hingga kondisi keluarga. Seorang pemuda yang telah
jatuh hati pada wanita idamannya hanya akan memiliki dua pilihan,
meminang wanita itu hingga akhirnya menikah, atau izinkan laki-laki
shalih<br />
lainnya untuk meminangnya. Dia tak bisa memberikan
janji-janji pemenuh kebutaan syahwat yang pada akhirnya hanya akan
menyakiti kedua belah pihak, entah akhirnya mereka benar-benar menikah
atau tidak.<br />
Setelah meminang, hanya akan keluar dua kalimat indah
yang telah diajarkan oleh manusia paling mulia, Rasulullah saw.
Katakan, “Alhamdulillah” jika engkau diterima, dan gelorakan, “Allahu
Akbar” jika pinanganmu ditolaknya, sederhana. Sederhana pada
pelaksanaannya namun hati, hati adalah rongga yang begitu dalam dan
memiliki detak dan debar yang tidak sederhana. Maka di sinilah diuji
keimanan manusia, apakah ia ridha dengan keputusan Tuhannya, Tuhan yang
telah membuat ia dari saat sebelumnya ia bukan apa-apa, Tuhan yang
telah memberikan nikmat yang sama sekali tidak mampu terhitung
jumlahnya, dan tentu saja Tuhan yang telah menyematkan cinta yang
begitu indah di dalam hatinya, atau ia merasa kecewa, tidak ikhlas,
hingga akhirnya gerutu dan umpatan keluar dari lidah dan lisannya.<br />
<br />
Sungguh
kawan, cinta dua insan tidaklah mampu disembunyikan. Layaknya Abdullah
bin Abu Bakar dan istrinya Atikah. Kenikmatan dan indahnya cinta yang
akhirnya mereka rasakan dalam pernikahan membuat Abdullah lalai akan
mengingat Tuhannya, bahkan hingga syuruq pun belum terlihat batang
hidungnya di antara para jamaah shalat subuh. Maka, Abu Bakar, ayahnya,
meminta untuk menceraikan istrinya. Perasaan apa yang ada di hatinya?
Wanita yang begitu ia cintai, yang akhirnya ia dapatkan dengan cara
halal dan suci harus ia lepaskan begitu saja! Siapa?! Siapa?! Siapa
yang tidak akan menangis begitu dalam ketika harus menerima kenyataan
ini. Siapa yang tidak akan menggubah syair yang memilukan jika harus
menghadapi ini? Tetapi, perintah orang tua-lah yang ia utamakan, karena
ia tahu ridha Allah berada pada ridha orang tua dan murka Allah berada
pada murka orang tua.<br />
<br />
Hari-hari kedua insan itu hanya dilalui
seolah dua orang pesakitan yang tidak lagi memiliki harapan hidup,
karena sebagian jiwa mereka hilang dan tidak mampu tergantikan kecuali
kembali digenapkan. Akhirnya, Allah mengizinkan untuk mereka berkumpul
kembali dalam siraman ridha Illahi.<br />
Kawan, pernikahan membutuhkan
persiapan. Ada dua hal mendasar yang memiliki batas yang hampir-hampir
saling bersinggungan satu dengan yang lainnya, yaitu antara
menyegerakan dan tergesa-gesa. Rasulullah saw bersabda, “<em>Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu </em>ba`ah<em>, maka hendaklah ia menikah, karena pernikahan lebih dapat menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan farji…</em>“(HR. Bukhari dan Muslim).<br />
<br />
Apakah
itu ba’ah wahai saudaraku? Ibnu Qayyim al-Jauziy berkata bahwa ba’ah
adalah kemampuan biologis untuk berjima’. Namun, beberapa ulama ada
yang menambahkan bahwa ba’ah adalah mahar (mas kawin), nafkah, juga
penyediaan tempat tinggal. Kita tak mampu menutup mata dari berbagai
kebutuhan yang harus terpenuhi ketika dua insan telah menyatu di dalam
pernikahan.<br />
Ada beberapa hal penting yang harus dipersiapkan
menuju pernikahan. Sebuah bekal yang akan mempermudah dua insan untuk
berjalan di jalur yang sama dalam pernikahan.<br />
1. Persiapan ruhiyah<br />
Saat
pernikahan hanyalah memiliki satu niat, untuk semakin mendekatkan diri
pada Tuhannya, sehingga Allah akan berkenan untuk meridhainya. Niat
paling murni dan penuh keikhlasan dari seorang hamba. Dengan niat yang
lurus ini seseorang akan yakin dan percaya bahwa Allah hanya akan
memberikan yang terbaik untuknya, yang terbaik, yang terbaik, sekali
lagi, yang terbaik. Tidak ada pilihan lainnya. Tentu saja hal ini tidak
akan datang begitu saja, melainkan melalui proses perbaikan diri,
perbaikan kualitas ibadah, dan pemurnian hati.<br />
2. Persiapan ilmu<br />
Saat
dua paradigma berpikir disatukan, maka ia akan menemui benturan dan adu
argumen antara keduanya. Persiapan ilmu dibutuhkan untuk mempersiapkan
dan menyelaraskan perbedaan pandangan yang akan ditemukan ketika dua
insan telah berada pada bahtera yang sama. Tanpa persiapan ilmu yang
cukup, yang ada hanya pertengkaran dan tidak adanya pengertian antara
yang satu dengan yang lainnya.<br />
3. Persiapan fisik<br />
Adalah
cinta membutuhkan energi untuk hidup dan tetap menyala, maka seperti
itulah yang dibutuhkan dalam kehidupan rumah tangga. Adalah bodoh
ketika seorang suami hanya memberikan cinta tanpa menafkahi istri dan
anak-anaknya. Cinta bukanlah khayalan dan fatamorgana, namun cinta
adalah kenyataan yang dihadapi di depan mata. Fisik keduanya harus
kuat, baik untuk membangun cinta juga untuk membangun keluarga. Hingga
akhirnya cinta akan tetap hidup dalam bahtera keduanya.<br />
4. Mengenal calon pasangan<br />
Kenali
ia dengan bertanya kepada keluarga atau orang yang shalih dan dapat
dipercaya. Berjalan dengan mata tertutup adalah kebodohan yang nyata
yang akan membawa mudharat baginya. Maka, lihat dan kenalilah calon
pasanganmu dan berdoalah agar Allah memberikan yang terbaik untukmu.
Satu hal yang perlu diingat kawan! Mengenal pasangan bukanlah dengan
engkau berjalan berdua dengannya memadu cinta kasih yang sama sekali
Allah haramkan hubungannya. Sama sekali tidak! Dengan itu kau hanya
belajar menjadi kekasih yang baik, bukan istri/suami yang baik.
Percayalah, pernikahan tak sama dengan hubungan semu yang sedang kau
jalin bersamanya. Saat kau menikah tetap akan ada hal-hal baru yang
sama sekali tidak kau ketahui dan itu jauh berbeda. Jika hasilnya sama,
mengapa memilih jalan yang penuh duri dan sama sekali tidak mengandung
ridha-Nya?<br />
5. Lurusnya niat<br />
Meskipun telah disinggung pada
poin pertama, namun lurusnya niat bukanlah hal mudah untuk dilakukan.
Ia harus terhindar dari riya’ dan sum’ah, dari dengki dan iri, dan dari
berbagai sifat yang merusak hati serta merusak hubungan dengan
Tuhannya. Karena segala sesuatu berawal dan berakhir dari niatnya.<br />
Cinta
bukanlah satu hal pasif yang tidak membutuhkan energi dan pengorbanan
untuk meraihnya namun ia adalah energi yang membutuhkan kerja keras dan
berbagai pengorbanan, membutuhkan keikhlasan dan jernihnya hati, dan
membutuhkan penyerahan diri pada pemilik cinta yang hakiki.<br />
Biarlah
cintamu tumbuh berkembang, akarnya menghujam bumi, daunnya berdesir
mengikuti alunan angin, dan buahnya manis, serta bunganya indah merona,
karena kau serahkan segalanya kepada Allah, Tuhan yang menciptakan
cinta itu sendiri.<br />
<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;">
<br />Sumber: <a href="http://www.dakwatuna.com/2011/12/16923/saatnya-untuk-menikah/#ixzz1gEmqmmWg" style="color: #003399;">http://www.dakwatuna.com/2011/12/16923/saatnya-untuk-menikah/#ixzz1gEmqmmWg</a></div><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-68404431359557480052011-12-03T04:05:00.001-08:002011-12-03T04:09:25.187-08:00Hikmah Doa Penjual Tempe<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhH9LJNJR1ylrj0BER3RyM3RVJcQovsjhXAWWLXE_sOqKU-AFZ5f11uWkhnkhv-8077fstgnxajEboNya5KTOPXqcpjkWpvp02aXJljHdXPiMnmjVmn9FVsnCNYPTt8k1FmMNcUE4aiSbsh/s1600/old-lady.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhH9LJNJR1ylrj0BER3RyM3RVJcQovsjhXAWWLXE_sOqKU-AFZ5f11uWkhnkhv-8077fstgnxajEboNya5KTOPXqcpjkWpvp02aXJljHdXPiMnmjVmn9FVsnCNYPTt8k1FmMNcUE4aiSbsh/s320/old-lady.jpg" width="219" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada sebuah kampung di pedalaman Tanah Jawa. Disitu ada seorang
perempuan tua yang sangat kuat beribadat. Pekerjaannya ialah membuat
tempe dan menjualnya di pasar setiap hari. Ia merupakan satu-satunya
sumber pendapatannya untuk menyambung hidup. Tempe yang dijualnya
merupakan tempe yang dibuatnya sendiri.Pada suatu pagi, seperti biasa,
ketika beliau sedang bersiap-siap untuk pergi menjual tempenya, tiba
tiba dia tersadar yang tempenya yang diperbuat dari kacang kedelai hari
itu baru separuh jadi. Diperiksanya beberapa bungkusan yang lain.
Ternyatalah semuanya belum jadi.Perempuan tua itu berasa amat sedih
sebab tempe separuh jadi pasti tidak akan laku dan tiadalah rezekinya
pada hari itu. Dalam suasana hatinya yang sedih, dia yang memang kuat
beribadah teringat akan firman Allah yang menyatakan bahawa Allah dapat
melakukan perkara-perkara ajaib,bahwa bagiNya tiada yang mustahil.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu diapun mengangkat kedua tangannya sambil berdoa , “Ya Allah , aku
memohon kepadaMu agar kacang kedelai ini menjadi tempe. Amin”Begitulah
doa ringkas yang dipanjatkan dengan sepenuh hatinya. Dia sangat yakin
bahawa Allah pasti mengabulkan doanya. Dengan tenang perempuan tua itu
menekan-nekan bungkusan bakal tempe dengan ujung jarinya dan dia pun
membuka sikit bungkusan itu untuk menyaksikan keajaiban kacang kedelai
itu menjadi tempe. Namun, dia termenung seketika sebab kacang tu masih
tetap kacang kedelai.Namun dia tidak putus asa, sebaliknya berfikir
mungkin doanya kurang jelas didengar oleh Allah. Maka dia pun
mengangkat kedua tangannya semula dan berdoa lagi. “Ya Allah, aku tahu
bahawa tiada yang mustahil bagiMu. Bantulah aku supaya hari ini aku
dapat menjual tempe karena inilah mata pencarianku. Aku mohon agar
jadikanlah kacang kedelaiku ini menjadi tempe, Amin”.Dengan penuh
harapan dan debaran dia pun sekali lagi membuka sedikit bungkusan tu.
Apakah yang terjadi? Dia termangu dan heran karena tempenya masih tetap
begitu!! Sementara itu hari pun semakin meninggi sudah tentu pasar
sudah mula didatangi orang ramai. Dia tetap tidak kecewa atas doanya
yang belum terkabul.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Walau bagaimanapun kerana
keyakinannya yg sangat tinggi dia berenca untuk tetap pergi ke pasar
membawa barang jualannya itu. Perempuan tua itu pun berserah pada Tuhan
dan meneruskan bepergian ke pasar sambil berdoa dengan harapan apabila
sampai di pasar kesemua tempenya akan jadi.Dia berfikir mungkin
keajaiban Allah akan terjadi dalam perjalanannya ke pasar. Sebelum
keluar dari rumah, dia sempat mengangkat kedua tangannya untuk berdoa.
“Ya Allah, aku percaya, Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku
berjalan menuju ke pasar, Engkau kurniakanlah keajaiban ini buatku,
jadikanlah tempe ini. Amin”. Lalu dia pun berangkat. Di sepanjang
perjalanan dia tetap tidak lupa membaca doa di dalam hatinya. Sesampai
di pasar, segera dia meletakkan barang-barangnya. Hatinya betul-betul
yakin yang tempenya sekarang mesti sudah jadi. Dengan hati yg
berdebar-debar dia pun membuka bakulnya dan menekan-nekan dengan
jarinya setiap bungkusan tempe yang ada.Perlahan-lahan dia membuka
sedikit daun pembungkusnya dan melihat isinya. Apa yang terjadi?
Tempenya masih setengah jadi!! Dia lalu menarik nafas dalam-dalam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hatinya sudah mula merasa sedikit kecewa dan putus asa kepada
Allah karena doanya tidak dikabulkan. Dia berasakan Tuhan tidak adil.
Tuhan tidak kasihan padanya, inilah satu-satunya puncak rezekinya,
hasil jualan tempe. Dia akhirnya cuma duduk sahaja tanpa memamerkan
barang jualannya sebab dia berasakan bahwa tiada orang yang akan
membeli tempe yang baru separuh menjadi. Sementara itu hari pun semakin
petang dan pasar sudah mulai sepi, para pembeli sudah mulai kurang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia
meninjau-ninjau kawan-kawan sesama penjual tempe, tempe mereka sudah
hampir habis. Dia tertunduk lesu seperti tidak sanggup menghadapi
kenyataan bahawa hari ini tiada hasil jualan yang boleh dibawa pulang.
Namun jauh di sudut hatinya masih menaruh harapan terakhir kepada
Allah, pasti Allah akan menolongnya. Walaupun dia tahu bahawa pada hari
itu dia tidak akan dapat pendapatan langsung, namun dia tetap berdoa
buat kali terakhir, “Ya Allah,berikanlah penyelesaian terbaik terhadap
tempeku yang setengah ini.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba dia dikejutkan dengan
teguran seorang wanita. “Maaf ya, saya ingin bertanya, Apakah Ibu
menjual tempe yang belum menjadi? Dari tadi saya sudah pusing keliling
pasar ini untuk mencarinya tapi masih belum menemukannya.” Dia
termenung dan terkejut seketika. Hatinya terkejut sebab sejak berpuluh
tahun menjual tempe, tidak pernah seorang pun pelanggannya mencari
tempe yang belum menjadi. Sebelum dia menjawab sapaan wanita di
depannya itu, cepat-cepat dia berdoa di dalam hatinya”Ya Allah, saat
ini aku tidak mahu tempe ini menjadi lagi. Biarlah tempe ini seperti
semula, Amin”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum dia menjawab pertanyaan wanita
itu, dia membuka sedikit daun penutup tempenya. Alangkah senangnya dia,
ternyata memang benar tempenya masih setengah jadi! Dia pun rasa
gembira dalam hatinya dan bersyukur pada Allah. Wanita itu pun
memborong habis kesemua tempenya yang setengah jadi itu. Sebelum wanita
tu pergi, dia sempat bertanya wanita itu, “Mengapa hendak membeli tempe
yang belum jadi?” Wanita itu menerangkan bahawa anaknya yang kini
berada di Inggris ingin makan tempe dari desa. Melihat tempe itu akan
dikirimkan ke Inggris, si ibu tadi harus membeli tempe yang setengah
jadi supaya apabila sampai di Inggris nanti akan menjadi tempe yang
jadi dan sempurna. Kalau dikirimkan tempe yang sudah jadi, nanti di
sana tempe itu sudah tidak baik lagi dan rasanya pun kurang sedap.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perempuan
tua itu pun keheranan dan berfikir rupa-rupanya inti doanya akan hajat
rezeki dimakbulkan oleh Tuhan, walaupun bentuk fisiknya tidak sesuai
dengan keinginannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sering kali manusia menempatkan
Allah sebagai objek yang dapat di suruh-suruh mengabulkan doa. Jika
kasusnya seperti ini, maka siapa yang penguasa, siapa yang hamba ?
Bukankah posisinya jadi terbalik ? Dalam cerita ini Allah mendidik si
tukang tempe bahwa Allah bukan objek dari doa. Allah bukanlah Dzat yang
bisa diperintahkan / dipaksa untuk mengabulkan doa hamba-Nya yang
lemah.Dengan kemaha-tahuannya, Allah memberikan yang lebih baik dari
perkiraan sang hamba, sesuai denga rancangan-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Janganlah berputus asa terhadap Allah yang rezekimu ada di tangan-Nya.
Penuhi hak-hak Allah darimu dengan berusaha dan berdoa, selebihnya,
biarlah Allah yang memilihkan yang terbaik untukmu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Barangkali saja doa kita kepada yang serba maha belumlah doa yang sopan dan belum memenuhi adab yang sepantasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wahb
bin Munabbih berkata : Saya telah membaca dalam kitab-kitab Allah yang
dahulu. Firman Allah :Hai anak adam, taatilah perintah-Ku dan jangan
engkau memberitahuku apa kebutuhan yang baik bagimu (Jangan engkau
mengajari Ku apa yang terbaik bagimu). Sesungguhnya Aku telah
mengetahui kepentingan hamba-Ku. Aku memuliakan siapa yang patuh kepada
perintah-Ku, dan menghina siapa saja yang meremehkan-ku. Aku tidak
menghiraukan kepentingan hamba-Ku, sehingga hamba-Ku memperhatikan
hak-Ku (yakni kewajiban terhadap Aku).</div>
<div style="text-align: justify;">
Sungguh, hikmah dari Allah terserak di mana-mana, bahkan penjual tempe mendapatkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber: http://ilmu-ilmu-islam.blogspot.com/2010/05/hikmah-doa-penjual-tempe.html</div><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-68761012086365296052011-10-16T22:32:00.000-07:002011-12-03T04:13:11.910-08:00Cintanya yang Begitu Tulus<span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkimpoianku, aku juga membenci kedua orangtuaku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgD_UyFJWddamUUAjUulSeg088qwEqOC_jtWZg46IQaOcVUim-aQCCu34U6I6ieRlJdNa1Ol27jdnfycVoM2_ARqYW_DMM7F_hAuE1YB_ls9vLBKnVZtb7oC0GevCfm5UtEp1_o7LJSJZ1D/s1600/hate_love_by_hiriell.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><img border="0" height="235" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgD_UyFJWddamUUAjUulSeg088qwEqOC_jtWZg46IQaOcVUim-aQCCu34U6I6ieRlJdNa1Ol27jdnfycVoM2_ARqYW_DMM7F_hAuE1YB_ls9vLBKnVZtb7oC0GevCfm5UtEp1_o7LJSJZ1D/s320/hate_love_by_hiriell.jpg" width="320" /></span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Istriku Liliana tersayang,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.</span></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><br /></span></div>
</div><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-90857714611037763982011-09-08T00:05:00.001-07:002011-09-08T00:05:42.871-07:00Tidakkah engkau rela jika akhirat untuk kita dan dunia untuk mereka?<p>Suatu hari ‘Umar bin Khaththab r.a. menemui Rasulullah SAW di kamar beliau, lalu ‘Umar mendapati beliau tengah berbaring di atas sebuah tikar usang yang pinggirnya telah lapuk. Jejak tikar itu membekas di belikat beliau, sebuah bantal yang keras membekas di bawah kepala beliau, dan jalur kulit samakan membekas di kepala beliau. Di salah satu sudut kamar itu terdapat gandum sekitar satu gantang. Di bawah dinding terdapat qarzh (semacam tumbuhan untuk menyamak kulit).</p><p> Air mata ‘Umar bin Khaththab r.a. meleleh. Ia tidak kuasa menahan tangis karena iba dengan kondisi pimpinan tertinggi umat Islam itu. Rasulullah SAW melihat air mata ‘Umar r.a. yang berjatuhan, lalu bertanya “Apa yang membuatmu menangis, Ibnu Khaththab?”</p><p>‘Umar r.a. menjawab dengan kata-kata yang bercampur-aduk dengan air mata dan perasaannya yang terbakar, “Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis, sedangkan tikar ini membekas di belikat Anda, sedangkan aku tidak melihat apa-apa di lemari Anda? Kisra dan Kaisar duduk di atas tilam dari emas dan kasur dari beludru dan sutera, dan dikelilingi buah-buahan dan sungai-sungai, sementara Anda adalah Nabi dan manusia pilihan Allah!”</p><p>Lalu Rasulullah SAW menjawab dengan senyum tersungging di bibir beliau, “Wahai Ibnu Khaththab, kebaikan mereka dipercepat datangnya, dan kebaikan itu pasti terputus. Sementara kita adalah kaum yang kebaikannya ditunda hingga hari akhir. <strong>Tidakkah engkau rela jika akhirat untuk kita dan dunia untuk mereka</strong>?”</p><p>‘Umar menjawab, “Aku rela.” (HR. Hakim, Ibnu Hibban dan Ahmad)</p><p>—</p><p> Dalam riwayat lain disebutkan: ‘Umar berkata, “Wahai Rasulullah, sebaiknya Anda memakai tikar yang lebih lembut dari tikar ini.”</p><p>Lalu, Rasulullah SAW menjawab dengan khusyuk dan merendah diri, “Apa urusanku dengan dunia? Perumpamaan diriku dengan <strong>dunia itu tidak lain seperti orang yang berkendara di suatu hari di musim panas, lalu ia berteduh di bawah sebuah pohon, kemudian ia pergi dan meninggalkannya</strong>.” (HR. Tirmidzi)</p><p>—</p><p>Betapa Rasulullah SAW sangat sederhana. Ia menyadari bahwa akhirat jauh lebih berharga daripada dunia dan seisinya.</p><p><em>Referensi</em><em>:</em></p><ol><li><em>Hadits Riwayat Hakim, Ibnu Hibban dan Ahmad (dialog ‘Umar versi pertama)</em></li><li><em>Hadits Riwayat Tirmidzi (dialog ‘Umar versi kedua)</em></li><li><em>http://www.jafarsoddik.com/cerita/07/Salah-satu-kisah-kesederhanaan-Rasulullah-saw</em></li><li>http://cara-muhammad.com/kisah/kesederhanaan-rasulullah-saw/</li></ol><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-58849350095495965502011-09-02T06:22:00.000-07:002011-09-02T06:23:42.422-07:00Aku menyisakan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka<div style="text-align: justify;"> Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. pernah menyumbang-kan seluruh hartanya dua kali; pertama, ketika hijrah. Asma' r.a. mengatakan, "Ketika Rasulullah saw. hijrah dan Abu Bakar r.a. menemaninya, Abu Bakar r.a. mem-bawa seluruh hartanya yang saat itu berjumlah 5000 dirham atau 6.000 dirham. Abu Bakar r.a. berangkat dengan membawa semua hartanya itu." Asma' melanjutkan, "Selang beberapa saat datanglah kakekku, Abu Quhafah, yang kala itu telah buta. Dia berkata, 'Demi Allah, aku menduga ayah kalian telah menyusahkan kalian semua dengan membawa seluruh hartanya'. Aku menjawab, 'Tidak juga Kek, masih banyak uang yang disisakan ayah untuk kami.' Lantas aku mengum-pulkan batu-batu kecil dan memasukkannya ke dalam lubang yang ada di rumah yang biasa digunakan ayah untuk menyimpan uangnya. Aku menutupnya dengan kain, lalu meraih tangan kakek dan berkata, 'Kek, coba sentuh uang ini.' Kakek pun menyentuhnya lalu berkata, 'Kalau begitu, tidak masalah jika ayah kalian telah meninggalkan uang sebanyak ini. Dia begitu baik dan uang ini dapat mencukupi kalian'." Asma' kembali bertutur, "Demi Allah, sebenarnya Abu Bakar r.a. tidak meninggal-kan uang sedikit pun buat kami."</div><p style="text-align: justify;"> Kali kedua Abu Bakar r.a. menyumbangkan seluruh hartanya adalah saat perang Tabuk. Ketika Rasulullah saw. mengumumkan penggalangan dana untuk Perang Tabuk (perang al jaisyul usrah), para sahabat berlomba-lomba mendermakan hartanya dan bersaing untuk menjadi donatur dengan sumbangan paling banyak. 'Umar bin Khaththab r.a. menuturkan, "Rasulullah saw. menyuruh kami bersedekah. Kebetulan saat itu aku memiliki cukup banyak harta sehingga aku sempat berkata dalam hati, hari ini aku akan mengalahkan Abu Bakar r.a., jika memang berhasil mengalahkannya.’ Aku menemui Rasulullah saw. dengan menyerahkan se-tengah hartaku. Rasulullah saw. bertanya, 'Berapa yang engkau sisakan untuk keluargamu?' Aku menjawab, 'Sebanyak yang kuserahkan ini.’ Kemudian datanglah Abu Bakar r.a. dengan membawa seluruh hartanya. Rasulullah saw. bertanya, 'Hai Abu Bakar, berapa yang engkau sisakan untuk keluargamu.' Abu Bakar menjawab, 'Aku menyisakan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka.' Aku berkata dalam hati lagi, 'Demi Allah, aku tidak akan pernah dapat mengalahkannya'." (HR Tirmidzi) ( Diriwayatkan oleh Tirmidzi, Kitab al-Manaqib; Bab fi Manaqib Abi Bakr, no.3675. Tirmidzi berKata, "Hadits ini hasan shahih".)</p><p style="text-align: justify;"> Abu Bakar r.a. menyumbangkan seluruh hartanya, sedangkan Umar r.a. menyumbangkan setengah hartanya. Lantas, berapakah sumbangan yang sanggup Anda berikan, wahai saudaraku sesama Muslim? Utsman r.a. tidak pernah berhenti memberi sumbangan. Setelah menyerahkan 300 ekor unta dengan perlengkapannya dan membekali sepertiga pasukan, dia masih datang lagi dengan membawa 1.000 dinar yang dibungkus dengan kainnya. Semua itu dia serahkan tanpa banyak pertimbangan atau sedikitpun keraguan. Peristiwa ini terjadi dalam perang Tabuk. Sehingga saat itu Rasulullah saw. berkata, "Perbuatan apa pun yang dilakukan oleh 'Utsman setelah ini, maka tidak akan membahayakan-nya." (HR Tirmidzi) { Diriwayatkan oleh Tirmidzi, Kitab Al-Manaqib; Bab fi Manaqib Utsman, no.3701. Tirmidzi berkata, "Dari jalan periwayatan ini, hadits ini hasan gharib".} Utsman ra. sangat mengerti bahwa kekayaan di-berikan oleh Allah kepada hamba-Nya sebagai ujian, apakah dia akan menyumbangkan atau menahannya? Tentunya mustahil sekali orang seperti 'Utsman dan para sahabat yang mulia lainnya akan menahan hartanya karena kikir... 'Abdurrahman bin 'Auf ra. menyerahkan setengah hartanya, yaitu sebanyak 4000 dirham. Dalam ke-sempatan lain, dia menyumbangkan 40.000 dinar; pernah juga mendanai pasukan dengan 500 ekor kuda dan 500 ekor unta. Semua harta yang diberikannya itu merupakan hasil perdagangannya.{ Tahdzibut Tahdzib, Ibnu Hajar, vol. 6 him. 221.}</p><p style="text-align: justify;"> Hakim bin Hizam r.a. mempunyai kisah lain yang dituturkan oleh Abu Hazim, "Di Madinah, kami tidak mendengar ada orang yang lebih banyak bersedekah untuk mendanai orang yang perang di jalan Allah dibandingkan Hakim bin Hizam. Suatu ketika, dua orang Arab Badwi ke Madinah untuk mencari orang yang sanggup mendanai mereka berperang di jalan Allah. Mereka disarankan agar menemui Hakim bin Hizam. Setelah bertemu dengan Hakim bin Hizam yang kala itu sedang berada di rumahnya, Hakim menanyakan keperluan mereka, maka mereka pun menjelaskannya. Kemudian Hakim berkata, 'Jangan terburu-buru hingga aku menemui kalian'. Hakim lalu mengambil tongkat dan keluar bersama dua orang pembantunya. Setiap melewati tumpukan sampah dan melihat sobekan kain yang masih layak untuk mengikat perlengkapan unta yang akan diserahkan untuk perang di jalan Allah, Hakim memungutnya dengan ujung tongkat. Setelah membersihkannya, dia berkata kepada pembantunya, 'Simpanlah barang ini untuk perlengkapan unta.’ Kedua orang Arab Badwi yang menyaksikan kejadian itu saling pandang. Seorang di antara mereka berkata, 'Celaka, ayo kita tinggalkan tempat ini. Demi Allah, orang ini hanyalah seorang pemulung kulit kering bekas.' Temannya membalas, 'Jangan terburu-buru, lihat saja nanti.’ Hakim mengajak kedua tamunya ke pasar. Di sana dia mendapati dua ekor unta tegak yang cukup gemuk dan sedang hamil. Hakim segera membeli kedua unta tersebut berikut perlengkapannya, lalu berkata kepada pembantunya, 'Gunakan sobekan kain ini untuk mengikat perlengkapan yang perlu diikat, lalu letakkan makanan, gandum dan minyak di atasnya. Juga jangan lupa berilah kedua tamu kita bekal yang cukup.' Setelah semuanya selesai, Hakim menyerahkan unta-unta tersebut kepada kedua tamunya. Salah seorang Arab Badwi berkata kepada temannya, 'Demi Allah, aku tidak pernah melihat pemulung kulit kering yang sebaik ini'." { Majma'uz Zawa'id, vol. 9 him. 385. dan Al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir, vol. 7 him. 163.}
<br /></p><p style="text-align: justify;"> Abu Nu'aim {44 Hilyatul Auliya', vol. 1 him. 296.} menuturkan bahwa Ibnu 'Umar Ra. menjual tanahnya dengan imbalan 200 ekor unta, lalu 100 ekor diantaranya dia gunakan untuk membekali orang-orang yang berjihad di jalan Allah. Sementara 'Ashim bin 'Adi ra. menyedekahkan 90 wasaq kurma dalam perang Tabuk.{ Hayat Ash-Shahabah, vol. 2 him. 125.1 wasaq = 60 sha'. [1 sha' = sekitar 3.3 kg]}</p><p style="text-align: justify;">Dalam peristiwa yang sama, sumbangan juga diberikan oleh Abbas, Thalhah bin 'Ubaidillah, Muhammad bin Maslamah, Sa'ad bin 'Ubadah dan masih banyak yang lainnya. Masing-masing menyerahkan hartanya sehingga mendorong para sahabat yang miskin untuk turut menyumbang di jalan Allah. Inilah yang telah mereka sumbangkan dengan harta yang dimilikinya. Lalu apa yang telah kita infakkan dari harta-harta kita untuk beribadah dan berjuang dijalan Allah?</p><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-76743801904558378202011-08-16T00:42:00.000-07:002011-08-16T00:47:41.248-07:00KEDAMAIAN HATI ADALAH KEDAMAIAN SEJATI<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirJPPqlR6Bb1diHXuEKb28cJSYo61GZRn5pFn6FJtxwV4Ec8JIx4DZRXldjKevzNok_ZqTqdBJmRZpTQukgHOHv3sX7oTahyphenhyphenkzClFW3gvexyIrxA4Hcu-WgjRtuZyAH20Q4YIZImgpZgdj/s1600/burung-dan-sangkarnya.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirJPPqlR6Bb1diHXuEKb28cJSYo61GZRn5pFn6FJtxwV4Ec8JIx4DZRXldjKevzNok_ZqTqdBJmRZpTQukgHOHv3sX7oTahyphenhyphenkzClFW3gvexyIrxA4Hcu-WgjRtuZyAH20Q4YIZImgpZgdj/s200/burung-dan-sangkarnya.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5641357147156537298" border="0" /></a>Seorang Raja mengadakan sayembara dan akan memberi hadiah yang melimpah kepada siapa saja yang bisa melukis tentang kedamaian. Ada banyak seniman dan pelukis berusaha keras untuk memenagkan lomba tersebut. Sang Raja berkeliling melihat-lihat hasil karya mereka. Hanya ada dua buah lukisan yang benar-benar paling disukainya. Tapi, sang Raja harus memilih satu diantara keduanya. <p>Lukisan pertama menggambarkan sebuah telaga yang tenang. Permukaan telaga yang itu bagaikan cermin sempurna yang mematulkan kedamaian gunung-gunung yang tenang menjulang mengitarinya. Di atasnya terpampang langit biru dengan awan putih berarak-arak. Semua yang mandang lukisan ini akan berpendapat,
<br />inilah lukisan terbaik mengenai kedamaian.</p> <p>Lukisan kedua menggambarkan pegunungan juga. Namun tampak kasar dan gundul. Di atasnya terlukis langit yang gelap dan merah menandakan turunnya hujan badai, sedangkan tampak kilat menyambar-nyambar liar. Di sisi gunung ada air terjun deras yang berbuih-buih, sama sekali tidak menampakkan ketenangan dan kedamaian. Tapi, sang raja melihat sesuatu yang menarik, Di balik air terjun itu tumbuh semak-semak kecil diatas sela-sela batu. Di dalam semak-semak itu seekor induk burung pipit meletakkan sarangnya. Jadi,ditengah-tengah riuh rendahnya air terjun, seekor induk Pipit sedang mengerami telurnya
<br />dengan damai. Benar-benar damai.</p> <p>Lukisan manakah yang memenangkan lomba?
<br />Sang Raja memilih lukisan nomor dua.</p> <p>Tahukah Anda mengapa? karena jawab sang Raja, “Kedamaian bukan berarti Anda harus berada di tempat yang tanpa keributan, kesulitan atau pekerjaan yang keras dan sibuk. Kedamaian adalah hati yang tenang dan damai, meski Anda berada di tengah-tengah keributan luar biasa.”</p> <p>“Kedamaian hati adalah kedamaian sejati.”</p> sumber: Motivasi Net<div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-41553628878144697572011-08-15T21:08:00.000-07:002011-08-15T21:44:20.800-07:00Agar Selalu Bahagia<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2TTqyVQVvyHpRid2lUomh66SAYm2L8FJUs_LWKNpPNqjQwPRou-SKxX_OAYn01xhkmXofJIzyJtVTcRi3NgLe1k2o6XK7_UlBFiq1Ybk1kYaiSBNsm_GfMWewiqFwgfg07oRqBOC9TWXL/s1600/senyum-warna+-+moreartikel.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="text-align: justify;float: right; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 10px; margin-left: 10px; cursor: pointer; width: 200px; height: 164px; " src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2TTqyVQVvyHpRid2lUomh66SAYm2L8FJUs_LWKNpPNqjQwPRou-SKxX_OAYn01xhkmXofJIzyJtVTcRi3NgLe1k2o6XK7_UlBFiq1Ybk1kYaiSBNsm_GfMWewiqFwgfg07oRqBOC9TWXL/s200/senyum-warna+-+moreartikel.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5641302235314887378" /></a><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Comic Sans MS'; font-size: 13px; line-height: 18px; background-color: rgb(255, 250, 250); "><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-tab-span" style="white-space:pre"> </span>Alkisah, Seorang pemuda mendatangi orang bijak Lalu Dia menyampaikan maksud dan tujuannya. "Saya menempuh perjalanan jauh ini untuk menemukan cara membuat diri sendiri <span class="Apple-style-span">selalu merasa bahagia</span>, sekaligus membuat orang lain selalu gembira." Sambil tersenyum bijak, orang itu berkata, "Anak muda, orang seusiamu punya keinginan begitu, sungguh tidak biasa. Baiklah, aku akan memberimu empat kalimat.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-tab-span" style="white-space:pre"> </span>Perhatikan baik-baik ya...</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" > "<span class="Apple-style-span">Pertama, anggap dirimu sendiri seperti orang lain!</span></span> apakah kamu mengerti kalimat pertama ini? Coba pikir baik-baik dan beri aku pengertianmu tentang hal ini." Si pemuda menjawab, "Jika bisa menganggap diri saya seperti orang lain, maka saat saya menderita, sakit dan sebagainya, dengan sendirinya perasaan sakit itu akan jauh berkurang. Begitu juga sebaliknya, jika saya mengalami kegembiraan yang luar biasa, dengan menganggap diri sendiri seperti orang lain, maka kegembiraan tidak akan membuatku lupa diri.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-tab-span" style="white-space:pre"> </span>Betulkah begitu?" Dengan wajah senang, orang bijak itu mengangguk-anggukkan kepala dan melanjutkan kata-katanya.<span class="Apple-style-span" > <span class="Apple-style-span">"Kalimat kedua, anggap orang lain seperti dirimu sendiri!"</span></span> Pemuda itu berkata, " Dengan menganggap orang lain seperti diri kita, maka saat orang lain sedang tidak beruntung, kita bisa berempati, bahkan mengulurkan tangan untuk membantu. Kita juga bisa menyadari akan kebutuhan dan keinginan orang lain.Berjiwa besar serta penuh toleransi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-tab-span" style="white-space:pre"> </span>Dengan raut wajah makin cerah, orang bijak itu kembali mengangguk-anggukkan kepala. Ia berkata, "Lanjut ke kalimat ketiga. <span class="Apple-style-span">Perhatikan kalimat ini baik-baik,<span class="Apple-style-span" > anggap orang lain seperti mereka sendiri!"</span></span> Si anak muda kembali mengutarakan pendapatnya, "Kalimat ketiga ini menunjukkan bahwa kita harus menghargai privasi orang lain, menjaga hak asasi manusia dengan sama dan sejajar. Sehingga, kita tidak perlu saling menyerang wilayah dan menyakiti orang lain. Tidak saling mengganggu. Setiap orang berhak menjadi dirinya sendiri. Bila terjadi ketidakcocokan atau perbedaan pendapat, masing-masing bisa saling menghargai." Kata orang bijak itu,</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-tab-span" style="white-space:pre"> </span>"Bagus, bagus sekali! Nah,<span class="Apple-style-span"> <span class="Apple-style-span" >kalimat keempat: anggap dirimu sebagai dirimu sendiri!</span></span><span class="Apple-style-span" > </span>Aku telah menyelesaikan semua jawaban atas pertanyaanmu. Kalimat yang terakhir memang sesuatu yang sepertinya tidak biasa. Karena itu, renungkan baik-baik." Pemuda itu tampak kebingungan. Katanya, "Setelah memikirkan keempat kalimat tadi, saya merasa ada ketidakcocokan, bahkan ada yang kontradiktif. Bagaimana caranya saya bisa merangkum keempat kalimat tersebut menjadi satu? Dan, perlu waktu berapa lama untuk mengerti semua kalimat itu sehingga aku bisa selalu gembira dan sekaligus bisa membuat orang lain juga gembira?" Spontan, orang Bijak itu menjawab, "Mudah sekali. Coba renungkan dan gunakan waktumu seumur hidup untuk belajar dan mengalaminya sendiri." Begitulah, si pemuda melanjutkan kehidupannya dan akhirnya meninggal. Sepeninggalnya, orang-orang sering menyebut namanya dan membicarakannya. Dia mendapat julukan sebagai: "Orang bijak yang selalu gembira dan senantiasa menularkan kegembiraannya kepada setiap orang yang dikenal."Sahabat..... Sebagai makhluk sosial, kita dituntut untuk belajar mencintai kehidupan dan berinteraksi dengan manusia lain di muka bumi ini. Selama kita mampu menempatkan diri, tahu dan mampu menghargai hak-hak orang lain, serta mengerti keberadaan jati diri sendiri di setiap jenjang proses kehidupan, maka kita akan menjadi manusia yang lentur. Dengan begitu, di mana pun kita bergaul dengan manusia lain, akan selalu timbul kehangatan, kedamaian, dan kegembiraan. Sehingga, kebahagiaan hidup akan muncul secara alami...</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-tab-span" style="white-space:pre"> </span>Sahabat.... "A man must learn to understand the motives of human beings, their illusions, and their sufferings." Cintailah apapun bidang yang kamu tekuni sekarang, niscaya kesuksesan akan datang pada kamu,</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Bismillah.. Arti kehidupan adalah belajar menjalani peran sebagai diri sendiri. manusia seringkali berusaha menjadi orang lain dalam hidupnya. ada yang hidupnya sibuk dengan penilaian orang lain terhadapnya. ada yang tidak peduli sama sekali dengan lingkungan sekitar. jika manusia menjadi dirinya sendiri (bukan menjadi seperti orang lain) dia pasti akan <span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span">menyayangi diri sendiri</span>. </span>lalu melihat orang lain seperti dirinya yang akan selalu dihargai..</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Comic Sans MS'; background-color: rgb(255, 250, 250); "><a href="http://robbie-alca.blogspot.com/2011/07/agar-selalu-bahagia.html">sumber</a></span></div><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-25275753074502364912011-08-14T17:20:00.000-07:002011-08-15T21:55:25.011-07:00Kisah Dua Tukang Sol<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwtwBAUJqRw6qPl3Y4mX_wqOaeD_xX0QaPcxOm1yEtqE46nzBbx4SRvncsorGLi1MNeaO43E6H5DdjX_bOiJnps9cvjNUNKMRhblAeon-hcXCRIIzFmWvya4FrjZiXbTgyA7VB9dDaFtrP/s1600/index.jpeg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 200px; height: 131px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwtwBAUJqRw6qPl3Y4mX_wqOaeD_xX0QaPcxOm1yEtqE46nzBbx4SRvncsorGLi1MNeaO43E6H5DdjX_bOiJnps9cvjNUNKMRhblAeon-hcXCRIIzFmWvya4FrjZiXbTgyA7VB9dDaFtrP/s200/index.jpeg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5640871475133413282" border="0" /></a>Mang Udin, begitulah dia dipanggil, seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang sering disebut tukang sol. Pagi buta sudah melangkahkan kakinya meninggalkan anak dan istrinya yang berharap, nanti sore hari mang Udin membawa uang untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk. Mang Udin terus menyusuri jalan sambil berteriak menawarkan jasanya. Sampai tengah hari, baru satu orang yang menggunakan jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil.<p>Perut mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli makan, uangnya tidak cukup. Hanya berharap dapat order besar sehingga bisa membawa uang ke rumah. Perutnya sendiri tidak dia hiraukan.</p><p>Di tengah keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang tukan sol lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si Abang ini sudah dapat uang banyak nich.” pikir mang Udin. Mereka berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap.</p><p>“Bagaimana dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laris nich?” kata mang Udin memulai percakapan.</p><p>“Alhamdulillah. Ada beberapa orang memperbaiki sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui namanya Bang Soleh.</p><p>“Saya baru satu bang, itu pun cuma benerin jahitan.” kata mang Udin memelas.</p><p>“Alhamdulillah, itu harus disyukuri.”</p><p>“Mau disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras juga.” kata mang Udin sedikit kesal.</p><p>“Justru dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah.” kata bang Soleh sambil tetap tersenyum.</p><p>“Emang begitu bang?” tanya mang Udin, yang sebenarnya dia sudah tahu harus banyak bersyukur.</p><p>“Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur.” kata bang Soleh sambil mengangkat pikulannya.</p><p>Mang udin sedikit kikuk, karena dia tidak pernah “mampir” ke tempat shalat.</p><p>“Ayolah, kita mohon kepada Allah supaya kita diberi rezeki yang barakah.”</p><p>Akhirnya, mang Udin mengikuti bang Soleh menuju sebuah masjid terdekat. Bang Soleh begitu hapal tata letak masjid, sepertinya sering ke masjid tersebut.</p><p>Setelah shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke warung nasi untuk makan siang. Tentu saja mang Udin bingung, sebab dia tidak punya uang. Bang Soleh mengerti,</p><p>“Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir.”</p><p>Akhirnya mang Udin ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata,</p><p>“Saya tidak enak nich. Nanti uang untuk dapur abang berkurang dipakai traktir saya.”</p><p>“Tenang saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah.” kata bang Soleh tetap tersenyum.</p><p>“Abang yakin?”</p><p>“Insya Allah.” jawab bang soleh meyakinkan.</p><p>“Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau memberi kepada orang lain.” kata mang Udin penuh harap.</p><p>“Insya Allah. Allah akan menolong kita.” Kata bang Soleh sambil bersalaman dan mengucapkan salam untuk berpisah.</p><p>Keesokan harinya, mereka bertemu di tempat yang sama. Bang Soleh mendahului menyapa.</p><p>“Apa kabar mang Udin?”</p><p>“Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah mengikuti saran Abang, tapi mengapa koq penghasilan saya malah turun? Hari ini, satu pun pekerjaan belum saya dapat.” kata mang Udin setengah menyalahkan.</p><p>Bang Soleh hanya tersenyum. Kemudian berkata,</p><p>“Masih ada hal yang perlu mang Udin lakukan untuk mendapat rezeki barakah.”</p><p>“Oh ya, apa itu?” tanya mang Udin penasaran.</p><p>“Tawakal, ikhlas, dan sabar.” kata bang Soleh sambil kemudian mengajak ke Masjid dan mentraktir makan siang lagi.</p><p>Keesokan harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di tempat yang berbeda. Mang Udin yang berhari-hari ini sepi order berkata setengah menyalahkan lagi,</p><p>“Wah, saya makin parah. Kemarin nggak dapat order, sekarang juga belum. Apa saran abang tidak cocok untuk saya?”</p><p>“Bukan tidak, cocok. Mungkin keyakinan mang Udin belum kuat atas pertolongan Allah. Coba renungkan, sejauh mana mang Udin yakin bahwa Allah akan menolong kita?” jelas bang Soleh sambil tetap tersenyum.</p><p>Mang Udin cukup tersentak mendengar penjelasan tersebut. Dia mengakui bahwa hatinya sedikit ragu. Dia “hanya” coba-coba menjalankan apa yang dikatakan oleh bang Soleh.</p><p>“Bagaimana supaya yakin bang?” kata mang Udin sedikit pelan hampir terdengar.</p><p>Rupanya, bang Soleh sudah menebak, kemana arah pembicaraan.</p><p>“Saya mau bertanya, apakah kita janjian untuk bertemu hari ini, disini?” tanya bang Soleh.</p><p>“Tidak.”</p><p>“Tapi kenyataanya kita bertemu, bahkan 3 hari berturut. Mang Udin dapat rezeki bisa makan bersama saya. Jika bukan Allah yang mengatur, siapa lagi?” lanjut bang Soleh. Mang Udin terlihat berpikir dalam. Bang Soleh melanjutkan, “<strong>Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah, hanya saja kita jarang atau kurang memperhatikan petunjuk tersebut</strong>. Kita tidak menyangka Allah akan menolong kita, karena kita sebenarnya tidak berharap. Kita tidak berharap, karena kita tidak yakin.”</p><p>Mang Udin manggut-manggut. Sepertinya mulai paham. Kemudian mulai tersenyum.</p><p>“OK dech, saya paham. Selama ini saya akui saya memang ragu. Sekarang saya yakin. Allah sebenarnya sudah membimbing saya, saya sendiri yang tidak melihat dan tidak mensyukurinya. Terima kasih abang.” kata mang Udin, matanya terlihat berkaca-kaca.</p><p>“Berterima kasihlah kepada Allah. Sebentar lagi dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan bersyukur kepada Allah.”</p><p>Mereka pun mengangkat pikulan dan mulai berjalan menuju masjid terdekat sambil diiringi rasa optimist bahwa hidup akan lebih baik.</p><p><a href="http://www.motivasi-islami.com/kisah-dua-tukang-sol/">sumber</a></p><p style="text-align: right;"><a href="http://www.motivasi-islami.com/kisah-dua-tukang-sol/"><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CPC55%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CPC55%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CPC55%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val=""> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-format:other; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} a:link, span.MsoHyperlink {mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; color:blue; text-decoration:underline; text-underline:single;} a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed {mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; color:purple; mso-themecolor:followedhyperlink; text-decoration:underline; text-underline:single;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> </a></p><p style="font-family: lucida grande; color: rgb(255, 102, 0);" class="MsoNormal"><a href="http://www.motivasi-islami.com/kisah-dua-tukang-sol/"><b><span style="text-decoration: none;">Surat 35 Fathir (Pencipta) Ayat 15-17</span></b></a></p> <p></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size:180%;"><span class="verse rtl ar" title="35:15:15" style="font-family:arial;">يٰأَيُّهَا النّاسُ أَنتُمُ الفُقَراءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الغَنِىُّ الحَميدُ <b>﴿١٥</b> </span></span><span class="verse ltr" title="35:15:15"><span style="font-weight: bold;">
<br /></span></span></p><p>"Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji."</p><p style="text-align: right;"><span class="verse ltr" title="35:15:15"></span><span class="verse rtl ar" title="35:16:16"><span style="font-size:180%;">إِن يَشَأ يُذهِبكُم وَيَأتِ بِخَلقٍ جَديدٍ </span><b><span style="font-size:180%;">﴿١٦</span></b></span><span class="verse ltr" title="35:16:16"><b>
<br /></b></span></p><p style="text-align: left;"><span class="verse ltr" title="35:16:16"><b></b></span><span class="verse ltr" title="35:16:16"><b></b>"Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru untuk menggantikan kamu."</span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size:180%;"><span class="verse rtl ar" title="35:17:17">وَما ذٰلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزيزٍ <b>﴿١٧</b></span></span><span class="verse ltr" title="35:17:17"></span></p><p><span class="verse ltr" title="35:17:17">"Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah." </span><span class="verse ltr" title="35:17:17"></span></p><p>
<br /></p><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-85743894497387271872011-07-29T08:32:00.000-07:002011-07-29T08:42:32.462-07:00Top 10 Hadits Lemah dan Palsu yg Populer pada Bulan Ramadhan<p>Bismillah, wash Sholaatu was salaamu ‘ala Rosulillaah, wa ‘ala aalihi wa man waa laahu. Berikut adalah beberapa hadits yg masyhur(populer) di masyarakat, khususnya saat bulan Ramadhan yg penur berkah. Sering dibawakan oleh para penceramah, disebarkan lewat sms tausiyah, maupun artikel dan selebaran. Namun amat disayangkan, hadits2 tsb ialah Lemah dan Palsu. Amat penting bagi ummat Islam untuk mengetahui derajat sebuah hadits sebelum mengamalkan atau menyebarkannya, siapa yg meriwayatkan? apakah shahih atau tidak?. Karena hadits lemah, apalagi palsu, tidak dapat disandarkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan mengatakan Rasulullah berkata begini dan begitu padahal -ia tahu bahwa hal tsb- tidak pernah keluar dari lisan beliau yg mulia ataupun tidak pernah dilakukan oleh beliau, merupakan dosa yg besar, sebagaimana sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:</p><p><br /></p><p><span style="font-size:180%;">مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّار <br /></span></p><p><br /></p><p>“Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya dia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.” [Muttafaqun ‘Alaihi dari shahabat Abu Hurairah, Al-Mughirah bin Syu’bah, dan yang lainnya]</p><p>Hadits lemah dan palsu seputar Ramadhan amat banyak, berikut saya bawakan 10 diantaranya;</p><p><br /></p><p><strong>Hadits ke-1</strong></p><p><br /></p><p><span style="font-size:180%;">صوموا تصحوا</span></p><p><br /></p><p>“Berpuasalah, kalian akan sehat.” [HR. Abu Nu’aim]</p><p>Hadits Lemah[1].</p><p>nb: jika memang terdapat penelitian ilmiah dari para ahli medis bahwa puasa itu dapat menyehatkan tubuh, makna dari hadits dhaif ini benar, namun tetap tidak boleh dianggap sebagai sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.</p><p><br /></p><p><strong>Hadits ke-2</strong></p><p><br /></p><p><span style="font-size:180%;">نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ</span></p><p><br /></p><p>“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, do’anya dikabulkan, dan amalannya pun akan dilipatgandakan pahalanya.” [HR. Al Baihaqi dlm Syu’abul Iman (3/1437)]</p><p>Hadits Lemah[2].</p><p><br /></p><p><strong>Hadits ke-3</strong></p><p><br /></p><p><span style="font-size:180%;">لَوْ يَعْلَمُ الْعِبَادُ مَا فِي رَمَضَانَ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي أَنْ يَكُوْنَ السَّنَة كُلّهَا</span></p><p><br /></p><p>“Kalau seandainya hamba-hamba itu tahu apa yang ada pada bulan Ramadhan (keutamaannya), maka niscaya umatku ini akan berangan-angan bahwa satu tahun itu adalah bulan Ramadhan seluruhnya.” [HR.Ibnu Khuzaimah III/190]</p><p>Hadits Palsu[3].</p><p><br /></p><p><strong>Hadits ke-4</strong></p><p><br /></p><p><span style="font-size:180%;">مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النِّيْرَانِ</span></p><p><br /></p><p>“Barangsiapa yang bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan niscaya Allah mengharamkan jasadnya dari neraka” [Disebutkan dlm Kitab Durratun Nashihin tanpa sanad]</p><p>Hadits Palsu[4].</p><p><br /></p><p><strong>Hadits ke-5</strong></p><p><br /></p><p><span style="font-size:180%;">من فطر صائما على طعام وشراب من حلال صلت عليه الملائكة في ساعات شهر رمضان وصلى عليه جبرائيل ليلة القدر</span></p><p><br /></p><p>“Barangsiapa memberi hidangan berbuka puasa dengan makanan dan minuman yang halal, para malaikat bershalawat kepadanya selama bulan Ramadhan dan Jibril bershalawat kepadanya di malam lailatul qadar.” [HR. Ibnu Hibban dlm Al Majruhin I/300, Al Baihaqi di Syu’abul Iman III/1441]</p><p>Hadits Lemah [5].</p><p>nb: Yang benar, orang yang memberikan hidangan berbuka puasa akan mendapatkan pahala puasa orang yg diberi hidangan tadi, berdasarkan hadits: “Siapa saja yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” [HR. At Tirmidzi no.807, ia berkata: “Hasan shahih”]</p><p><br /></p><p><strong>Hadits ke-6</strong></p><p><br /></p><p>Hadits ttg doa berbuka puasa yang tersebar dimasyarakat dengan lafadz:</p><p><br /></p><p><span style="font-size:180%;">اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين</span></p><p><br /></p><p>Allahu“Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, atas rezeki-Mu aku berbuka, aku memohon Rahmat-Mu wahai Dzat yang Maha Penyayang.”</p><p>Hadits ini tidak terdapat di kitab hadits manapun. Atau dengan kata lain, ini adalah hadits palsu[6] . Sedangkan pada do’a yg tidak mengandung lafadz ‘wabika aamantu’ pada do’a di atas, maka sanadnya berkisar antara lemah/lemah sekali.</p><p>nb: doa berbuka puasa yg benar, terdapat dalam hadits:</p><p>“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka puasa membaca doa:</p><p><span style="font-size:180%;">ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله</span></p><p>(Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah) ‘Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya Allah” [HR. Abu Daud 2357, Ad Daruquthni II/401]</p><p><br /></p><p><strong>Hadits ke-7</strong></p><p><br /></p><p><span style="font-size:180%;">رجب شهر الله ، وشعبان شهري ، ورمضان شهر أمتي</span></p><p><br /></p><p>“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.” [HR. Ad-Dailami, Ibnu Asakir di Mu’jam Asy Syuyukh I/186]</p><p>Hadits Palsu[7]</p><p><br /></p><p>H<strong>adits ke-8</strong></p><p><br /></p><p><span style="font-size:180%;">يا أيها الناس انه قد أظلكم شهر عظيم شهر مبارك فيه ليلة خير من ألف شهر فرض الله صيامه وجعل قيام ليله تطوعا فمن تطوع فيه بخصلة من الخير كان كمن أدّى فريضة فما سواه … وهو شهر أوله رحمة وأوسطه مغفرة وآخره عتق من النا</span>ر</p><p><br /></p><p>“Wahai sekalian manusia, sungguh hampir datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh barakah, di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, Allah wajibkan untuk berpuasa pada bulan ini, dan Allah jadikan shalat pada malam harinya sebagai amalan yang sunnah, barangsiapa yang dengan rela melakukan kebajikan pada bulan itu, maka dia seperti menunaikan kewajiban pada selain bulan tersebut …, dan dia merupakan bulan yang awalnya adalah kasih sayang, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.” [HR.Ibnu Khuzaimah III/191, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman III/305]</p><p>Hadits ini adalah hadits Munkar(Lemah)[8].</p><p><br /></p><p>nb: Yang benar, di seluruh waktu di bulan Ramadhan terdapat rahmah, seluruhnya terdapat ampunan Allah dan seluruhnya terdapat kesempatan bagi seorang mukmin untuk terbebas dari api neraka, tidak hanya sepertiganya. Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini adalah:“Orang yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari no.38, Muslim, no.760]. Dalam hadits ini, disebutkan bahwa ampunan Allah tidak dibatasi hanya pada pertengahan Ramadhan saja.</p><p><br /></p><p><strong>Hadits ke-9</strong></p><p><br /></p><p><span style="font-size:180%;">أن شهر رمضان متعلق بين السماء والأرض لا يرفع إلا بزكاة الفطر</span></p><p><br /></p><p>“Bulan Ramadhan bergantung di antara langit dan bumi. Tidak ada yang dapat mengangkatnya kecuali zakat fithri.”</p><p>[Diriwayatkan oleh Al Mundziri di At Targhib Wat Tarhib II/157, Ibnu Syahin dlm at-Targhib]</p><p>Hadits Lemah[9]</p><p><br /></p><p><strong>Hadits ke-10</strong></p><p><br /></p><p>“Ketika Rasullullah sedang berkhutbah pada Shalat Jum’at (dalam bulan Sya’ban), beliau mengatakan Amin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan Amin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Amin. Tapi para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Amin sampai 3 kali. Ketika selesai shalat Jum’at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan: “ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, hai Rasullullah Amin-kan do’a ku ini,” jawab Rasullullah.</p><p>Do’a Malaikat Jibril adalah: “Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:</p><p>1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);</p><p>2) Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri;</p><p>3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.”</p><p>Hadits ini adalah hadits Palsu, tidak ada asal-usulnya. bahkan teks arabnya pun tidak ditemukan[10]. kemungkinan baru keluar tahun kemarin.</p><p>nb: yang benar, Islam mengajarkan untuk meminta maaf jika berbuat kesalahan kepada orang lain. Adapun meminta maaf tanpa sebab dan dilakukan kepada semua orang yang ditemui, tidak pernah diajarkan oleh Islam.</p><p>Demikian yg dapat saya share ke teman2, semoga kita dapat -senantiasa- beragama berdasarkan dalil2 yg shahih, dan terhindar dari penyimpangan akibat menggunakan dalil yg lemah maupun palsu. Semoga beranfaat</p><p>wallahul muwaffiq..</p><p><br /></p><p>__________________________________________________ __</p><p>footnote:</p><p>[1]Sebagaimana dikatakan oleh Al Hafidz Al Iraqi di Takhrijul Ihya (3/108), juga Al Albani di Silsilah Adh Dha’ifah (253). Bahkan Ash Shaghani agak berlebihan mengatakan hadits ini maudhu (palsu) dalamMaudhu’at Ash Shaghani (51).</p><p>[2]sebagaimana dikatakan Al Hafidz Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya (1/310). Al Albani juga mendhaifkan hadits ini dalam Silsilah Adh Dha’ifah (4696).</p><p>[3]Di dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama Jarir bin Ayyub. Ibnul Jauzi dalam kitabnya Al-Maudhu’at [II/103] dan juga Asy-Syaukani dalam Al-Fawa’id Al-Majmu’ah [hal. 74] menghukumi dia (Jarir bin Ayyub) adalah perawi yang suka memalsukan hadits -yakni pendusta-. Lihat Lisanul Mizan [II/302] karya Ibnu Hajar.</p><p>[4]Hadits Laa Ashlalahu /tidak ada asal-usulnya (Lebih parah dari hadits palsu).</p><p>[5]sebagaimana dikatakan Al Hafidz Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya (1/310). Al Albani juga mendhaifkan hadits ini dalam Silsilah Adh Dha’ifah (4696).</p><p>[6]Sebagaimana dikatakan oleh Al Mulla Ali Al Qaari dalam kitab Mirqatul Mafatih Syarh Misykatul Mashabih.</p><p><br /></p><p>[7]Sebagaimana dikatakan oleh Adz Dzahabi di Tartibul Maudhu’at (162, 183), Ash Shaghani dalam Al Maudhu’at (72), Ibnul Qayyim dalam Al Manaarul Munif (76), Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Tabyinul Ujab (20).</p><p>[8]Lihat Lisanul Mizan [II/169] karya Ibnu Hajar, As-Siyar [V/207] karya Adz-Dzahabi, dan As-Silsilah Adh-Dha’ifah [II/262] karya Asy-Syaikh Al-Albani.</p><p>[9]Lihat Dhaif At Targhib (664), dan Silsilah Ahadits Dhaifah (43) Syaikh al-Albaniy.</p><p>[10]‘Hadits ini merupakan hadits yg dipelesetkan lafadznya dari hadits shahih yg diriwayat Ibnu Khuzaimah III/192, Ahmad II/246&254, dengan lafadz hadits yg benar: “Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua)’, maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Allah melaknat seorang hambar yang tidak bershalawat ketika disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin”.</p><p><a href="http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9885230">sumber</a><br /></p><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-42848623355051988132011-07-29T07:52:00.000-07:002011-10-16T22:38:35.327-07:00Delapan Penyakit Pengusaha<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGk7NzY3tNW0DOhR0lF7OnnX7PyGij6KtQLk0XJ1obeYuOQBedbjkk3yPscctsmFa0YoPp5mPbjDOjTk-MnV4RV2zMVyEzJdFQRZ38bKk4eaA6d-9cXhuuChieggIXHz-fWK0R6R-U-29z/s1600/lompat.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5634791780072318834" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGk7NzY3tNW0DOhR0lF7OnnX7PyGij6KtQLk0XJ1obeYuOQBedbjkk3yPscctsmFa0YoPp5mPbjDOjTk-MnV4RV2zMVyEzJdFQRZ38bKk4eaA6d-9cXhuuChieggIXHz-fWK0R6R-U-29z/s200/lompat.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 134px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 200px;" /></a>berikut ini delapan penyakit pengusaha. Penyakit ini juga bisa menyerang siapa saja, tetapi pada artikel ini saya khusukan pembahasan pada pengusaha dan calon pengusaha.<br />
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-weight: bold;">1. Cemas [al-hamm]</span><br />
Yaitu kekhawatiran akan terjadinya hal yang tidak disukai di masa sekarang atau yang akan datang. Seorang pengusaha tentu berangkat dari niat yang kuat untuk memulai usaha dan dengan harapan yang kuat bisa memperoleh keuntungan dari hasil usahanya. Dengan rasa optimis, maka usaha akan lebih besar dan respon terhadap masalah akan lebih terukur. Tetapi bila rasa cemas berlebihan, maka bisa menimbulkan rasa minder, pikiran buntu, dan tidak bisa menatap peluang-peluang yang ada di depan mata.<br />
<br />
Sebagai pengusaha pemula kadang kita cemas dan khawatir, jangan-jangan produk kita tidak laku, jangan-jangan rugi, dan kekhawatiran lainnya. Kecemasan akan jalannya usaha di masa akan datang bisa saja membuat pengusaha menjadi down, apalagi bagi penguasaha pemula, bisa-bisa dia mutung, tidak semangat menjalankan usaha, bahkan menutup usahanya sama sekali.<br />
<br />
Seorang calon pengusaha harus optimis menatap ke depan yang cerah, penuh harapan bahwa usahanya akan berhasil, meluruskan niat dan melakukan semua proses dengan baik.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">2. Sedih [al-hazn]</span><br />
yaitu penyesalan dan duka cita atas apa yang terjadi di masa lalu. Cotohnya saja bila seorang penguasaha mengalami kerugian pada hari sebelumnya, maka hal tersebut bisa mempengaruhi pikirannya dan membuatnya trauma. Kesedihan tentu tidak bisa dihindari, akan tetapi bila berlarut-larut maka bias merusak jalannya usaha yang dirintis.<br />
<br />
Oleh sebab itu, seorang pengusaha harus segera bangkit dari kesedihan dan menyiapkan mental untuk bangkit dan memperbaiki usahanya.. Dalam kondisi apapun, berusaha menghapus kesediah, yakin dan bersangka baik kepada Allah bahwa apa yang terjadi kemarin, mungin untuk membuat kita bertambah pengalaman dan bertambah kuat menghadapi segala masalah yang mungkin akan dating lebih besar.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">3. Lemah [al-‘ajz]</span><br />
Baik lemah pikiran dan lemah fisik. Lemah pikiran dalam arti tidak punya ide-ide kreatif yang bisa mengembangkan usahanya, juga lemah dalam arti tidak punya keahlian dan ketrampilan untuk menjalankan usahanya, sehingga cepat putus asa dan berhenti dari proses berusaha.<br />
<br />
Biasanya pengusaha pemula mempunyai ide-ide yang kreatif, dan energi yang besar ketika memulai usaha. Tetapi ketika mulai mendapatkan rintangan di jalan, mereka kehilangan ide-ide itu dan kehilangan energi untuk menghadapinya. Oleh sebab itu perlu ada support dari orang terdekat, mentor, atau teman sesama pengusaha yang telah merasakan jatuh-bangun dalam menjalankan usahanya.<br />
<br />
Terus belajar, terus mencari pengalaman, berbagi pengetahuan dengan sesama pengusaha, atau membaca kisah-kisah sukses para pengusaha, bisa jadi mengikis kelemahan, sehingga lama-kelaman punya ide-ide yang kreatif dan aplikatif, serta trampil dalam menjalankan usaha.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">4. Malas [al-kasal]</span><br />
Yaitu rasa enggan untuk melakukan suatu usaha padahal mampu melakukannya. Malas berkaitan dengan motivasi seseorang. Malas bisa terjadi karena menganggap suatu pekerjaan terlalu mudah, atau menganggapnya terlalu sulit. Bila kita menganggap suatu pekerjaan mudah, maka kita akan menunda-nundanya, dengan alasan bahwa dengan mudah kita bisa menyelesaikannnya dengan cepat. Sebaliknya jika menganggap suatu pekerjaan terlalu sulit, maka kita akan merasa terbebani untuk melaksanakannya dan menganggap bahwa dirinya tidak sanggup melakukannya.<br />
<br />
Seorang pengusaha harus memiliki sifat rajin, tekun, giat dalam menjalankan usahanya. Kalau sudah malas melakukan suatu pekerjaan, lalu apalagi yang bisa diharapkan? Hanya merenung, menghayalkan kekayaan, rumah megah, mobil mewah, tapi tidak mau berusaha, maka tidak ada yang didapatnya.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">5. Takut [al-jubn]</span><br />
Rasa takut memulai seringkali muncul pada orang yang hendak memulai usaha. Keadaan seseorang mempengaruhi hal ini. Seseorang yang sudah hidup dalam kemapanan, akan takut untuk memulai usaha, takut kehilangan potensi pemasukan finansial. Seorang pekerja kantoran yang menerima gaji bulanan, akan berat meninggalkan pekerjaannya untuk memulai usaha. Kemapanan yang selama ini dirasakan, sulit untuk dilepaskan, sedangkan memulai usaha membutuhkan waktu dan kesabaran untuk berkembang. Belum lagi takut resiko kerugian.<br />
<br />
Ketakutan juga bisa terjadi pada orang yang sudah menjalankan usahanya. Takut membuat ide-ide baru, takut mengambil keputusan untuk perusahaan, takut bersaing dan lailn-lain.<br />
<br />
Seorang pengusaha harus berani dan tegas mengambil keputusan, berani membuat ide-ide kreatif yang bisa memajukan usahanya.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">6. Bakhil</span><br />
Seorang pengusaha tentu menjalankan usahanya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Salah satu tujuan berwirausaha adalah agar mempunyai pemasukan finansial yang lebih besar. Tetapi apabila harta sudah terkumpul, maka harus ditunaikan hak-hak dan kewajibannya. Seperti zakat, sedekah dan lain-lain.<br />
<br />
Selain bakhil secara materi, bisa juga berarti bakhil atas ide-ide usaha yang dijalankannya. Bila memang sudah sukses, apa salahnya jika berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan para pengusaha pemula, bagaimana tips dan trik menjalankan usaha agar bisa sukses.<br />
<br />
Walaupun sekarang telah banyak buku-buku tentang wirausaha dijual di toko-toko buku, ada baiknya kita berbagi langsung dengan orang lain agar kesuksesan juga bisa dinikmati orang banyak. Lagian, dengan berbagi, ilmu tdak akan berkurang.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">7. Lilitan Hutang [dhala’i ad-dain]</span><br />
Musuh lain pengusaha adalah hutang. Memulai usaha tentu butuh banyak modal. Lalu bagaimana mendapatkan modal itu? Beberapa calon pengusaha berani mengambil resiko dengan berhutang dulu untuk modal usahanya. Berhutang tentu boleh saja, asalkan kita punya kemampuan untuk membayarnya. Tetapi, lebih baik apabila modal usaha dari kantong sendiri, sehingga segala resiko di masa mendatang ditanggung sendiri tanpa ada tekanan dari orang lain yang mengejar-ngejar kita karena punya hutang.<br />
<br />
Kadang hutang juga menghalangi kita untuk menjalankan usaha. Karena hutang, kita tergoda untuk kembali kerja kantoran, kerja ikut orang lain dan lain sebagainya, sehingga cita-cita untuk beriwarusaha gagal.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">8. Dikuasai Orang Lain [ghalabat ar-rijaal]</span><br />
Ketika kita memutuskan untuk berwirausaha, bukan berarti jalan mudah menanti kita. Kadang orang-orang terdekat kita yang justru menghalangi kita. Oran tua kita dengan keras menentang kita. Anak istri juga menentang kita. Bila kita berkeras menjalankan usaha. Tekanan-tekanan orang-orang tersebut bias menghalangi niat kita untuk memulai usaha. Apalagi bila orang diluar kita lebih dominan, maka niat usaha sulit untuk diwujudkan.<br />
<br />
Bagi yang sudah menjalankan usaha, bisa juga mendapatkan tekanan dari orang lain. Seperti apabila kita mau mengambil keputusan, lalu ada orang lain yang berjasa kepada kita, berhutang budi padanya, kita sering mendapatkan hadiah darinya, sehingga kita segan untuk mengambil keputusan baik yang tidak sesuai dengan pemikiran dia. Ini juga jenis tekan dari orang lain.<br />
<br />
Bila kita dibawah kekuasaan orang lain, maka kita tidak bisa membuat keputusan untuk diri sendir. Kita tidak punya kemerdekaan untuk menjalankan apa yang kita inginkan.<br />
<br />
<br />
Oleh sebab itu, rasulullah mengajarkan sebuah doa kepada kita agar terhindar dari delapan penyakit tersebut. Doa tersebut adalah:<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: 130%;"><span style="font-size: 180%;">اللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن ، والعجز والكسل, </span></span><span style="font-size: 130%;"><span style="font-size: 180%;">والجبن و</span></span><span style="font-size: 130%;"><span style="font-size: 180%;">البخل ، وضلع الدين وغلبة الرجال.***</span></span><span style="font-size: 130%;"><br /></span><span style="font-size: 130%;">***البخاري 7 / 158 كان الرسول - صلى الله عليه وسلم - يكثر من هذا الدعاء ، انظر البخاري مع الفتح "11 / 173</span></div>
<span style="font-size: 130%;"><br /><span style="font-size: 100%; font-style: italic;">"Allahumma inny a'udzu bika minal hammi wal hazani, wal ajzi wal kasali, wal jubni wal bukhli, wal dhola'id daini wa ghalabatir rijaal."</span><br /><br /><span style="font-size: 100%;">Artinya:</span></span><span style="font-style: italic;">“Wahai Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari rasa cemas, sedih, lemah, malas, takut, bakhil, lilitan hutang dan dikuasai orang lain.” </span><br />
<br />
(Al Bukhari, 7/158, Fathul Bari, 11/173)<br />
<br />
Semoga kita bisa mengamalkan doa tersebut, dan semoga kita terhindar dari delapan sifat buruk yag telah dijabarkan di atas.<br />
<br />
<a href="http://analisa-usaha.blogspot.com/">sumber</a></div><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-28348230982313048282011-07-22T09:15:00.000-07:002011-07-23T08:10:04.392-07:00Al Qitthani wa Qirdun<span class="Apple-style-span" ><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcdrP1jerIW_FSgvu3c4OGVzJcldq2qkkfG872cO9ghEBvjD-oPvaGsLqbCQTakX424-Af3brnY46SgS7ndFmJzrO1KmwM0kQ0Mbg8dtU12i2ywfVL6R2eZxyzeop0GHBQ0L5TZHoSdhue/s1600/kucingmonyet.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 141px; height: 198px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcdrP1jerIW_FSgvu3c4OGVzJcldq2qkkfG872cO9ghEBvjD-oPvaGsLqbCQTakX424-Af3brnY46SgS7ndFmJzrO1KmwM0kQ0Mbg8dtU12i2ywfVL6R2eZxyzeop0GHBQ0L5TZHoSdhue/s200/kucingmonyet.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5632211433176124914" /></a><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; "><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Sehabis shalat isya aku melangkah menutup pintu rumah dan kemudian tak lupa kukunci kembali seperti sediakala. Walaupun malam belum begitu kelam, namun tindakan ini musti terus dilakukan oleh setiap penghuni rumah baik yang pulang atau yang akan pergi, baik itu malam maupun siang hari. Bukan apa-apa, bukan juga karena faktor keamanan rumah dan lingkungan sebenarnya, namun lebih pada keamanan salah satu penghuni istimewa, yang memang saat ini sudah berada dalam kondisi yang mengharuskan kami mengistimewakan beliau, ya..kanak-kanak dalam usia senja. Pertama-tama untuk gagang pintu, lalu sebuah pasak besi di bawahnya dan terakhir sebuah pasak yang terbuat dari kayu di bagian atasnya. </p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Saat sampai di pintu menuju dapur, kulihat Ama sepertinya masih sedang menyiapkan masakan. Di dapur yang sudah tampak lebih lega dan menyenangkan. Kuhampiri beliau yang ternyata sedang menggoreng kerupuk. Teman makan yang paling tepat untuk apapun masakan Ama.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">"Ma, jadi Minggu ke Padang?tanyaku seraya mengambil kerupuk yang telah keluar dari pengorengan. Dalam dua hitungan kerupuk hilang dari pandangan.Ikut ..tidak Ya?</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">"Insyaallah jadi Is." jawab Ama.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">"O iya..tadi pas bersih-bersih..Ama menemukan banyak buku. Namun sayang sudah banyak yang rusak. Jadi sebagian besar halamannya sudah jadi bubuk, jadi maaf Ama buang saja. Di laci lemari coklat sana ...ada beberapa yang kondisinya masih cukup baik. Coba kamu lihat."</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Dalam hati aku bertanya, kira-kira buku apa yang beliau temukan. Ada banyak buku ternyata di laci terbawah meja coklat di dalam ruangan yang sudah jadi gudang ini. Kucoba melihat satu-persatu. </p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">"Masyaallah Ma, ini buku pas nyantri dulu Ma..</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">"Alhamdulillah.ucapku dalam hati. Seolah-olah aku menemukan harta karun yang lama dipendam bumi.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Buku-buku ini kukira sudah sejak lama hilang. Padahal dulu sudah seisi rumah kutelusuri ternyata tertinggal di laci meja ini. Setelah kuingat ruangan ini memang pernah jadi kamar tidurku. Namun setelah aku melanjutkan pendidikan ke luar kota sana, kamar ini kemudian beralih fungsi menjadi gudang. Kebanyakan dari buku tersebut adalah kitab-kitab pada saat aku berada di saat awal mengenal bahasa arab dan mendalami Islam. Ada kitab nahwu matan jurumiah, kitab sharf mudah yang diasuh Ustadz Ade Sehabuddin, ada matan jurumiah, khulasoh nurul yaqin yang diasuh oleh Ustadz Abdurrahman, terjemahan tanqihul qaul dan ta'lim muta'lim karya Syaik Zarnuji yang diasuh oleh Ustadz Rahmat, hadits arbain karya Imam Nawawi, bahkan kitab muthala'ah pun masih ada.. Semua kenangan kembali begitu cepat dalam benakku, saat pertama datang ke kota santri kota Serambi Mekah. Saat-saat penuh antrian dengan sebagian berhamburan keluar kamar lari dari serangan fajar Ustadz Thohir , Ustadz Amir dan pada masa akhir Ustadz Ma'ruf.Aku senyum-senyum sendiri. Bagaimana kabar beliau semua saat ini? Bahkan pada rotan-rotan pun ada kerinduan tersendiri..h..h..</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">"Ngapain kamu senyum-senyum Is, ketemu tidak yang kamu inginkan?"</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">"Ada alhamdulillah,enggak ini cuman rindu sama kenangan saat masih di asrama. Saat masih berada dalam masa-masa keemasan.Ndak terasa sudah 10 tahun saja"</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">"Rindu lagi jadi santri Ma. Kapan ya bisa mondok lagi. ?</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">"Ya tinggal berkunjung saja kan. Memangnya kenapa?</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">"Bukan begitu, segan saja Ma kan sudah lama sekali."alasanku</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">"Mungkin sedikit yang bisa dikenal disana, ngak enak sendirian ...canggung saja."</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Soal ketakutan juga banyak kenangan dan ceritanya. Salah satu yang berkesan yaitu takut kertas tajassus buat para pelangar bahasa wajib. Setelah shalat isya para "pemenang" akan diumumkan untuk menerima ganjaran akan kecintaanya pada bahasa daerah. Pada setengah tahun pertama bahasa Indonesia masih diperbolehkan. Setelah itu hanya bahasa Inggris dan Arab yang "halal" digunakan. Walaupun begitu masih saja ada yang kesulitan mengurangi kecintaan mereka akan bahasa Ibu mereka masing-masing.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> Hadiah yang paling dihindari adalah hukuman rotan. Dikhususkan bagi pelanggar teritori dan perbatasan. Maksudnya buat para peloncat pagar yang tidak tahan melihat dunia luar. Bagi mereka ada banyak pilihan mulai rotan seukuran telunjuk sampai yang berdiameter seukuran kelingking. Tak terkecuali saya sendiri ternyata salah seorang penerima anugerah yang sering tak terduga ni'matnya (perih.red). Maklum darah pancaroba awal perubahan warna suara.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">"Ma..aku ke atas dulu ya."</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">"Ya.. jangan lupa bilang sama Ihsan mengantar makan malam emak Ya."</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">"Yap..sahutku..seraya menyeru si bungsu saat menaiki tangga yang berbahan kayu.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Sesampai di kamar. Kubalik satu-persatu kitab yang kutemukan tadi. kucoba membaca kitab muthala'ah jilid 3 yang dulu diasuh oleh Ustadz Abdurrhaman, darsu mengenai hafalan bacaan dan cerita berbahasa arab. Waktu pulang ke asrama sebanding dengan seberapa cepat kita menghafal cerita. Mengapa harus cepat-cepat pulang? Karena saat itu adalah saat antri mandi sore sebelum waktu maghrib tiba. Tidak mau antri maka harus lekas kembali.Kucoba mengingat satu-persatu mufrodat yang masih tersisa di dalam kepala. Sudah banyak yang hilang namun paling tidak dapat kuulang saat membaca alquran dan terjemahan.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Sampai pada sebuah cerita menarik tentang Qiththani dan Qirdun yang dulu pernah dengan cepat kuhafal. </p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Satu kali,--begitu dalam buku itu,-- dua ekor kucing mendapatkan setukah sebungkah makanan. Agar pembagian terasa adil, mereka sepakat untuk membagi dua daging tersebut. Lantas kucingpun ingin bertahklim mengangkat monyet yang menjadi hakim pendapatan itu.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Tuan hakim, kata kucing, kami datang minta agar daging ini dibagi dua sehingga keadilan bisa tegak. “O begitu,” kata monyet. “Iyalah, tolonglah kami,”kata sang kucing.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Sang monyetpun,mengambil timbangan yang dua daun (seperti lambang kehakiman sekarang), lalu dia ambil makanan yang diamanahkan untuk dibagi dua itu.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Begitulah, awalnya dia potong makanan diletakkannya pada daun sebelah kanan,dan agar berimbang dia potong dan diletakkan pada daun sebelah kiri. Ketika salah satu daun timbangan berat sebelah, maka dia kurangi makanan di daun yang lainnya.Caranya dia kurangi dan yang lebihnya langsung dia makan.Konon,begitulah seterusnya, hingga akhirnya makanan yang akan dibagi dua itupun hampir habis masuk ke perut sang hakim.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Saatnya dia telah kenyang dan makanan pun hampir habis, barulah sang monyet memberikan apa yang tersisa dan menyebutnya itulah yang dapat diberi rata. “Inilah pembagian yang benar-benar rata buat kalian, dan ambillah ini untuk kalian manfaatkan masing-masing,” kata monyet.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Melihat keadaan itu, dua ekor kucing saling melirik bengong dan berlalu dengan kecewa kerena keadilan telah tertanam di perut sang hakim. Allah, Allah.—Itulah hakim, ketika salah menunjuk sang hakim jadi hakim. Taulah monyet tuan, lambang kerakusan dalam hidup yang tak pernah berkecukupan. Lihatlah monyet, ketika mulutnya telah penuh, perutnya penuh terisi, coba beri lagi, pasti tangannya akan terulur, penuh tangannya, kakinya juga masih bisa menerima.*(waspadamedan.com)</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Tersentakku dari membaca dan merenungi jalan cerita, bulu-bulu halus berwarna abu-abu kehitaman dari seekor makhluk menggerayangi kakiku. Sontak aku beristighfar...terkejut campur geli...si abu rupanya...kucing rumahan yang tidak tahu sampaii kini siapa tuannya. Sudah hampir setengah tahun memilih bermukim di rumah ini bersama dengan yang rekan seprjuangannya yang berwarna jingga, adapaun makhluk yang satu ini lebih penyabar dibanding si abu...lebih senang menunggu daripada mengeong mengiba-iba minta makan</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> Spontan lalu kuberkata.."Jangan terlalu banyak mengadu soal perut lagi padaku Cing...Kami manusia tetaplah manusia tapi tingkah kami seringkali tak ubahnya seekor monyet...bahkan bisa lebih parah lagi...Berusaha lebih keraslah dulu...Lalu serahkan perkaramu pada Hakim Yang Maha Adil...Lalu syukuri apapun yang Dia putuskan untukmu..Bersyukurlah!!!</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Kubangun dari pembaringan. Coba kita lihat apa yang ada untukmu malam ini. Tak ada daging... ikan bilis pun jadi..Ayo waktunya makan ....hari makin malam...</p></span></span><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-31668709754536361982011-04-20T04:00:00.000-07:002011-04-20T04:06:08.358-07:00"Nikmatilah Kopinya, Bukan Cangkirnya"<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTrKjl3ta0famIEUF1j8csVyxrz_u761q9DDbq2dOSCFuVJiAgzIkky-1u0GYRv6yxDhQzKhXFBE4zgVIKIZd8c0IDfy9xRb8p86EpNoU9NUtxF-uQiiJBShCXUocEvoJbKgWE-3ZrQuM2/s1600/segelas+kopi.jpg"><img style="float: right; margin: 0pt 0pt 10px 10px; cursor: pointer; width: 200px; height: 135px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTrKjl3ta0famIEUF1j8csVyxrz_u761q9DDbq2dOSCFuVJiAgzIkky-1u0GYRv6yxDhQzKhXFBE4zgVIKIZd8c0IDfy9xRb8p86EpNoU9NUtxF-uQiiJBShCXUocEvoJbKgWE-3ZrQuM2/s200/segelas+kopi.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5597620054011153250" border="0" /></a><br /><span class="Apple-style-span" style=";font-family:Arial,sans-serif;font-size:12px;" >Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang telah tua. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada komplain tentang stess di pekerjaan dan kehidupan mereka.<br /><br />Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan poci besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis - dari porselin, plastik,gelas, kristal, gelas biasa, beberapa diantara gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah - dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.<br /><br />Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan : "Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan yang murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami."<br /><br />"Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukanlah cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain."<br /><br /><span style="color: rgb(204, 102, 0);" class="Apple-style-span">"Sekarang perhatikan hal ini : Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkirnya. <span style="font-style: italic;">Cangkir bagaikan alat untuk memegang dan mengisi kehidupan. Jenis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi. Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita."</span><br /><br /><span style="font-style: italic;font-family:verdana;" >Tuhan memasak dan membuat kopi, bukan cangkirnya. Jadi nikmatilah kopinya, jangan cangkirnya.</span></span><br /><br />Sadarilah jika kehidupan anda itu lebih penting dibanding pekerjaan anda. Jika pekerjaan anda membatasi diri anda dan mengendalikan hidup anda, anda menjadi orang yang mudah diserang dan rapuh akibat perubahan keadaan. Pekerjaan akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak merubah diri anda sebagai manusia. Pastikan anda membuat tabungan kesuksesan dalam<br />kehidupan selain dari pekerjaan anda.<br /></span><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-36376431087011108262011-04-16T21:13:00.000-07:002011-04-16T21:25:53.310-07:00Tukang Cukur Dan Tuhan<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; "><span class="Apple-style-span" ><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya. Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang TUHAN.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya kalau TUHAN itu ada”.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">“Kenapa kamu berkata begitu ?” tanya si konsumen.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">“Begini, coba kamu perhatikan di depan sana, di jalanan…. untuk menyadari bahwa TUHAN itu tidak ada”.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">“Katakan kepadaku, jika TUHAN itu ada. Adakah yang sakit? Adakah anak-anak terlantar? Adakah yang hidupnya susah?” .</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">“Jika TUHAN ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan”.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">“Saya tidak dapat membayangkan TUHAN Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi”.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon apa yang dikatakan si tukang cukur tadi, karena dia tidak ingin terlibat adu pendapat.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (Jawa : mlungker-mlungker – Red), kotor dan brewok, tidak pernah dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Si konsumen balik ke tempat tukang cukur tadi dan berkata :</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">“Kamu tahu, sebenarnya di dunia ini TIDAK ADA TUKANG CUKUR..!”</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Si tukang cukur tidak terima, dia bertanya : “Kamu kok bisa bilang begitu?”.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">“Saya tukang cukur dan saya ada di sini. Dan barusan saya mencukurmu!”</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">“Tidak!” elak si konsumen.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">“Tukang cukur itu TIDAK ADA! Sebab jika tukang cukur itu ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana”, si konsumen menambahkan.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">“Ah tidak, tapi tukang cukur itu tetap ada!”, sanggah si tukang cukur.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">“Apa yang kamu lihat itu adalah SALAH MEREKA SENDIRI, mengapa mereka tidak datang kepada saya untuk mencukur dan merapikan rambutnya?”, jawab si tukang cukur membela diri.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">“COCOK, SAYA SETUJU..!” kata si konsumen.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">“Itulah point utamanya!.. Sama dengan TUHAN.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">“Maksud kamu bagaimana?”, tanya si tukang cukur tidak mengerti.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Sebenarnya TUHAN ITU ADA ! Tapi apa yang terjadi sekarang ini.?</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Mengapa orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU mencari-NYA..?</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Si tukang cukur terbengong!!!! Dalam hati dia berkata : “Benar juga apa kata dia..mengapa aku tidak mau datang kepada TUHANKU, untuk beribadah dan berdoa, memohon agar dihindarkan dari segala kesusahan dalam hidup ini..?”</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Jika Anda berpikir bahwa TUHAN ITU ADA, sampaikan cerita ini kepada orang lain. Semoga kita selalu mendapat kebaikan dan kebahagiaan dalam hidup ini. Amien..</p></span></span><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-42664403317059022432011-04-16T21:09:00.001-07:002011-04-16T21:13:20.532-07:003 jawaban yang membuktikan ALLAH itu ada<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; " ><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Ada seorang pemuda yang lama menjalani pendidikan di luar negeri namun tidak pernah belajar agama Islam, kini kembali ke tanah air. Sesampainya di rumah ia diminta kedua orang tuanya untuk belajar agama Islam, namun ia memberi syarat agar dicarikan guru agama yang bisa menjawab 3 pertanyaan yang selama ini mengganjal dihatinya. Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut, seorang kyai dari pinggiran kota.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Pemuda : “Anda siapa dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanya an saya?“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Kyai : “Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda.“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Pemuda : “Anda yakin? Sedangkan Profesor di Amerika dan banyak orang yang pintar tidak mampu menjawab pertanyaan saya.“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Kyai : “Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Pemuda : “Saya ada 3 pertanyaan :</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada saya !</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">2. Kalau memang benar ada takdir, tunjukkan takdir itu pada saya !</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">3. Kalau syaitan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat syaitan. Sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Tiba-tiba kyai tersebut menampar pipi pemuda tadi dengan keras.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Pemuda : (sambil menahan sakit) “Hei ! Kenapa anda marah kepada saya?“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Kyai : “Saya tidak marah... Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 pertanyaan yang anda ajukan</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">kepada saya.“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Pemuda : “Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Kyai : “Bagaimana rasanya tamparan saya?“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Pemuda : “Tentu saja saya merasakan sakit.“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Kyai : “Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Pemuda : “Ya!“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Kyai : “Tunjukan pada saya wujud sakit itu!“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Pemuda : “Saya tidak bisa.“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Kyai : “Itulah jawaban pertanyaan pertama...kita semua merasakan kewujudan Tuhan tanpa mampu</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">melihat wujudnya."</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Kyai : “Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Pemuda : “Tidak.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Kyai : “Apakah pernah terfikir oleh anda akan menerima tamparan dari saya hari ini?“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Pemuda : “Tidak.“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Kyai : “Itulah yang dinamakan takdir.“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Kiyai : “Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Pemuda : ”Kulit.“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Kyai : ”Terbuat dari apa pipi anda?“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Pemuda : ”Kulit.“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Kyai : ”Bagaimana rasanya tamparan saya?“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Pemuda : ”Sakit.“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Kyai : ”Walaupun syaitan dijadikan dari api dan neraka juga terbuat dari api, jika Tuhan menghendaki</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">maka neraka akan menjadi tempat yang menyakitkan untuk syaitan. Semoga kita bukan</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">termasuk orang-orang yang ditempatkan bersama syaitan di neraka...“</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Pemuda itu langsung tertunduk dan memeluk kyai tersebut sambil memohonnya untuk mengajarkan Islam lebih banyak lagi.</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; "> </p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">dibaca...di mengerti DAN di renungi ya !!!!</p><p style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; text-align: left; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">sumber: <a href="http://www.kaskus.us/showthread.php?t=7974200" rel="nofollow" target="_blank" style="cursor: pointer; text-decoration: none; ">www.kaskus.us/showthread.php?t=7974200</a></p></span><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-11121394229377471232011-04-16T21:01:00.000-07:002011-10-16T22:38:20.016-07:00Penguasa Nakal Refleksi dari Bangsa yang Bandel<span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px;">Ketika Tuhan mengutus Nabi Musa as untuk berdakwah kepada Firaun. Sebetulnya Tuhan juga tahu, kalau Firaun itu sudah tidak bisa diluruskan lagi. Jadi apa gunanya dakwah Musa itu ? Ya dakwah itu berguna untuk peningkatan iman Nabi Musa sendiri, serta orang2 yang mau diajak. Kaum Nabi Musa as juga termasuk bangsa yang paling bandel juga. Seperti Nabi2 yang lain, Musa sendiri juga mengalami hinaan, cacian, ejekan dan cibiran dari kaumnya. Hampir semua Nabi tidak diterima di negerinya sendiri, sementara di negeri lain diterima dan disambut dengan baik.<br /><br />Akibat Kebandelan kaumnya Musa diberilah musibah demi musibah silih berganti. Ketika diberi ujian dengan kemarau yang panjang, maka kaum yang bandel ini datang kepada Nabi Musa as. Wahai Musa, tolonglah berdoa kepada Tuhanmu, hapuskanlah kemarau panjang ini dengan hujan, agar penderitaan kami dapat berkurang sedikit. Nanti, kalau hujan sudah datang, kami akan jadi pengikutmu yang setia. Maka Musa pun berdoa kepada Tuhan supaya diturunkan hujan.<br /><br />Setelah Musa berdoa, dengan serta merta hujan lebat pun turun. Maka kaum Nabi Musa ini pun bersenang2 dengan riang gembira. Janji mereka yang akan menjadi pengikut setia Nabi Musa sudah dilupakannya setelah ia mendapat nikmat. Maka Tuhan pun kirim belalang sebagai ujian bagi kaum Musa. Tanam2an pertanian, perkebunan yang tumbuh hijau akibat hujan lebat disikat habis oleh semua belalang yang ada. Setelah tanaman habis dilalap oleh belalang dengan tanpa sisa, maka belalang meneruskan aksi mereka dengan menggerogoti atap2 rumah penduduk. Ketika atap rumah penduduk sudah ompong melompong, belalang pun melanjutkan aksinya dengan melahap dinding2 rumah yang terbuat dari kayu.<br /><br />Setelah tidak tahan dengan penderitaan akibat serangan belalang, datang lah kaum yang bandel ini kepada Nabi Musa as. Dengan berhiba2 ia minta supaya Nabi Musa berdoa agar belalang dimusnahkan dari negeri mereka. Nanti, kalau belalang sudah musnah, mereka berjanji akan menjadi pengikut Musa yang setia. Nabi Musa kasihan juga melihat penderitaan mereka, maka Nabi yang penuh dengan kasih ini pun berdoa lagi. Setelah berdoa belalang pun sirna. Apa yang terjadi dengan kaum Nabi Musa ? Bukannya mereka memenuhi janji untuk setia kepada Musa, mereka malahan menuduh Nabi Musa sebagai penyihir yang nyata.<br /><br />Tidak puas dengan tuduhan keji itu, maka Kaum Nabi Musa ini juga menghina, mencerca, mencaci maki setiap ada Nabi Musa. Sebagian dari mereka bahkan ada yang hendak mengusir Musa. Namun sebagian lagi melarang, sebab mungkin saja Musa masih ada manfaatnya.<br /><br />Nabi Musa tetap sabar, ketika datang ujian kutu ia pun masih mau berdoa untuk kaumnya. Ujian kutu ini menyerang negeri. Seluruh kampung dan negeri dipenuhi oleh kutu. Maka, setelah kaum yang bandel itu tidak tahan, mereka datang lagi kepada Nabi Musa. Minta didoakan lagi dengan merengek2. Berjanji lagi. Setelah didoakan ingkar janji lagi. Maka datanglah serangan katak, diseluruh negeri penuh dengan katak. Minta didoakan lagi, berjanji lagi, ingkar lagi, dasar bandel !!!<br /><br />Setelah katak hilang datang lagi ujian darah, dimana2 ada darah yang amis dan menjijikkan. Kaum yang bandel itu minta didoakan lagi. Setelah didoakan dan hilang musibah2 nya, Nabi Musa dituduh lagi sebagai tukang sihir. Cerita mengenai Musa sebagai tukang sihir ini pun sampai juga ke telinga Firaun. Maka Firaun pun mengundang Musa untuk melakukan perlombaan sihir.<br /><br />Sebetulnya Firaun agak ngeri juga berhadapan dengan Musa, karena ia tahu sebetulnya Musa ini benar utusan Tuhan. Dan ia yakin tak akan menang menghadapi Musa. Tetapi, karena gengsi, ia tak mau membatalkan undangannya itu. Namun demikian, diam2 Firaun mendatangi Bal’am, seorang wali yang sangat soleh ketika itu. Bal’am sangat terkenal karena setiap doanya juga pasti terkabul. Bahkan, doa belum terucap, baru tangannya saja menengadah, maka pintu2 langit sudah terbuka, seolah2 siap menyambut doa Bal’am.<br /><br />Oleh Firaun, Bal’am disuruh berdoa supaya Nabi Musa as tersesat. Tadinya Bal’am enggan berdoa yang seperti itu. Namun, karena hadiah2 yang terus mengalir, baik secara langsung maupun melalui istrinya, maka hati Bal’am tergoda juga. Singkat cerita Bal’am berdoa supaya Musa tersesat. Benar saja Musa tersesat selama 40 tahun. Jibril datang bahwa ia tersesat karena doa dari si Bal’am. Maka Musa pun berdoa kepada Tuhan, supaya diberikan petunjuk untuk dapat bertemu dengan Firaun. Sebetulnya, tersesatnya Nabi Musa ini juga ujian bagi Musa, ia pernah lupa berdzikir kepada Tuhan.<br /><br />Akhirnya, Musa berhasil sampai di istana Firaun. Disana, ia sudah ditunggu oleh ahli2 sihir yang sudah berpengalaman. Ketika, ahli sihir Firaun melemparkan tali2 mereka, dengan gesitnya tali2 itu berubah menjadi ular. Musa merasa gentar melihat tali2 yang berubah jadi ular2 yang ganas. Ia lupa lagi untuk berdzkir kepada Tuhan. Oleh sebab itu Musa menjadi takut. Musa lupa bahwa ia tidak boleh takut, karena Tuhan selalu mengawasi apa2 yang akan terjadi. Sampailah pada puncak ketakutannya itu, maka Nabi Musa diperintahkan oleh Tuhan untuk melemparkan tongkatnya. Tongkat dilempar berubah menjadi ular yang sangat besar, menelan semua ular2 kecil buatan ahli shir.<br /><br />Melihat itu semua ahli sihir Firaun bersujud, tunduk dan patuh serta berjanji akan menjadi pengikut Musa. Tetapi ahli sihir itu dihukum Firaun dengan potong kaki dan tangan, kaki kiri dan tangan kanan dipotong, atau sebaliknya kaki kanan dan tangan kiri yang dipotong.<br /><br />Sebetulnya ceritanya sangat panjang, tetapi intinya adalah, Tuhan akan kirim penguasa yang nakal jika rakyat suatu bangsa juga bandel dan susah diatur…Jadi sebenarnya benarlah kalau ada yang mengatakan bahwa penguasa itu refleksi dari rakyatnya. Kalau rakyatnya baik, maka pemimpinnya juga baik, dan sebaliknya…</span><br />
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px;"><br /></span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px;">sumber:</span><a href="http://filsafat.kompasiana.com/">filsafat.kompasiana.com</a></div><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-27027719122669392812011-03-26T03:45:00.001-07:002011-03-26T03:45:40.154-07:00EMAS<span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; ">Alkisah seorang raja yg kaya raya & sangat baik. Ia mempunyai banyak sekali emas & kuningan. Karena terlalu banyak sehingga antara emas & kuningan tercampur menjadi satu.<br /><br />Suatu hari raja yg baik hati ini memberikan hadiah emas kepada seluruh rakyatnya. Dia membuka gudangnya lalu mempersilahkan rakyatnya mengambil kepingan emas terserah mereka. Karena antara emas & kuningan tercampur menjadi satu sehingga sulit sekali dibedakan mana yg emas & mana yg kuningan, lalu mana yg emasnya 24 karat & mana yg emasnya hanya 1 karat.<br /><br />Namun karena ada peraturan dari Sang Raja, yaitu bila mereka sudah MEMILIH & MENGAMBIL SATU dari emas itu, mereka tidak boleh mengembalikannya lagi.<br /><br />Tetapi raja menjanjikan bagi mereka yg mendapat emas hanya 1 karat atau mereka yg mendapatkan kuningan, mereka dapat bekerja di kebun raja & merawat pemberian raja itu dengan baik, maka raja AKAN MENAMBAH & MEMBERIKAN KADAR KARAT itu sedikit demi sedikit.<br /><br />Mendengar itu bersukacitalah rakyatnya, sambil mengelu-elukan rajanya. Mereka datang dari penjuru tempat dan satu persatu dari mereka dengan berhati-hati mengamat-amati benda-benda itu. Waktu yg diberikan kepada mereka semua ialah SATU SETENGAH HARI, dengan perhitungan SETENGAH HARI UTK MEMILIH, SETENGAH HARI UTK MERENUNGKAN & SETENGAH HARI LAGI UTK MEMUTUSKAN.<br /><br />Para prajurit selalu siaga menjaga keamanan pemilihan emas tsb. Karena tidak jarang terjadi perebutan emas yg sama diantara mereka. Selama proses pemilihan berlangsung, seorang prajurit mencoba bertanya kpd salah seorang rakyatnya, "Apa yg kau amat-amati, sehingga satu setengah hari kau habiskan waktumu di sini?"<br /><br />Jawab orang itu: "Tentu saja aku harus berhati-hati, aku harus mendapatkan emas 24 karat itu."<br /><br />Lalu tanya prajurit itu lagi: "Seandainya emas 24 karat itu tidak pernah ada, atau hanya ada satu diantara setumpuk emas ini, apakah engkau masih saja mencarinya? Sedangkan waktumu sangat terbatas?"<br /><br />Jawab orang itu lagi: Tentu saja tidak, aku akan mengambil emas terakhir yg ada ditanganku begitu waktuku habis."<br /><br />Lalu prajurit itu berkeliling & ia menjumpai seorang yg tampan, melihat perangainya ia adalah seorang kaya. Bertanyalah prajurit itu kepadanya, "Hai orang kaya apa yg kau cari di sini.Bukankah engkau sudah lebih dari cukup?"<br /><br />Jawab orang kaya itu, "Bagiku hidup adalah uang, kalau aku bisa mengambil emas ini tentu saja itu berarti menambah keuntunganku."<br /><br />Kemudian prajurit itu kembali mengawasi satu persatu dari mereka, maka tampak olehnya seseorang yg sejak satu hari ia selalu menggenggam kepingan emasnya. Lalu dihampirinya orang itu, "Mengapa engkau diam di sini? Tidakkah engkau memilih emas-emas itu? Atau tekadmu sudah bulat untuk mengambil emas itu?"<br /><br />Mendengar perkataan prajurit itu,orang ini hanya diam saja. Maka prajurit bertanya lagi, "Atau engkau yakin bahwa itulah emas 24 karat, sehingga engkau tidak lagi berusaha mencari yg lain?"<br /><br />Orang itu masih terdiam, prajurit itu semakin penasaran. Lalu ia lebih mendekat lagi, "Tidakkah engkau mendengar pertanyaanku? "<br /><br />Sambil menatap prajurit, orang itu menjawab: "Tuan,saya ini orang miskin. Saya tidak pernah tahu mana yg emas & mana yg kuningan. Tetapi HATI SAYA MEMILIH EMAS INI, saya pun tidak tahu berapa kadar emas ini. Atau jika ternyata emas ini hanya kuningan pun saya juga tidak tahu."<br /><br />"Lalu mengapa engkau tidak mencoba bertanya kepada mereka atau kepadaku kalau engkau tidak tahu." Tanya prajurit itu lagi.<br /><br />"Tuan, emas & kuningan ini milik raja. Jadi menurut saya hanya raja yg tahu mana yg emas & mana yg kuningan, mana yg 1 karat & mana yg 24 karat. Tetapi satu hal yg saya percaya, janji raja untuk mengubah kuningan menjadi emas, itu yg lebih penting." Jawabnya lugu.<br /><br />Prajurit ini semakin penasaran, "Mengapa bisa begitu?"<br /><br />"Bagi saya berapa pun kadar emas ini cukup buat saya. Karena kalau saya bekerja, saya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membeli emas Tuan."<br /><br />Prajurit tampak tercengang mendengar jawaban dari orang ini, lalu ia melanjutkan perkataannya, "Lagipula Tuan, peraturannya saya tidak boleh menukar emas yg sudah saya ambil. Tidakkah engkau mengambil emas-emas yg lain & menukarnya sekarang selagi masih ada waktu?" Tanya prajurit lagi.<br /><br />"Saya SUDAH MENGGUNAKAN WAKTU ITU, kini waktu setengah hari terakhir saya, inilah saatnya saya mengambil keputusan. Jika saya GANTIKAN EMAS INI DENGAN YANG LAIN, BELUM TENTU SAYA MENDAPAT YG LEBIH BAIK DARI PUNYA SAYA INI. Saya memutuskan untuk mengabdi pada raja & merawat milik saya ini, untuk menjadikannya emas yg murni."<br /><br />Tak lama lagi lonceng istana berbunyi, tanda berakhir sudah kegiatan mereka. Lalu raja keluar & berdiri ditempat yg tinggi sambil berkata, "Wahai rakyatku yg kukasihi. Semua emas yg kau genggam itu adalah hadiah yg telah kuberikan. Sesuai dengan perjanjian, tidak seorang pun diperbolehkan menukar atau pun menyia-nyiakan hadiah itu. Jika didapati hal di atas maka orang itu akan MENDAPAT HUKUMAN karena ia tidak menghargai raja."<br /><br />Kata-kata raja itu disambut hangat oleh rakyatnya. Lalu sekali lagi di hadapan rakyatnya raja ingin memberitahu tentang satu hal, "Dan ketahuilah, bahwa sebenarnya tidak ada emas 24 karat itu. Hal ini dimaksudkan bahwa kalian semua harus mengabdi kepada kerajaan. Dan hanya akulah yg dapat menambah jumlah karat itu, karena akulah yg memilikinya. Selama satu setengah hari, setengah hari yg kedua yaitu saat kuberikan waktu kepada kalian semua untuk merenungkan pilihan, kalian kutunggu untuk datang kepadaku menanyakan perihal emas itu. Tetapi sayang sekali, hanya 1 orang yg datang kepadaku untuk menanyakannya. "<br /><br />Demikianlah raja yg baik hati & bijaksana itu mengajar rakyatnya. Dan selama bertahun-tahun ia dengan sabar menambah karat satu persatu dari emas rakyatnya.<br /><br />(Dikutip dari: "When We Have to Choose")</span><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-20924064789213843212011-03-26T03:09:00.000-07:002011-03-26T03:10:03.677-07:00ADA<span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; ">Seorang Siswa dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".<br /><br />Seorang Siswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya".<br /><br />"Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi. "Ya, Pak, semuanya" kata siswa tersebut.<br /><br />Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan".<br /><br />"Siswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau Agama itu adalah sebuah mitos.<br /><br />Siswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?".<br /><br />"Tentu saja," jawab si Profesor,<br /><br />Siswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"<br /><br />"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada.<br /><br />Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa siswa lainnya.<br /><br />Siswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.<br /><br />Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas."<br /><br />Siswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?" Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."<br /><br />Siswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak.<br /><br />Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak.<br /><br />Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."<br /><br />Akhirnya siswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"<br /><br />Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya.<br /><br />Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."<br /><br />Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak.<br /><br />Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan.<br /><br />Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."Profesor itu terdiam.</span><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-10372098988829944792010-12-05T23:27:00.000-08:002010-12-05T23:45:59.496-08:00SAYA SUDAH BOSAN HIDUP<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRx0SvUnbh8aN_1u1tydt75sqli9qt85TbgsR184gkKnELCivKxHCjuw-zjVoE3fZb-nRRMYQy4VXPyENI17nIUFyBeR_PPJ_5URAtXgzYcbutFOTFSdoJnC9z_iG1O2884UZFnfy2YYkA/s1600/bosan1.jpg"><img style="float: right; margin: 0pt 0pt 10px 10px; cursor: pointer; width: 200px; height: 124px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRx0SvUnbh8aN_1u1tydt75sqli9qt85TbgsR184gkKnELCivKxHCjuw-zjVoE3fZb-nRRMYQy4VXPyENI17nIUFyBeR_PPJ_5URAtXgzYcbutFOTFSdoJnC9z_iG1O2884UZFnfy2YYkA/s200/bosan1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5547468131078824242" border="0" /></a>Seorang pria mendatangi seorng Ustadz, "Ustadz, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati." <p>Sang Ustadz tersenyum, "Oh, kamu sakit." "Tidak Ustadz, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati."</p> <p>Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Ustadz meneruskan, "Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, 'Alergi Hidup'. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan."</p> <p>Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.</p> <p>Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.</p> <p>"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku." demikian sang Ustadz.</p> <p>"Tidak Ustadz, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup." pria itu menolak tawaran sang Ustadz.</p> <p>"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?" "Ya, memang saya sudah bosan hidup."</p> <p>"Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang."</p> <p>Giliran dia menjadi bingung. Setiap Ustadz yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati. Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut "obat" oleh Ustadz edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya.</p> <p>Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget!</p> <p>Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, "Sayang, aku mencintaimu". Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis!</p> <p>Sang istripun merasa aneh sekali Selama ini, mungkin aku salah. "Maafkan aku, sayang."</p> <p>Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Boss kita kok aneh ya?" Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!</p> <p>Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan.</p> <p>Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu." Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, "Pi, maafkan kami semua. Selama ini, Papi selalu stres karena perilaku kami."</p> <p>Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?</p> <p>Ia mendatangi sang Ustadz lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Ustadz langsung mengetahui apa yang telah terjadi, "Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan."</p> <p>Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Ustadz, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!!!</p> <p>Hidup? bukanlah merupakan suatu beban yang harus dipikul?. tapi merupakan suatu anugrah untuk dinikmati</p><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-31572481108637512742010-11-25T02:28:00.000-08:002010-11-25T02:36:17.326-08:00KEKAYAAN YANG TIDAK TERLIHAT<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8FM4kKfv9-8eOcACfpSi0GQEHUNVt0JNrIFPJncRZV9FaLdC_XxyDh0a2M6s6lAsS3GPOc8R534wmoAFDMsk78bMU39uoJzoeHZ8DrAlDLDmzsO5Zz8bOPl6UeZD_fFA-rxbnF5ylaQbS/s1600/ngarai.jpg"><img style="float: right; margin: 0pt 0pt 10px 10px; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8FM4kKfv9-8eOcACfpSi0GQEHUNVt0JNrIFPJncRZV9FaLdC_XxyDh0a2M6s6lAsS3GPOc8R534wmoAFDMsk78bMU39uoJzoeHZ8DrAlDLDmzsO5Zz8bOPl6UeZD_fFA-rxbnF5ylaQbS/s200/ngarai.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5543434073021240898" border="0" /></a>Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampung, dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang bisa sangat miskin. Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat miskin. <p> </p><p> Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya kepada anaknya. </p><p> </p><p> ' Bagaimana perjalanan kali ini?' </p><p> </p><p> ' Wah, sangat luar biasa Ayah' </p><p> </p><p> ' Kau lihatkan betapa manusia bisa sangat miskin' kata ayahnya. </p><p> </p><p> ' Oh iya' kata anaknya </p><p> </p><p> ' Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?' tanya ayahnya. </p><p> </p> <p> </p><p> <strong>Kemudian si anak menjawab.</strong> ' saya saksikan bahwa kita hanya punya satu anjing, mereka punya empat. </p><p> </p><p> Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ketengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang tidak ada batasnya. </p><p> </p><p> Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari. </p><p> </p><p> Kita memiliki patio sampai ke! halaman depan, dan mereka memiliki cakrawala secara utuh. </p><p> </p><p> Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita. </p><p> </p><p> Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita, tapi mereka melayani sesamanya. </p><p> </p><p> Kita membeli untuk makanan kita, mereka menumbuhkannya sendiri. </p><p> </p><p> Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi.' </p><p> </p><p> Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara. </p><p> </p><p> Kemudian sang anak menambahkan ' Terimakasih Ayah, telah menunjukan kepada saya betapa miskinnya kita.' </p><p> </p><p> Betapa seringnya kita melupakan apa yang kita miliki dan terus memikirkan apa yang tidak kita punya. Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang ternyata merupakan dambaan bagi orang lain. Semua ini berdasarkan kepada cara pandang seseorang. Membuat kita bertanya apakah yang akan terjadi jika kita semua bersyukur kepada Tuhan sebagai rasa terima kasih kita atas semua yang telah disediakan untuk kita daripada kita terus menerus khawatir untuk meminta lebih. </p><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-9168642053355248502010-11-23T23:33:00.000-08:002011-12-03T04:11:02.902-08:00ARTI SEBUAH PERNIKAHAN<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVgAvBT6aUiqeRn0koNxs45ZV_yn_sQJtFMYJySNATd3CFcb88ty-cqp-6mWJg-2x5D4UGhv8_ZhwEAsLgqgBd3ERcv_QGylEcADleQd7qnl-THSF8Hv7uQt5MYnvK9ewFGvHIfdpMoz1j/s1600/cianjur_cicin_pernikahan+%25281%2529.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5543017433759753282" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVgAvBT6aUiqeRn0koNxs45ZV_yn_sQJtFMYJySNATd3CFcb88ty-cqp-6mWJg-2x5D4UGhv8_ZhwEAsLgqgBd3ERcv_QGylEcADleQd7qnl-THSF8Hv7uQt5MYnvK9ewFGvHIfdpMoz1j/s200/cianjur_cicin_pernikahan+%25281%2529.jpg" style="cursor: pointer; float: right; height: 200px; margin-bottom: 10px; margin-left: 10px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify; width: 200px;" /></a><br />
<div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">
Sebuah Renungan,......Semoga Bermanfaat terlampir kisah nyata yang bagus sekali untuk contoh kita semua (kisah ini pernah ditayangkan di MetroTV). Semoga kita dapat mengambil pelajaran.Ini cerita Nyata, beliau adalah Bp. Eko Pratomo Suyatno, Direktur Fortis Asset Management yg sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan Investment, beliau juga sangat sukses dlm memajukan industri Reksadana di Indonesia.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
</div>
<div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">
Apa yg diutarakan beliau adalah Sangat Benar sekali.Silahkan baca dan dihayati.Sebuah perenungan, Buat para suami baca ya…….. istri & calon istri juga boleh…Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak.Disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak keempat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Itu terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga, seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi. Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja, dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
</div>
<div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">
Untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas waktu maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang, bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
</div>
<div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa,tinggal si bungsu yg masih kuliah.Pada suatu hari…ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah, sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
</div>
<div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">
Dengan kalimat yg cukup hati-hati anak yg sulung berkata,”Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu, tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……. . bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu”. Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2, “sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini kami suda tidak tega melihat bapak. Kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
</div>
<div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2nya.”Anak2ku ………… Jikalau pernikahan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah…… tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian.. Sejenak kerongkongannya tersekat,… kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain? Bagaimana dengan ibumu yg masih sakit..”</div>
<div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
</div>
<div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">
Sejenak meledaklah tangis anak2 pak suyatno. Merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno….dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.. Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno, kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa2.. Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio, kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
</div>
<div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">
Disitulah Pak Suyatno bercerita..”Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam pernikahannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata,dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2..Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya.<b> Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit,,,”</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-54212555270072255282010-10-28T09:23:00.000-07:002010-11-25T02:38:54.492-08:00Lelaki Yang Takut Jatuh Cinta<div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2O3EdRaC4L9qsDsOfWObxhYr4YxEFPMFX9yZqfu3WZ1ECKMhfeCWJP9_cUzBLfhHa9CTGYnpD8GrN-o0Vs7AByhP1oDWmY2baJO23lfJuwZ6W3KaPcNDjqhILhANg10WlBzGaOsbJSsbG/s1600/images+%282%29.jpg"><img style="float: right; margin: 0pt 0pt 10px 10px; cursor: pointer; width: 160px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2O3EdRaC4L9qsDsOfWObxhYr4YxEFPMFX9yZqfu3WZ1ECKMhfeCWJP9_cUzBLfhHa9CTGYnpD8GrN-o0Vs7AByhP1oDWmY2baJO23lfJuwZ6W3KaPcNDjqhILhANg10WlBzGaOsbJSsbG/s200/images+%282%29.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5533135840721155378" border="0" /></a>Cerpen Sakti Wibowo<br /><br />Belum menikah?" tanya saya pada laki-laki di hadapan saya yang rautnya telah bertambah tua.<br />Yat, teman saya ini, mungkin tak tepat untuk saya sebut sebagai teman sebab usia kami yang terpaut<br />begitu jauh. Garis-garis dewasa-untuk saya menghindari kata tua-begitu nyata saya tangkap dari<br />wajahnya. Kerutan ada di sekitar mata dan pipinya.<br /><br />la menggeleng. Ini sudah jawaban paling baik yang saya dapatkan. Biasanya, kalau menghadapi<br />pertanyaan semacam itu, hanya senyum kecut yang ia berikan dan buru-buru mengajak beranjak<br />pada pembicaraan lain.<br /><br />Tentu anakmu sudah besar, ya, Wie!" gumamnya seraya menyelai jemari tangan. Mungkin ia<br />menyembunyikan resah.<br /><br />"°Ya, yang pertama masuk SD tahun ini. Kalau yang kecil, sekarang sudah empat tahun."<br /><br />"Bahagia?"<br /><br />Saya pikir, saya tak perlu menjawab pertanyaannya itu sebab definisi bahagia tiap-tiap orang<br />mungkin berbeda. Lagi pula, apakah menjawab ya atau tidak itu sesungguhnya yang menjadi<br />pertanyaannya?<br /><br />Saya hanya menangkap resah itu. Resah yang bisa dibaca nyaris di setiap geraknya, pandangannya<br />yang tidak fokus dan sering berpindah-pindah sebagaimana juga pembicaraannya yang selalu<br />berpindah dari satu topik ke topik yang lain, mengalir begitu deras.<br />"Tiga tahun lagi usiaku empat puluh. Sudah tua, ya<br /><br />Saya segera menghitung umur saya sendiri. Oktober tahun lalu, seperempat abad telah terlampaui,<br />dan saya pun telah merasa napas 'tua' merasuki raga saya. Lantas, apakah saya akan membantah<br />kalimatnya bahwa perbedaan dua belas tahun itu tak cukup menyebutnya tua?<br /><br />"Manusia boleh tua usia, Mas," hibur saya. "Yang penting, kan, semangatnya. Saya ingin tetap<br />muda kendati saya sendiri sekarang sudah mulai tua."<br /><br />"Apa aku cukup pantas diaebut bersemangat muda?" "Kenapa tidak?"<br /><br />"Hm, entahlah, Wie mungkin takdirku sendiri begini.°"Maksudnya?'°<br /><br />"Sebenarnya aku ingin menikah, tapi aku selalu takut jatuh cinta."<br /><br />Lantas, tanpa menunggu reaksi saya atas kalimat yang 'mengejutkan' itu, ia telah berlalu dari<br />hadapan saya. la berjalan, menunduk. Dukanya mengais-ngais jalan.<br /><br />memang terkadang menakutkan. Sungguh wajar baginya untuk mengatakan ia takut jatuh<br />cinta. Yat-begitu biasa dia dipanggil kendati itu bukan potongan dari salah satu suku kata<br />pembentuk namanya-memiliki pengalaman yang 'menyakitkan' dalam cinta.<br /><br />Seperti remaja kebanyakan, saat usia SMA, ia pernah jatuh cinta pada seorang wanita, rekan<br />sekelasnya. Cinta monyet, kata orang. Namun untuk ukuran remaja, hubungan percintaan mereka<br />terbilang awet. Cinta pertama yang begitu romantis, saling berkirim surat-kendati berbicara<br />langsung sebenarnya lebih praktis dan tanpa Maya karena keduanya yang berada dalam satu kelas<br />selama tiga tahun sebagaimana romansa khas remaja.<br /><br />Namun, di semester terakhir sekolahnya, si wanita menderita sakit parah dan berakhir pada<br />kematian, tepat pada saat teman-temannya yang lain menempuh ujian SMA. Irulah yang membuat<br />Yat kacau-balau menyelesaikan lembar lembar tes dan membuat ia tak bisa diterima di perguruan<br />tinggi mana pun.<br /><br />Cukup lama Yat dicekam kesedihan oleh kepergian teman dekat tersebut. Diausuh ia yang tak juga<br />mendapat pekerjaan selulus sekolah membuat kondisinya semakin memprihatinkan. Untunglah,<br />pada akhirnya ia menemukan semangat hidup itu dan kembali bisa berdiri untuk memperjuangkan<br />hidupnya. Meski tertatih-tatih, ia bisa keluar dari lingkaran duka itu dan memulai kembali<br />sejarahnya.<br /><br />Kali ini, tentu saja tidaak ada yang bisa ia harapkan untuk kuliah. Bukan karena biaya, sebab<br />keluarganya cukup mampu menopang kuliah, asalkan tidak dalam skala kelas atas. Nilalinya-seperti<br />saya sebutkan-jeblok di penghujung sekolahnya. Oleh karena itu ia memilih untuk terjun langsung<br />dalam bursa kerja. Berbekal ijazah SMA, ia melamar dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya.<br /><br />Saat telah bekerja, ia menjalin hubungan dekat dengan seorang gadis, rekan sekerja. Gadis yang<br />baik, sopan, lagi cantik rupawan. Orang tuanya telah merasa cocok saat Yat menyatakan ingin<br />menikahi gadis tersebut. Namun apa lancar, belum lagi sampai berlangsung proses lamaran, si gadis<br />menderita sakit parah dan kembali berujung pada kematian.<br /><br />Yat terguncang. Ini pukulan kedua yang nyaris membuatnya hilang. Semangatnya timbul<br />tenggelam. Bergelung dalam kesedlihan itu, tubuhnya yang sempat gemuk itu kembali mengurus.<br />Orang tuanya tak kalah sedih, bukan saja kehilangan calon menantu yang sesungguhnya telah<br />mereka cintai pula, juga oleh ketidakstabilan Yat atas deraan penderitaan itu.<br /><br />Hari-hari Yat adalah : murung yang murung. Semangat kerjanya hilang, demilkian juga semangat<br />hidup. Ini menyebabkan ia dikeluarkan dari pekerjaan, sesuatu yang sampai sekarang tak pernah<br />disesalinya karena ia tak pernah merasa kehilangan. Jilka ada hal besar yang hilang, kehilangan hal<br />kecil menjadi tidak terasa. Itu yang ia rasakan saat dipecat dan membuatnya luntang-lantung,<br />menjadi preman kampung yang kerjanya nongkrong dari waktu ke waktu di perempatan jalan. Kali<br />ini, cukup lama ia menemukan kembali dirinya yang hilang. Cukup sulit untuknya kembali bangkit<br />setelah tersungkur yang kedua kali.<br /><br />Melewati usia tiga puluh tahun, ia kembali bekerja. Kali ini, ia menemukan tempat pelarian yang<br />tepat dalam pekerjaan dan menjelma sebagai orang yang gila kerja. Segala pekerjaan dilakoninya<br />untuk melupakan kepahitan hidup.<br /><br />Lantas, entah dari mana asalnya, kembali seorang gadis menyentuh kesunyian hatinya.<br /><br />Kendati mulai ragu dengan perasaannya sendiri, pada akhirnya ia merasa jatuh cinta. Gadis itu telah<br />mampu membuat serta kembali hadir di parasnya yang telah baya. Rasa cinta yang tutus berikut<br />perhatian yang tiada habis membuat Yat kembali yakin untuk menikah. Sungguh, betapa orang<br />tuanya bahagia mendapati anaknya telah memiliki keberanian kembali untuk mencintai seseorang,<br />bahkan begitu perwira berniat untuk menikah.<br /><br />Tak menunggu lama, lamaran pun digelar. Hari pemikahan ditentukan. Tak perlu menunggu apa pun<br />sebab semua telah ada. Sebagai seorang pekerja keras yang selalu lupa waktu jika sudah tenggelam<br />dalam pekerjaan, Yat memiliki segala ikon keduniawian. Bukankah itu kompensasi yang tepat untuk<br />kegilaannya pada kerja? Ia tak perlu ribut soal biaya pernikahan sebab uangnya lebih dari cukup<br />untuk menggelar perhelatan akbar paling bergengsi sekalipun.<br /><br />Wayang kulit telah dipesan. Janur pun telah didekor dengan meriah berikut segala perhiasan khas<br />orang menikah. Pesta pernikahannya akan diawali dengan upacara akad nikah di siang harinya, di<br />kantor KUA terdekat.<br /><br />Orang-orang sudah berkumpul di kantor tersebut. Yat dan keluarganya, berikut kerabat satu<br />rombongan yang ingin menyaksikan peristiwa bersejarah seorang Yat. Bahagia di wajah masing-<br />masing.<br /><br />Lantas..waktu beranjak begitu melelahkan dalam penantian. Pengantin putri tak kunjung datang. Ke<br />mana? Semua kepala saling berganti melongok ke ujung jalan. Jam di tangan pun telah berapa<br />puluh kali ditengok, berharap jarumnya berhenti agar waktu jangan segera lewat. Jam berganti dan<br />resah semakin berakar dalam sunyi.<br /><br />Lantas, berita itu datang. Petir yang kesekian menyambar hidup Yat berkeping-keping.<br /><br />"Di rumah sakit!"<br /><br />Kabar yang pertama.<br /><br />"Mobil yang membawa rombongan pengantin wanita mengalami kecelakaan di perempatan kota."<br />Kabar yang kedua.<br /><br />Yat sudah mulai menjerit, bergema bergaung-gaung di ruang hatinya. Dalam pakaian pengantin, ia<br />memburu ke rumah sakit. Benar adanya, si calon mempelai wanita terbaring di sana, bersama nyaris<br />seluruh keluarganya. Semua terluka dalam kecelakaan maut itu. Sementara, mempelai wanita yang<br />duduk di bangku depan mobil, tepat di samping sopir, mengalami luka paling parah. Sopirnya<br />bahkan meninggal.<br /><br />Kini, si cantik dengan make up terlihat pucat dan dandanan pengantin itu dikalungi begitu banyak<br />selang, infus, dan oksigen bantuan pernapasan. Napasnya satu-satu.<br /><br />Tak cukup bilangan waktu itu. Maut menjemput segera. Yat tergugu saat garis lurus mewarnai<br />monitor pendeteksi jantung sang pengantin. Serasa napasnya turut terhenti dan dunianya habis.<br /><br />Gelap. la meraung di ruang gelap matanya, pingsan.<br /><br />"Belum menikah, Mas?" tanya saya beberapa tahun lalu dan selalu saya hanya mendapat jawaban<br />serupa, senyum kecut. Lantas, biasanya, disertai sengal dan napas yang berat dihela, ia akan<br />mengajak beranjak pada perbincangan yang lain.<br /><br />Tapi kali ini saya telah bertekad untuk tidak mau beranjak begitu lekas. Saya masih mencari<br />jawabannya. Akhirnva.<br /><br />"Aku takut jatuh cinta, Wie! Setiap wanita yang kucintai selalu meninggal dengan cara yang tragis,<br />°` alasannya, dengan pandangan yang segera dibuang ke jurusan lain, selanjutnya memaku ke tanah.<br />Luka yang begitu bernanah. "Itu hanya kebetulan saja, hibur saga, memahami dalamnya duka itu.<br /><br />"Kebetulan? Tidak cukupkah tiga nyawa menjadi bukti?" "Itu bukan bukti. Nyatanya, tidak ada<br />manusia yang tidak memiliki jodoh. Itu janji Allah."<br /><br />"Karna engkau tidak mengalami seperti yang kualami."*<br /><br />Saya tepuk bahunya. "Karena saga bukan orang pilihan, Mas. Engkaulah yang dipilih Allah untuk<br />sanggup menghadapi cobaan semacam ini.°"<br /><br />"Kaucoba membesarkan hatiku?"<br /><br />"Saya tak perlu membesarkannya sebab sesungguhnya hatimu jauh lebih besar dari yang kauduga.<br />Engkau orang istimewa, Mss, karena itu Allah mengujimu dengan yang begini berat."<br /><br />"Tapi aku tak akan menikah, Wie, seberapa pun kuatnva engkau merayuku."<br /><br />"Ini tidak merayu, Mas, karna menikah adalah separo dari agamamu."<br /><br />Beberapa tahun setelah peristiwa tragis itu.<br /><br />Saya tidak tahu dari jalan mana hidayah itu datang. Semua memang rahasia. Preman kampung yang<br />sempat luntang lantung itu kini menjadi preman masjid kawakan. Aura religius begitu tertangkap di<br />parasnya yang telah menua.<br /><br />"Aku melarikan diri ke sini, Wie! Tuhan begitu menenteramkan. Maka, kendati takdirku hidup<br />sendiri, aku merasa tidak kesepian sebab ada Dia yang selalu menemani. Saat sepi, adakah yang<br />lebih indah dari rasa ditemani? Saat berduka, adakah yang lebih nyaman dari rasa berkawan?<br />Sesungguhnya, Dia adalah kawan yang tak pernah pergi, sahabat yang tak pernah berkhianat."<br /><br />Saya tersenyum, kecut, bahwa dirinya belum juga memiliki keberanian untuk menikah.<br /><br />"Orang yang kucintai selalu meninggal sebelum menikah."<br /><br />"Mereka memang bukan jodohmu, Mas, sebab Allahh tengah menyiapkan yang lebih baik, yang<br />lebih pantas untuk orang setegar dirimu."<br /><br />"Apa itu ada, Wie!"<br /><br />"Tidak ada manusia yang diciptakan tidak memiliki jodoh, Mas."<br /><br />"Tapi, bagaimana aku akan menikah, sedangkan aku selalu takut untuk jatuh cinta."<br /><br />"Mengapa harus takut?"<br /><br />"Itu pertanyaan konyol. Wie! Engkau tidak mengalami seperti yang aku alami."<br /><br />"Kalau begitu adanya, mengapa tidak menikah saja dengan orang yang tidak kaucintai?"<br /><br />"Kau ngaco!"<br /><br />"Menikah tidak harus diawali dengan cinta, bukan?"<br /><br />Rautnya telah begitu tua saat duduk di pelaminan. Namun, binar itu, siapa tidak percaya bahwa itu<br />binar yang hanya dimiliki oleh anak muda? Seorang gadis muda duduk menyandingnya di sana.<br />Usia dua mempelai itu terpaut begitu jauh.<br /><br />Yat, tahun ini menginjak usia tiga puluh delapan tahun, sedangkan ia gadis belum lama beranjak<br />dari angka dua puluh. Keduanya dipertemukan oleh seorang ustaz, melewati masa taaruf singkat,<br />tanpa.sebelumnya saling mengenal. Jodoh memang ajaib. Akhwat yang menyanding Yat ini adalah<br />seorang aktivis dakwah kampus. Belum lagi selesai kuliahnya, tetapi ia mantap mendampingi hidup<br />seorang Yat.<br /><br />Apa yang akan saya sebutkan dari kebaikan wanita ini? Kaya, rupawan, salihah, mahirah. Memang<br />sungguh, akhwat semacam inilah yang tepat untuk orang setegar dan sehanif Yat. Bukankah Yat tak<br />perlu khawatir wanita yang dicintainya akan 'meninggai dunia' sebelum menikah Ya. sebab Yat<br />baru belaiar 'mencintai' wanita itu setelah ia menikah.</div><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-45162072153922216332010-10-28T08:52:00.001-07:002010-10-28T08:54:03.240-07:00Seorang Wanita dan Tukang Besi<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisEJAOY7GtlT2H60b8k8eoA-AB8z-h4wcyxJeV2J40JlYEIg8lGBRYw1hx1HLykSDH3BBbBVYtLXvviN-My0YrIS29aUJO6iV3vIW47XzEoRVarfoPe4qEP3aEUJw0TQMEiTL4-jX5Zl2y/s1600/images.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisEJAOY7GtlT2H60b8k8eoA-AB8z-h4wcyxJeV2J40JlYEIg8lGBRYw1hx1HLykSDH3BBbBVYtLXvviN-My0YrIS29aUJO6iV3vIW47XzEoRVarfoPe4qEP3aEUJw0TQMEiTL4-jX5Zl2y/s200/images.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5533125732625124642" /></a><br />Ketika si tukang besi sedang duduk di rumahnya melepas lelah setelah seharian bekerja, tiba-tiba terdengar pintu rumahnya diketuk orang. Si tukang besi keluar untuk melihatnya, pandangannya menubruk pada sesosok wanita cantik yang tak lain adalah tetangganya.“Saudaraku, aku menderita kelaparan. Jika bukan karena tuntutan agamaku yang menyuruh untuk memelihara jiwa (hifdz al-Nafs), aku tidak akan datang ke rumahmu. Maukah engkau memberikan makanan padaku karena Allah?” Tutur wanita itu.Ketika itu, memang tengah datang musim paceklik (kemarau). Sawah dan ladang mengering. Tanah pecah berbongkah-bongkah. Padang rumput menjadi tandus hingga hewan ternak menjadi kurus dan akhirnya mati. Makanan menjadi langka, maka tak pelak kelaparan melanda sebagian besar penduduk desa itu. Hanya sebagian kecil yang masih bisa bertahan.<br /> <br />“Tidakkah engkau tahu bahwa aku mencintaimu? Akan kuberi engkau makanan, tetapi engkau harus melayaniku semalam,” kata tukang besi itu.Si tukang besi memang jatuh hati kepada tetangganya itu. Dia merayunya dengan berbagai cara dan taktik, namun tak juga berhasil meluluhkan hati wanita itu.“Lebih baik mati kelaparan daripada durhaka kepada Allah,” ujar wanita itu lagi sambil berlalu menuju rumahnya.<br /> <br />Setelah dua hari berlalu, wanita itu kembali mendatangi rumah si tukang besi dan mengatakan hal yang sama. Demikian pula jawaban si tukang besi. Ia akan memberi makanan asalkan wanita itu mau menyerahkan dirinya. Mendengar jawaban yang sama, wanita itupun kembali ke rumahnya.Dua hari kemudian, wanita itu datang lagi ke rumah tukang besi itu dalam keadaan payah. Suaranya parau, matanya sayu, dan punggungnya membungkuk karena menahan lapar yang tiada tara. Ia kembali mengatakan hal serupa. Begitu pula jawaban si tukang besi, sama dengan yang sudah-sudah.<br /> <br />Wanita itu kembali ke rumahnya dengan tangan kosong untuk kali ketiga.Ketika itulah, Allah memberikan hidayah-Nya kepada si tukang besi. “Sungguh celaka aku ini, seorang wanita mulia datang kepadaku, dan aku terus berlaku dzalim kepadanya,” tutur tukang besi dalam hatinya. “Ya Allah aku bertaubat kepada-Mu dari perbuatanku dan aku tidak akan mengganggu wanita itu lagi selamanya.”Si tukang besi itu bergegas mengambil makanan dan pergi ke rumah wanita itu. Diketuknya pintu rumah wanita itu. Tak lama berselang, kerekek…terlihat pintu terbuka dan muncullah sesosok wanita yang nampak kuyu. Melihat si tukang besi berdiri di depan pintu rumahnya, wanita itu bertanya, “Apa keperluanmu datang ke rumahku?”“Aku bermaksud mengantarkan sedikit makanan yang aku punya. Jangan khawatir, aku memberinya karena Allah,” jawab si tukang besi itu.“Ya Allah, jika benar apa yang dikatakannya, maka haramkanlah ia dari api di dunia dan akhirat,” tutur wanita itu seraya menengadahkan kedua tanganya ke langit.<br /> <br />Si tukang besi itu pulang ke rumahnya. Ia memasak makanan yang tersisa buat dirinya. Tiba-tiba secara tak sengaja bara api mengenai kakinya, namun kaki si tukang besi itu tidak terbakar. Bergegas ia menemui wanita itu lagi.“Wanita yang mulia, Allah telah mengabulkan doamu,” ujar si tukang besi.Seketika itu, wanita itu sujud syukur kepada Allah.“Ya Allah engkau telah mewujudkan doaku, maka cabutlah nyawaku saat ini juga.” Terdengar suara lirih dari mulut wanita itu dalam sujudnya. Allah kembali mendengar doanya. Wanita itupun berpulang ke Rahmatullah dalam keadaan sujud.Demikianlah kisah seorang wanita yang menjaga kehormatannya meskipun harus menahan rasa lapar yang tiada tara.<br /> <br />Setiap muslimah mestinya dapat mengambil i’tibar (pelajaran berharga) dari berbagai kisah wanita shalihah yang telah diuraikan di muka. Merekalah yang mestinya dijadikan suri tauladan dalam kehidupan keseharian, bukan para artis yang menawarkan gaya hidup hedonisme dan materialisme<br />Dikutip dari buku "Bidadari Dunia Potre Ideal Wanita Muslim", Muh. Syafi'i Al-Bantani<div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-62099618591627668892010-10-28T08:42:00.000-07:002010-10-28T08:52:24.041-07:00Tren Baru di Kalangan Wanita Terpelajar Inggris: Menjadi Mualaf<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiExh5pVlEfXn9Ia7L0agwqUWIMqbzYRwviyawdJGLwQzm72YFIP40rovOSB_LrPM1JChFwirNvQShX7Aj9FD7O3k-zPUHNGpK0Dq1b2xE-uyFu1KAws82S6S8HhFSUisyYMcdh8ScwurHl/s1600/camilla_leyland_dulu_dan_kini_101027095655.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 144px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiExh5pVlEfXn9Ia7L0agwqUWIMqbzYRwviyawdJGLwQzm72YFIP40rovOSB_LrPM1JChFwirNvQShX7Aj9FD7O3k-zPUHNGpK0Dq1b2xE-uyFu1KAws82S6S8HhFSUisyYMcdh8ScwurHl/s200/camilla_leyland_dulu_dan_kini_101027095655.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5533123579309941586" /></a> <br />LONDON--Berita ipar Tony Blair yang mengumumkan konversi keyakinannya menjadi Muslim akhir pekan lalu membuka banyak cerita tentang para mualaf di Inggris. Harian Daily Mail menurunkan topik tak biasa di halam depan mereka: tentang tren baru keyakinan di Inggris. Hasil temuan mereka menyebut, ada tren di kalangan perempuan terpelajar di Inggris -- sebagian besar adalah wanita karier -- yang memilih Islam sebagai keyakinan baru mereka. <br /><br />Ipar Tony Blair, Lauren Booth, 43 tahun, mengatakan dia sekarang memakai jilbab yang menutupi kepala setiap kali meninggalkan rumah. Ia juga mengaku melakukan shalat lima kali sehari dan mengunjungi masjid setempat kapanpun dia bisa.<br /><br />Lauren berprofesi sebagai wartawan dan penyiar televisi. Dia memutuskan untuk menjadi seorang Muslim enam minggu lalu setelah mengunjungi tempat suci Fatima al-Masumeh di kota Qom. "Ini adalah Selasa malam, dan saya duduk dan merasa ini suntikan morfin spiritual, hanya kebahagiaan mutlak dan sukacita," ujarnya.<br /><br />Sebelum pergi ke Iran, ia mengaku telah tertarik pada Islam dan telah menghabiskan banyak waktu untuk bekerja sebagai wartawan di Palestina. "Saya selalu terkesan dengan kekuatan dan kenyamanan berada di tengah-tengah Muslimin," katanya.<br /><br />Menurut Kevin Brice dari Swansea University, yang memiliki spesialisasi dalam mempelajari konversi keyakinan, menyatakan gelombang para wanita terpelajar Inggris yang beralih keyakinan menjadi Muslim merupakan bagian dari tren menarik. <br /><br />"Mereka mencari inti spiritualitas, arti yang lebih tinggi, dan cenderung untuk berpikir secara mendalam sebelum memutuskan. Namun dalam konteks ini, saya menyebutnya fsebagai fenomena "mengkonversi kenyamanan". Mereka akan menganggap agama adalah alat menyenangkan suami Muslim mereka dan keluarganya, tapi tidak akan selalu menghadiri masjid, berdoa, dan berpuasa," ujarnya.<br /><br />Benarkah demikian? Kristiane Backer, wanita 43 tahun dan mantan VJ MTV yang menjadi ikon kehidupan Barat liberal yang dirindukan remaja saat mudanya, menggeleng. "Masyarakat permisif yang saya dambakan ketika muda dulu ternyata sangat dangkal, tak memberi ketenteraman batin apapun," ujarnya. <br /><br />Titik balik untuk Kristiane muncul ketika dia bertemu mantan pemain kriket Pakistan dan seorang Muslim, Imran Khan pada tahun 1992. Dia membawanya ke Pakistan. Di negara kekasihnya itu, dia segera tersentuh oleh spirtualitas dan kehangatan dari orang-orang Islam di negara itu.<br /><br />"Meskipun kemudian hubungan asmara saya dengan Imran Khan kandas, semangat saya mempelajari Islam tak turut kandas. Saya mulai mempelajari Islam dan akhirnya menjadi mualaf," ujarnya.<br /><br />Menurutnya, Islam adalah agama bervisi. "Di Barat, kami menekankan untuk alasan yang dangkal, seperti apa pakaian untuk dipakai. Dalam Islam, semua orang bergerak ke tujuan yang lebih tinggi. Semuanya dilakukan untuk menyenangkan Tuhan. Itu adalah sistem nilai yang berbeda," tambahnya.<br /><br />Untuk sejumlah besar wanita, kontak pertama mereka dengan Islam berasal dari kencan pacar Muslimnya. Lynne Ali, 31, dari Dagenham di Essex, mengakuinya. Di masa lalu, hidupnya hanyalah pesta. "Aku akan pergi keluar dan mabuk dengan teman-teman, memakai pakaian ketat dan mengerling siapapun lelaki yang ingin aku kencani," ujarnya. <br /><br />Di sela-sela pekerjaannya sebagai DJ sebuah kelab malam papan atas London, ia menyempatkan ke gereja. Tetapi ketika ia bertemu pacarnya, Zahid, di universitas, sesuatu yang dramatis terjadi."Dia mulai berbicara kepadaku tentang Islam, dan itu seolah-olah segala sesuatu dalam hidupku dipasang ke tempatnya. Aku pikir, di bawah itu semua, aku pasti mencari sesuatu, dan aku tidak merasa hal itu dipenuhi oleh gaya hidup hura-huraku dengan alkohol dan pergaulan bebas."<br /><br />Pada usia 19 tahun, Lynne memutuskan menjadi mualaf. "Sejak hari itu pula, aku memutuskan mengenakan jilbab," ujarnya. "Ini adalah tahun ke-12 rambut saya selalu tertutup di depan umum. Di rumah, aku akan berpakaian pakaian Barat normal di depan suami saya, tapi tidak untuk keluar rumah."<br /><br />Survei YouGov baru-baru ini menyimpulkan bahwa lebih dari setengah masyarakat Inggris percaya Islam adalah pengaruh negatif yang mendorong ekstremisme, penindasan perempuan dan ketidaksetaraan. Namun statistik membuktikan konversi Islam menunjukkan perkembangan yang signifikan. Islam adalah, setelah semua, agama yang berkembang tercepat di dunia. "Bukti menunjukkan bahwa rasio perempuan Barat mengkonversi untuk laki-laki bisa setinggi 2:1," kata sosiolog Inggris, Kevin Brice.<br /><br />Selain itu, katanya, umumnya perempuan mualaf ingin menampilkan tanda-tanda dari agama baru mereka - khususnya jilbab - walaupun gadis Muslim yang dibesarkan dalam tradisi Islam justru malah memilih tak berjilbab. "Mungkin sebagai akibat dari tindakan ini, yang cenderung menarik perhatian, Muslim mualaflah yang sering melaporkandiskriminasi terhadap mereka daripada mereka yang menjadi Muslimah sejak lahir," tambahnya.<br /><br />Hal itu diakui Backer. "Di Jerman, ada Islamophobia. Saya kehilangan pekerjaan saya ketika saya bertobat. Ada kampanye untuk melawan saya dengan sindiran tentang semua Muslim mendukung teroris - intinya saya difitnah. Sekarang, saya presenter di NBC Eropa," ujarnya. <br /><br />Hal itu diamini Lyne. "Aku menyebut diriku seorang Muslim Eropa, yang berbeda dengan mereka yang menjadi Muslim sejak lahir. Sebagai seorang Muslim Eropa, saya mempertanyakan segala sesuatu - saya tidak menerima secara membabi-buta. Dan pada akhirnya harus diakui, Islam adalah agama yang paling logis secara logika," ujarnya.<br /><br />"Banyak perempuan mualaf di Inggris juga mengkonversi agamanya karena tertarik dengan kehangatan hubungan di antara sesama Muslim. "Beberapa tertarik untuk merasakan kembali nilai-nilai yang telah mengikis di Barat," kata Haifaa Jawad, dosen senior di Universitas Birmingham, yang telah mempelajari fenomena konversi agama. "Banyak orang, dari semua lapisan masyarakat, meratapi hilangnya tradisi menghargai orang tua dan perempuan, misalnya. Ini adalah nilai-nilai yang termuat dalam Quran, yang umat Islam harus hidup dengannya," tambahnya Brice.<br /><br />Nilai-nilai seperti ini pula yang menarik Camilla Leyland, 32, seorang guru yoga yang tinggal di Cornwall, pada Islam. Ia seorang ibu tunggal untuk anak, Inaya, dua tahun. Ia mengaku menjadi Muslim pada pertengahan usia 20-an untuk 'alasan intelektual dan feminis'.<br /><br />"Aku tahu orang akan terkejut mendengar kata-kata 'feminisme' dan 'Islam' dalam napas yang sama, namun pada kenyataannya, ajaran Alquran memberikan kesetaraan kepada perempuan, dan pada saat agama itu lahir, ajaran pergi terhadap butir masyarakat misoginis," tambahnya.<br /><br />Selama ini, orang salah memandang Islam, katanya. "Islam dituduh menindas wanita, namun yang aku rasakan ketika dewasa, justru aku merasa lebih tertindas oleh masyarakat Barat."<br /><br />Tumbuh di Southampton - ayahnya adalah direktur Institut Pendidikan Southampton dan ibunya seorang <br />ekonom - Camilla pertama kali bersinggungan dengan Islam di sekolah. Ia mengenal Islam saat kuliah dan kemudian mengambil gelar master di bidang Studi Timur Tengah. Ketika tinggal dan bekerja di Suriah, ia menemukan pencerahan spiritual. <br /><br />Merefleksikan apa yang dia baca di Alquran, ia menyadari bahwa islamlah yang dicarinya selama ini. "Orang-orang akan sulit untuk percaya bahwa seorang wanita yang berpendidikan tinggi dari kelas menengah akan memilih untuk menjadi Muslim," katanya, menirukan komentar ayahnya saat itu. Namun ia mantap menjadi Muslimah.<br /><br />Kini, ia yang mengaku tak pernah meninggalkan shalat lima waktu tapi belum berjilbab ini menyatakan dirinya telah "merdeka". "Saya sangat bersyukur menemukan jalan keluar bagi diri saya sendiri. Saya tidak lagi menjadi budak masyarakat yang rusak."<br /><br />Red: Siwi Tri Puji B<br />Sumber: Daily Mail<br /><br />dikutip dari : <a href="http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/10/27/142740-tren-baru-di-kalangan-wanita-terpelajar-inggris-menjadi-mualaf">republika.co.id</a><div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-33899802279523978592010-10-26T11:39:00.000-07:002011-10-16T22:38:53.992-07:00"Menipu" Tuhan<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjW5bCTNMNvcmJRnPR4qfpAQO9MScz4hjB281qbsvn4ZbB3i4gsexr2AEs0RwvyeKqOe3JX2lEnawEEguHi1QM1dlz-aBS8nQxfXiYNasccj5ewew2o-5zr_I-UH3rLE0-7Eb46ZtuktN1_/s1600/bintang-berjalan.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5532426679327468898" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjW5bCTNMNvcmJRnPR4qfpAQO9MScz4hjB281qbsvn4ZbB3i4gsexr2AEs0RwvyeKqOe3JX2lEnawEEguHi1QM1dlz-aBS8nQxfXiYNasccj5ewew2o-5zr_I-UH3rLE0-7Eb46ZtuktN1_/s200/bintang-berjalan.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: right; height: 190px; margin: 0 0 10px 10px; width: 200px;" /></a><br />
Abu Nawas sebenarnya adalah seorang ulama yang alim. Tak begitu mengherankan jika Abu Nawas mempunyai murid yang tidak sedikit.<br />
<br />
Diantara sekian banyak muridnya, ada satu orang yang hampir selalu menanyakan mengapa Abu Nawas mengatakan begini dan begitu. Suatu ketika ada tiga orang tamu bertanya kepada Abu Nawas dengan pertanyaan yang sama. Orang pertama mulai bertanya, "Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?"<br />
<br />
<br />
<br />
"Orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil." jawab Abu Nawas.<br />
<br />
"Mengapa?" kata orang pertama.<br />
<br />
"Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan." kata Abu Nawas.<br />
<br />
Orang pertama puas karena ia memang yakin begitu.<br />
<br />
Orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama. "Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?"<br />
<br />
"Orang yang tidak mengerjakan keduanya." jawab Abu Nawas.<br />
<br />
"Mengapa?" kata orang kedua.<br />
<br />
"Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan pengampunan dari Tuhan." kata Abu Nawas. Orang kedua langsung bisa mencerna jawaban Abu Nawas.<br />
<br />
Orang ketiga juga bertanya dengan pertanyaan yang sama. "Manakah yang iebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?"<br />
<br />
"Orang yang mengerjakan dosa-dosa besar." jawab Abu Nawas.<br />
<br />
"Mengapa?" kata orang ketiga.<br />
<br />
"Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa hamba itu." jawab Abu Nawas. Orang ketiga menerima aiasan Abu Nawas.<br />
<br />
Kemudian ketiga orang itu pulang dengan perasaan puas. Karena belum mengerti seorang murid Abu Nawas bertanya. "Mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda?"<br />
<br />
"Manusia dibagi tiga tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati."<br />
<br />
"Apakah tingkatan mata itu?" tanya murid Abu Nawas. "Anak kecil yang melihat bintang di langit. la mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya menggunakan mata." jawab Abu Nawas mengandaikan.<br />
<br />
"Apakah tingkatan otak itu?" tanya murid Abu Nawas. "Orang pandai yang melihat bintang di langit. la mengatakan bintang itu besar karena ia berpengetahuan." jawab Abu Nawas.<br />
<br />
"Lalu apakah tingkatan hati itu?" tanya murid Abu Nawas.<br />
<br />
"Orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit. la tetap mengatakan bintang itu kecil walaupun ia tahu bintang itu besar. Karena bagi orang yang mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan dengan KeMaha-Besaran Allah."<br />
<br />
Kini murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda. la bertanya lagi.<br />
<br />
"Wahai guru, mungkinkah manusia bisa menipu Tuhan?"<br />
<br />
"Mungkin." jawab Abu Nawas.<br />
<br />
"Bagaimana caranya?" tanya murid Abu Nawas ingin tahu.<br />
<br />
"Dengan merayuNya melalui pujian dan doa." kata Abu Nawas<br />
<br />
"Ajarkanlah doa itu padaku wahai guru." pinta murid Abu Nawas<br />
<br />
"Doa itu adalah : llahi lastu lil firdausi ahla, wala aqwa'alan naril jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzanbil 'adhimi.<br />
<br />
Sedangkan arti doa itu adalah : Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi penghuni surga, tetapi aku tidak akan kuat terhadap panasnya api neraka. Oleh sebab itu terimalah tobatku serta ampunilah dosa-dosaku. Karena sesungguhnya Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar<div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5811704187112059471.post-71051194261549571522010-09-29T09:00:00.000-07:002010-10-26T11:51:18.794-07:00Mengapa Hawa tercipta saat Adam tertidur dan Hawa melahirkan saat dirinya terbangun??<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiCYnTOvZ7OknRUpULLbZXNoZVheWYALY00RY1xXX3fgf5PxL8fYD5jPcMQpAx_jM5iSsVHENgQ_hsZXeIQXZ_iFteb650PQb9vduD0UM1Am1CnmBFpAOxNNhgNO4vIv5nkP_SQPJ-t8Fz/s1600/mualaf.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiCYnTOvZ7OknRUpULLbZXNoZVheWYALY00RY1xXX3fgf5PxL8fYD5jPcMQpAx_jM5iSsVHENgQ_hsZXeIQXZ_iFteb650PQb9vduD0UM1Am1CnmBFpAOxNNhgNO4vIv5nkP_SQPJ-t8Fz/s200/mualaf.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5532429209476949298" /></a><br />Seorang laki-laki jika dia kesakitan, maka dia akan membenci. Sebaliknya wanita, saat dia kesakitan, maka semakin bertambah sayang dan cintanya,, Seandainya Hawa diciptakan dari Adam As saat Adam terjaga, pastilah Adam akan merasakan sakit keluarnya Hawa dari sulbinya, hingga dia membenci Hawa. Akan tetapi Hawa diciptakan dari Adam saat dia tertidur, agar Adam tidak merasakan sakit dan tidak membenci Hawa. Sementara seorang wanita akan melahirkan dalam keadaan terjaga, melihat kematian dihadapannya, namun semakin sayang dan cinta nya kepada anak yang dilahirkan bahkan ia akan menebus nya dengan kehidupannya.<br /><br /><br />Sesungguhnya Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk yang bengkok yang tugasnya adalah melindungi Qalbu(jantung, hati nurani). Oleh karena itu, tugas Hawa adalah menjaga qalbu. Kemudian Allah menjadikan nya bengkok untuk melindungi qalbu dari sisi yang kedua. Sementara Adam diciptakan dari tanah, dia akan menjadi petani, tukang batu, tukang besi, dan tukang kayu. Wanita selalu berinteraksi dengan perasaaan, dengan hati, dan wanita akan menjadi seorang ibu yang penuh kasih sayang, seorang saudari yang penyayang, seorang putri yang manja, dan seorang istri yang penurut.<br /><br /><br />Dan wajib bagi Adam untuk tidak berusaha meluruskan tulang yang bengkok tersebut, seperti yang dikabarkan oleh Nabi Muhammad SAW, “jika seorang lelaki meluruskan yang bengkok tersebut dengan serta merta, maka dia akan mematahkannya.” Maksud nya adalah dengan kebengkokan tersebut adalah perasaan yang ada pada diri seorang wanita yang mengalahkan perasaan seorang laki-laki.<br /><br /><br />Maka wahai Adam janganlah merendahkan perasaan Hawa, dia memang diciptakan seperti itu. Apabila seseorang wanita mengatakan dia sedang bersedih, tetapi dia tidak menitikkan airmata, itu berarti dia sedang menangis di dalam hatinya. Apabila dia tidak menghiraukan kamu setelah kamu menyakiti hatinya, lebih baik beri dia waktu untuk menenangkan hatinya sebelum kamu meminta maaf. Dan wanita sulit untuk mencari sesuatu yang dia benci untuk orang yang paling dia sayang<div class="blogger-post-footer"><script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=6929&onlytitle=1" type="text/javascript"></script></div>positivehttp://www.blogger.com/profile/08714390884966591749noreply@blogger.com0