Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.
11.12.11
Saatnya untuk menikah
Saatnya untuk menikah, kata-kata itulah yang kali ini terngiang-ngiang selalu di pikirannya, memenuhi relung hatinya, dan merasuki berbagai macam kegiatan yang ia lakukan.
Menikah, sebuah fitrah yang memang Allah ciptakan untuk menjadikan ketenangan bagi manusia. Ialah yang merupakan sebuah labuhan hati untuk jiwa-jiwa yang rindu akan kesucian cinta dan hakikinya hubungan manusia dengan Tuhannya. Menikah bukan hanya sekedar pemenuhan hawa nafsu atau keinginan untuk bersama antara dua insan saja, tapi lebih kepada sebuah jalan bagi para pembangun peradaban. Pernikahanlah yang menjadi sebuah titik tolak awal kebangkitan umat. Pernikahan yang baik dan suci serta pendidikan keluarga yang tarbawi-lah yang menjadi momentum yang akan membawa energi perubahan di masa mendatang.
Menikah bukanlah hal yang sederhana namun pula tak pantas untuk membuatnya menjadi kompleks yang akhirnya menghilangkan makna keindahannya. Menikah akan mempertemukan dua manusia yang memiliki karakteristik jiwa yang berbeda satu sama lainnya namun memiliki ketertarikan yang tak mampu dijelaskan dengan kata-kata biasa, sekalipun oleh para pujangga. Ia seolah seperti sebuah energi yang tersimpan kuat di dalam dada setiap manusia, terkadang tenang, terkadang bergolak, dan akhirnya ingin bertemu pada muara yang sama.
Sebuah jiwa yang telah resah di hari-harinya seolah seluruh dunianya telah berubah karena ia seperti kehilangan separuh hatinya. Sebenarnya bukan kehilangan tepatnya, namun ia hanya belum menemukan. Puisi-puisi, syair-syair, bahkan nasihat dari para bijak bestari pun tak lagi memiliki arti bagi para jiwa yang sudah tak kuasa ‘tuk segera menggenapkan diri.
“Lalu, apa? Apa yang sebaiknya aku lakukan?”
Rasulullah saw pernah bersabda, “Tak ada yang bisa dilihat lebih indah dari orang-orang yang SALING MENCINTAI seperti halnya PERNIKAHAN” (HR. Al Hakim).
Cinta antara dua manusia, antara dua jiwa yang berbeda namun entah mengapa tiba-tiba mereka memiliki frekuensi yang sama, harus bermuara dalam pernikahan. Tidak bisa tidak, tak ada lagi tawaran lain selain pernikahan. Hubungan-hubungan palsu duniawi yang lemah tidak akan pernah mampu menggantikan ajeg dan kokohnya tali cinta dalam pernikahan.
Sekali lagi, mari ingatlah, pernikahan bukanlah hal yang mudah namun tidak pantas pula untuk mempersulitnya. Banyak yang ragu dan enggan untuk memulai. Bisa disebabkan karena kondisi keuangan, kondisi pribadi, hingga kondisi keluarga. Seorang pemuda yang telah jatuh hati pada wanita idamannya hanya akan memiliki dua pilihan, meminang wanita itu hingga akhirnya menikah, atau izinkan laki-laki shalih
lainnya untuk meminangnya. Dia tak bisa memberikan janji-janji pemenuh kebutaan syahwat yang pada akhirnya hanya akan menyakiti kedua belah pihak, entah akhirnya mereka benar-benar menikah atau tidak.
Setelah meminang, hanya akan keluar dua kalimat indah yang telah diajarkan oleh manusia paling mulia, Rasulullah saw. Katakan, “Alhamdulillah” jika engkau diterima, dan gelorakan, “Allahu Akbar” jika pinanganmu ditolaknya, sederhana. Sederhana pada pelaksanaannya namun hati, hati adalah rongga yang begitu dalam dan memiliki detak dan debar yang tidak sederhana. Maka di sinilah diuji keimanan manusia, apakah ia ridha dengan keputusan Tuhannya, Tuhan yang telah membuat ia dari saat sebelumnya ia bukan apa-apa, Tuhan yang telah memberikan nikmat yang sama sekali tidak mampu terhitung jumlahnya, dan tentu saja Tuhan yang telah menyematkan cinta yang begitu indah di dalam hatinya, atau ia merasa kecewa, tidak ikhlas, hingga akhirnya gerutu dan umpatan keluar dari lidah dan lisannya.
Sungguh kawan, cinta dua insan tidaklah mampu disembunyikan. Layaknya Abdullah bin Abu Bakar dan istrinya Atikah. Kenikmatan dan indahnya cinta yang akhirnya mereka rasakan dalam pernikahan membuat Abdullah lalai akan mengingat Tuhannya, bahkan hingga syuruq pun belum terlihat batang hidungnya di antara para jamaah shalat subuh. Maka, Abu Bakar, ayahnya, meminta untuk menceraikan istrinya. Perasaan apa yang ada di hatinya? Wanita yang begitu ia cintai, yang akhirnya ia dapatkan dengan cara halal dan suci harus ia lepaskan begitu saja! Siapa?! Siapa?! Siapa yang tidak akan menangis begitu dalam ketika harus menerima kenyataan ini. Siapa yang tidak akan menggubah syair yang memilukan jika harus menghadapi ini? Tetapi, perintah orang tua-lah yang ia utamakan, karena ia tahu ridha Allah berada pada ridha orang tua dan murka Allah berada pada murka orang tua.
Hari-hari kedua insan itu hanya dilalui seolah dua orang pesakitan yang tidak lagi memiliki harapan hidup, karena sebagian jiwa mereka hilang dan tidak mampu tergantikan kecuali kembali digenapkan. Akhirnya, Allah mengizinkan untuk mereka berkumpul kembali dalam siraman ridha Illahi.
Kawan, pernikahan membutuhkan persiapan. Ada dua hal mendasar yang memiliki batas yang hampir-hampir saling bersinggungan satu dengan yang lainnya, yaitu antara menyegerakan dan tergesa-gesa. Rasulullah saw bersabda, “Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu ba`ah, maka hendaklah ia menikah, karena pernikahan lebih dapat menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan farji…“(HR. Bukhari dan Muslim).
Apakah itu ba’ah wahai saudaraku? Ibnu Qayyim al-Jauziy berkata bahwa ba’ah adalah kemampuan biologis untuk berjima’. Namun, beberapa ulama ada yang menambahkan bahwa ba’ah adalah mahar (mas kawin), nafkah, juga penyediaan tempat tinggal. Kita tak mampu menutup mata dari berbagai kebutuhan yang harus terpenuhi ketika dua insan telah menyatu di dalam pernikahan.
Ada beberapa hal penting yang harus dipersiapkan menuju pernikahan. Sebuah bekal yang akan mempermudah dua insan untuk berjalan di jalur yang sama dalam pernikahan.
1. Persiapan ruhiyah
Saat pernikahan hanyalah memiliki satu niat, untuk semakin mendekatkan diri pada Tuhannya, sehingga Allah akan berkenan untuk meridhainya. Niat paling murni dan penuh keikhlasan dari seorang hamba. Dengan niat yang lurus ini seseorang akan yakin dan percaya bahwa Allah hanya akan memberikan yang terbaik untuknya, yang terbaik, yang terbaik, sekali lagi, yang terbaik. Tidak ada pilihan lainnya. Tentu saja hal ini tidak akan datang begitu saja, melainkan melalui proses perbaikan diri, perbaikan kualitas ibadah, dan pemurnian hati.
2. Persiapan ilmu
Saat dua paradigma berpikir disatukan, maka ia akan menemui benturan dan adu argumen antara keduanya. Persiapan ilmu dibutuhkan untuk mempersiapkan dan menyelaraskan perbedaan pandangan yang akan ditemukan ketika dua insan telah berada pada bahtera yang sama. Tanpa persiapan ilmu yang cukup, yang ada hanya pertengkaran dan tidak adanya pengertian antara yang satu dengan yang lainnya.
3. Persiapan fisik
Adalah cinta membutuhkan energi untuk hidup dan tetap menyala, maka seperti itulah yang dibutuhkan dalam kehidupan rumah tangga. Adalah bodoh ketika seorang suami hanya memberikan cinta tanpa menafkahi istri dan anak-anaknya. Cinta bukanlah khayalan dan fatamorgana, namun cinta adalah kenyataan yang dihadapi di depan mata. Fisik keduanya harus kuat, baik untuk membangun cinta juga untuk membangun keluarga. Hingga akhirnya cinta akan tetap hidup dalam bahtera keduanya.
4. Mengenal calon pasangan
Kenali ia dengan bertanya kepada keluarga atau orang yang shalih dan dapat dipercaya. Berjalan dengan mata tertutup adalah kebodohan yang nyata yang akan membawa mudharat baginya. Maka, lihat dan kenalilah calon pasanganmu dan berdoalah agar Allah memberikan yang terbaik untukmu. Satu hal yang perlu diingat kawan! Mengenal pasangan bukanlah dengan engkau berjalan berdua dengannya memadu cinta kasih yang sama sekali Allah haramkan hubungannya. Sama sekali tidak! Dengan itu kau hanya belajar menjadi kekasih yang baik, bukan istri/suami yang baik. Percayalah, pernikahan tak sama dengan hubungan semu yang sedang kau jalin bersamanya. Saat kau menikah tetap akan ada hal-hal baru yang sama sekali tidak kau ketahui dan itu jauh berbeda. Jika hasilnya sama, mengapa memilih jalan yang penuh duri dan sama sekali tidak mengandung ridha-Nya?
5. Lurusnya niat
Meskipun telah disinggung pada poin pertama, namun lurusnya niat bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Ia harus terhindar dari riya’ dan sum’ah, dari dengki dan iri, dan dari berbagai sifat yang merusak hati serta merusak hubungan dengan Tuhannya. Karena segala sesuatu berawal dan berakhir dari niatnya.
Cinta bukanlah satu hal pasif yang tidak membutuhkan energi dan pengorbanan untuk meraihnya namun ia adalah energi yang membutuhkan kerja keras dan berbagai pengorbanan, membutuhkan keikhlasan dan jernihnya hati, dan membutuhkan penyerahan diri pada pemilik cinta yang hakiki.
Biarlah cintamu tumbuh berkembang, akarnya menghujam bumi, daunnya berdesir mengikuti alunan angin, dan buahnya manis, serta bunganya indah merona, karena kau serahkan segalanya kepada Allah, Tuhan yang menciptakan cinta itu sendiri.
3.12.11
Hikmah Doa Penjual Tempe
Ada sebuah kampung di pedalaman Tanah Jawa. Disitu ada seorang
perempuan tua yang sangat kuat beribadat. Pekerjaannya ialah membuat
tempe dan menjualnya di pasar setiap hari. Ia merupakan satu-satunya
sumber pendapatannya untuk menyambung hidup. Tempe yang dijualnya
merupakan tempe yang dibuatnya sendiri.Pada suatu pagi, seperti biasa,
ketika beliau sedang bersiap-siap untuk pergi menjual tempenya, tiba
tiba dia tersadar yang tempenya yang diperbuat dari kacang kedelai hari
itu baru separuh jadi. Diperiksanya beberapa bungkusan yang lain.
Ternyatalah semuanya belum jadi.Perempuan tua itu berasa amat sedih
sebab tempe separuh jadi pasti tidak akan laku dan tiadalah rezekinya
pada hari itu. Dalam suasana hatinya yang sedih, dia yang memang kuat
beribadah teringat akan firman Allah yang menyatakan bahawa Allah dapat
melakukan perkara-perkara ajaib,bahwa bagiNya tiada yang mustahil.
Lalu diapun mengangkat kedua tangannya sambil berdoa , “Ya Allah , aku
memohon kepadaMu agar kacang kedelai ini menjadi tempe. Amin”Begitulah
doa ringkas yang dipanjatkan dengan sepenuh hatinya. Dia sangat yakin
bahawa Allah pasti mengabulkan doanya. Dengan tenang perempuan tua itu
menekan-nekan bungkusan bakal tempe dengan ujung jarinya dan dia pun
membuka sikit bungkusan itu untuk menyaksikan keajaiban kacang kedelai
itu menjadi tempe. Namun, dia termenung seketika sebab kacang tu masih
tetap kacang kedelai.Namun dia tidak putus asa, sebaliknya berfikir
mungkin doanya kurang jelas didengar oleh Allah. Maka dia pun
mengangkat kedua tangannya semula dan berdoa lagi. “Ya Allah, aku tahu
bahawa tiada yang mustahil bagiMu. Bantulah aku supaya hari ini aku
dapat menjual tempe karena inilah mata pencarianku. Aku mohon agar
jadikanlah kacang kedelaiku ini menjadi tempe, Amin”.Dengan penuh
harapan dan debaran dia pun sekali lagi membuka sedikit bungkusan tu.
Apakah yang terjadi? Dia termangu dan heran karena tempenya masih tetap
begitu!! Sementara itu hari pun semakin meninggi sudah tentu pasar
sudah mula didatangi orang ramai. Dia tetap tidak kecewa atas doanya
yang belum terkabul.
Walau bagaimanapun kerana
keyakinannya yg sangat tinggi dia berenca untuk tetap pergi ke pasar
membawa barang jualannya itu. Perempuan tua itu pun berserah pada Tuhan
dan meneruskan bepergian ke pasar sambil berdoa dengan harapan apabila
sampai di pasar kesemua tempenya akan jadi.Dia berfikir mungkin
keajaiban Allah akan terjadi dalam perjalanannya ke pasar. Sebelum
keluar dari rumah, dia sempat mengangkat kedua tangannya untuk berdoa.
“Ya Allah, aku percaya, Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku
berjalan menuju ke pasar, Engkau kurniakanlah keajaiban ini buatku,
jadikanlah tempe ini. Amin”. Lalu dia pun berangkat. Di sepanjang
perjalanan dia tetap tidak lupa membaca doa di dalam hatinya. Sesampai
di pasar, segera dia meletakkan barang-barangnya. Hatinya betul-betul
yakin yang tempenya sekarang mesti sudah jadi. Dengan hati yg
berdebar-debar dia pun membuka bakulnya dan menekan-nekan dengan
jarinya setiap bungkusan tempe yang ada.Perlahan-lahan dia membuka
sedikit daun pembungkusnya dan melihat isinya. Apa yang terjadi?
Tempenya masih setengah jadi!! Dia lalu menarik nafas dalam-dalam.
Dalam hatinya sudah mula merasa sedikit kecewa dan putus asa kepada
Allah karena doanya tidak dikabulkan. Dia berasakan Tuhan tidak adil.
Tuhan tidak kasihan padanya, inilah satu-satunya puncak rezekinya,
hasil jualan tempe. Dia akhirnya cuma duduk sahaja tanpa memamerkan
barang jualannya sebab dia berasakan bahwa tiada orang yang akan
membeli tempe yang baru separuh menjadi. Sementara itu hari pun semakin
petang dan pasar sudah mulai sepi, para pembeli sudah mulai kurang.
Dia
meninjau-ninjau kawan-kawan sesama penjual tempe, tempe mereka sudah
hampir habis. Dia tertunduk lesu seperti tidak sanggup menghadapi
kenyataan bahawa hari ini tiada hasil jualan yang boleh dibawa pulang.
Namun jauh di sudut hatinya masih menaruh harapan terakhir kepada
Allah, pasti Allah akan menolongnya. Walaupun dia tahu bahawa pada hari
itu dia tidak akan dapat pendapatan langsung, namun dia tetap berdoa
buat kali terakhir, “Ya Allah,berikanlah penyelesaian terbaik terhadap
tempeku yang setengah ini.”
Tiba-tiba dia dikejutkan dengan
teguran seorang wanita. “Maaf ya, saya ingin bertanya, Apakah Ibu
menjual tempe yang belum menjadi? Dari tadi saya sudah pusing keliling
pasar ini untuk mencarinya tapi masih belum menemukannya.” Dia
termenung dan terkejut seketika. Hatinya terkejut sebab sejak berpuluh
tahun menjual tempe, tidak pernah seorang pun pelanggannya mencari
tempe yang belum menjadi. Sebelum dia menjawab sapaan wanita di
depannya itu, cepat-cepat dia berdoa di dalam hatinya”Ya Allah, saat
ini aku tidak mahu tempe ini menjadi lagi. Biarlah tempe ini seperti
semula, Amin”.
Sebelum dia menjawab pertanyaan wanita
itu, dia membuka sedikit daun penutup tempenya. Alangkah senangnya dia,
ternyata memang benar tempenya masih setengah jadi! Dia pun rasa
gembira dalam hatinya dan bersyukur pada Allah. Wanita itu pun
memborong habis kesemua tempenya yang setengah jadi itu. Sebelum wanita
tu pergi, dia sempat bertanya wanita itu, “Mengapa hendak membeli tempe
yang belum jadi?” Wanita itu menerangkan bahawa anaknya yang kini
berada di Inggris ingin makan tempe dari desa. Melihat tempe itu akan
dikirimkan ke Inggris, si ibu tadi harus membeli tempe yang setengah
jadi supaya apabila sampai di Inggris nanti akan menjadi tempe yang
jadi dan sempurna. Kalau dikirimkan tempe yang sudah jadi, nanti di
sana tempe itu sudah tidak baik lagi dan rasanya pun kurang sedap.
Perempuan
tua itu pun keheranan dan berfikir rupa-rupanya inti doanya akan hajat
rezeki dimakbulkan oleh Tuhan, walaupun bentuk fisiknya tidak sesuai
dengan keinginannya.
Sering kali manusia menempatkan
Allah sebagai objek yang dapat di suruh-suruh mengabulkan doa. Jika
kasusnya seperti ini, maka siapa yang penguasa, siapa yang hamba ?
Bukankah posisinya jadi terbalik ? Dalam cerita ini Allah mendidik si
tukang tempe bahwa Allah bukan objek dari doa. Allah bukanlah Dzat yang
bisa diperintahkan / dipaksa untuk mengabulkan doa hamba-Nya yang
lemah.Dengan kemaha-tahuannya, Allah memberikan yang lebih baik dari
perkiraan sang hamba, sesuai denga rancangan-Nya.
Janganlah berputus asa terhadap Allah yang rezekimu ada di tangan-Nya.
Penuhi hak-hak Allah darimu dengan berusaha dan berdoa, selebihnya,
biarlah Allah yang memilihkan yang terbaik untukmu.
Barangkali saja doa kita kepada yang serba maha belumlah doa yang sopan dan belum memenuhi adab yang sepantasnya.
Wahb
bin Munabbih berkata : Saya telah membaca dalam kitab-kitab Allah yang
dahulu. Firman Allah :Hai anak adam, taatilah perintah-Ku dan jangan
engkau memberitahuku apa kebutuhan yang baik bagimu (Jangan engkau
mengajari Ku apa yang terbaik bagimu). Sesungguhnya Aku telah
mengetahui kepentingan hamba-Ku. Aku memuliakan siapa yang patuh kepada
perintah-Ku, dan menghina siapa saja yang meremehkan-ku. Aku tidak
menghiraukan kepentingan hamba-Ku, sehingga hamba-Ku memperhatikan
hak-Ku (yakni kewajiban terhadap Aku).
Sungguh, hikmah dari Allah terserak di mana-mana, bahkan penjual tempe mendapatkannya.
sumber: http://ilmu-ilmu-islam.blogspot.com/2010/05/hikmah-doa-penjual-tempe.html
Langganan:
Postingan (Atom)