19.7.10

Istri yang Hitam


Ahmad bin Aiman bertamu ke rumah Muslim bin Umran, saudagar terkenal di Bashrah dan mendapat jamuan istimewa. Di tengah suasana perjamuan, kedua putra Muslim datang menghadap Ayahnya dengan sopan.

Menyaksikan putra Muslim, Ahmad bin Aiman sangat terpesona. Bagaimana tidak. Kedua anak itu sungguh sopan dan tingkah lakunya seperti anak-anak sultan. Mereka berbicara dengan menggunakan bahasa yang indah, seperti penyair. Bukan hanya itu, wajah kedua anak itu putih, bersih dan bersinar. Sungguh elok menawan hati, seperti matahari dan bunga. Rambutnya hitam, mengkilat. Pakaian yang serasi membuat setiap mata terpesona dan orang berdecak kagum. Siapapun akan menduga, pastilah ibunya adalah keturunan raja yang sangat cantik, cerdas dan halus budi. Ahmad tercenung dan kagum. Terucap dari mulut Ahmad bin Aiman, "Anak yang sangat menawan. PAstilah ibunya seperti bidadari dari kahyangan."

Muslim bin Umran diam mendengar pujian Ahmad. Beberapa saat kemudian, dia menceritakan sesuatu yang mencengangkan tamunya. "Aku akan menceritakan bagaimana dengan ibunya," kata Muslim.

"Pada suatu hari," cerita Muslim. "Aku mendengar nasihat dari Abu Abdullah Al-Balakhi yang mengutip hadist Rasulullah saw.: 'Wanita yang hitam lebih baik daripada wanita cantik yang mandul'. Sungguh nasihat yang menyentuh hatiku."

Al-Balakhi menjelaskan panjang lebar makna hitam dan mandul dalam hadist itu, sehingga sangat gamblang dalam benakku. Muncul tekadku untuk membuktikan itu dalam kehidupan. Mungkin wanita yang tidak menarik secara fisik akan lebih baik daripada wanita cantik yang tak berakal dan tak berbudi. Apalagi tidak dapat melahirkan anak-anak yang saleh dan aku merasa sudah tidak pantas lagi membujang."

"Sampailah pada suatu hari,"lanjut Muslim. "Aku tertarik pada seorang paman yang selalu menolak lamaran para pejabat Bashrah untuk anaknya. Aku pikir tentuilah anaknya itu sangat istimewa. Maka hatiku pun tergerak untuk ikut melamar. Aku datang ke rumahnya dan mengutarakan maksudku. Jawaban paman itu mengejutkanku. Katanya pernikahan itu adalah perbudakan bagi anaknya dan langsung menolak lamaranku. Aku kaget."

"Meski demikian, aku tetap memaksa," kata Muslim meneruskan ceritanya. "Aku bilang bahwa pernikahan bukanlah perbudakan dan aku berjanji untuk itu, walau aku belum pernah melihat calon istriku. Mendengar jawabanku paman itu terkejut sebentar. Lalu menanyakan sekali lagi kesungguhanku. Aku pun mengiyakannya."

"Akhirnya paman itu memintaku datang bersama para pengiring besok. Ia akan menikahkanku dengan anaknya. Aku terkejut dan bersorak gembira," cerita Muslim. Ahmad bin Aiman terdiam mendengarkan, "Lalu...lalu bagaimana? Tentu calon istrimu itu cantik luar biasa?" tanyanya.

"Sabar...sabar, biar aku menyelesaikan ceritaku," jawab Muslim singkat. "Maka pernikahanpun dilaksanakan. Setelah akad nikah dan jamuan selesai, aku masuk ke kamar istriku. Para pengasuh pun datang mengerumuniku dan mendoakan. Ketika tirai terbuka, aku terkejut. Ternyata istriku tidak termasuk wanita yang cantik. Aku tertegun dan yang muncul dibenakku hanyalah nasihat Syekh Al-Balakhi. Mungkin inilah kebenaran hadist itu."

Muslim melanjutkan ceritanya. "Istriku langsung mendekatiku dan berkata, "Inilah aku rahasia yang dipegang rapat ayahku. Kalau kecantikan yang engkau tuju, sungguh berat apa yang engkau rasakan saat ini. Aku memiliki hrta. Bolehlah engkau menuikahi wanita lain yang cantik dengan harta itu. Namun aku akan mengabdi kepada engkau sebagai istri yang baik. Pintaku hanya satu, janganlah kau bocorkan rahasia ini."

"Namun hatiku sudah tenang," lanjut Muslim. "Nasihat Al-Balakhi sudah mantap di hatiku. Maka jawabanku pun mantap kepada istriku. Maka kataku, "Wahai istriku, aku datang bukan untuk kecantikanmu, namun aku datang karena satu hadist Rasulullah saw., yakni wanita yang hitam lebih baik daripada wanita cantik yang mandul. Dan aku yakin dengan sabda Nabi ini."

"Sejak itu, maka tetesan kebahagiaan pun mengalir dalam keluargaku. Istriku pun semakin hari semakin ceria dan segar. semakin lama, semakin terasa kecantikan akal dan hatinya. Lalu anak-anakku pun lahir dan dibesarkan dengan budi pekertinya, sampai hari ini," tutup cerita Muslim. Ahmad bin Aiman tunduk dan menengadahkan tangan berdoa serta berkata, "Sungguh benarlah Rasul. Sungguh Rasulullah selalu benar."

Wanita yang "hitam" lebih baik daripada wanita cantik tetapi "mandul" baik fisik, akal, maupun hatinya


Oleh Dr. Mulyana M.Eng
disadur dari Buletin "OASE"

Ayah, bolehkah saya meminjam 10.000 rupiah?


Seorang laki-laki yang terlambat pulang dari kerja,merasa lelah dan tidak bersemangat, menemukan anak laki2nya yang berusia 5 th yang sedang menunggu didepan pintu.

"Daddy, bolehkah saya bertanya padamu satu hal?"
"ya, tentu,apa itu?"jawab pria itu.
"ayah, brapa uang yang engkau hasilkan dalam satu jam?"
"Itu bukan urusanmu!apa yang membuatmu bertanya suatu hal yang aneh?"kata pria itu sambil marah.
"Saya hanya ingin tahu. Tolonglah beritahu saya?"pinta anak itu.
"Jika kamu harus tahu, saya menghasilkan Rp 20.000 perjam."
"Oh,"jawab anak itu dengan kepala menunduk. dia melihat keatas dan berkata, "ayah, bolehkah sy pinjam Rp 10.000?"

ayahnya terkejut. "jika itu alasannya kamu bertanya berapa uang yang saya hasilkan adalah agar kamu bisa meminjam untuk membeli sebuah mainan tolol atau benda2 tak berguna, maka pergilah ke kamarmu dan tidulah. pikirkan kenapa kamu bertingkah bodoh. saya bekerja keras seharian dan tidak memiliki waktu hanya untuk mainan2 anak2 itu."
Anak itu perlahan pergi ke kamarnya dan menutup pintu. Pria itu duduk dan mulai merasa liebih kesal dengan pertanyaan anak tadi. Beraninya dia bertanya pertanyaan bodoh hanya untuk mendapat uang. Setelah kira2 satu jam pria itu mulai tenang, dan mulai berpikir mungkin dia selama ini keras trhadap anaknya. Mungkin ada yang benar2 dibutuhkan anak itu dengan Rp 10.000 dan dia jarang mengatakannya. Pria itu menuju ke pintu kamar anaknya dan membuka pintu."apa kamu sudah tidur nak?"dia bertanya.

"Belum ayah, saya masih bangun,"Jawab anak itu.
"saya tadi berpikir mungkin tadi saya terlalu keras kepadamu,"kata pria itu. "Tadi adalah hari yang panjang dan saya telah melampiaskannya padamu. ini Rp. 10.000 yang kamu minta."
Anak itu berdiri,merasa senang dan berteriak,"Oh trimaksih ayah!"Kemudian ia merogoh kebawah bantalnya, ia mengeluarkan beberapa uang receh. Pria itu melihat anaknya memiliki uang, mulai terlihat marah lagi. Anak itu berlahan menghitung uangnya, kemudian menatap pria itu.
"kenapa kamu minta lagi kalau kamu sudah punya?" geram si ayah.
"karena saya belum memiliki cukup uang, tapi sekarang saya sudah,"jawab anak itu.
"Ayah saya memilki Rp. 20.000 sekarang. bisakah saya membeli waktumu satu jam?"

Ane Janji Kalo udah Jadi Bapak,,,
Sesibuk sibuknya ane ,,
ane bakal ngeluangin waktu buat anak ane

9.7.10

SUDAHKAH ANDA TERSENYUM HARI INI


Senyum mungkin bagi anda adalah hal yang sederhana dan mudah, cukup menarik sudut bibir ke arah samping dan menampakkan gigi. Namun tidak sesederhana itu, kadang tersenyum saat-saat tertentu sangatlah sulit. Terlebih jika anda tidak “mood” untuk senyum.

Senyum dihubungkan dengan karakter seseorang, karena tidak sedikit ditemukan sifat individu yang “murah senyum”. Senyum banyak dikaitkan dengan perasaan hati, kondisi jiwa dan mood. Senyum dapat mempengaruhi kesehatan, tingkat stres dan daya tarik anda. Senyum juga dipercaya sebagai salah satu jalan jika ingin awet muda. Senyum diketahui mempunyai manfaat untuk kesehatan, di antaranya yaitu :

1.Senyum membuat anda lebih menarik. Kita akan selalu tertarik pada orang yang selalu tersenyum. Orang yang selalu tersenyum punya daya tarik tersendiri.Wajah yang berkerut, cemberut, membuat orang menjauh dari anda, tetapi sebaliknya senyum bisa membuat mereka tertarik.

2.Senyum mengubah mood anda. Ketika anda merasa jatuh atau “down” cobalah untuk tersenyum. Mungkin saja mood anda akan berubah menjadi lebih baik.

3.Senyum dapat merangsang orang lain tersenyum. Ketika seseorang tersenyum maka senyum tersebut akan membuat suasana menjadi lebih cerah, mengubah mood orang lain yang ada disekitarnya dan membuat semua orang menjadi senang. Orang yang suka tersenyum membawa kebahagiaan buat orang yang ada di sekitarnya. Seringlah tersenyum maka anda akan disukai oleh banyak orang.

4.Senyum dapat mengurangi stres. Stres secara nyata dapat muncul di wajah anda. Senyum membantu mencegah kesan bahwa kita sebenarnya sedang lelah atau merasa “down”. Jika anda sedang stres cobalah untuk tersenyum, maka stres anda akan berkurang dan anda akan merasa lebih baik untuk membuat langkah selanjutnya.

5. Senyum meningkatkan sistem imun (kekebalan) tubuh anda. Senyum dapat membantu kerja imun tubuh agar dapat bekerja dengan baik. Ketika anda tersenyum, fungsi imun meningkatkan kemungkinan anda menjadi lebih rileks.

6.Senyum menurunkan tekanan darah anda. Ketika anda tersenyum, maka tekanan darah anda akan menurun. Jika anda tak percaya, anda boleh mencobanya sendiri, jika anda memiliki alat pengukur tekanan darah di rumah anda.

7. Senyum mengeluarkan endorphins (pereda rasa sakit secara alami) dan serotonin. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa senyum dapat merangsang pengeluaran endorphin, pereda rasa sakit yang alami, serta serotonin. Senyum

8. Senyum dapat melenturkan kulit wajah dan membuat anda terlihat lebih muda. Otot-otot yang digunakan untuk tersenyum ikut membuat anda terlihat lebih muda. Jika anda ingin sesuatu yang beda, maka berikan senyum anda sepanjang hari, maka anda akan terlihat lebih muda dan merasa lebih baik.

9. Senyum membuat anda tampak sukses. Orang yang tersenyum terlihat lebih percaya diri dalam menjalani hidupnya. Cobalah tersenyum saat anda melakukan pertemuan dan saat ada janji. Rekan-rekan kerja, sahabat, orang-orang terdekat anda akan merasakan sesuatu yang berbeda.

10. Senyum membuat anda tetap positif. Senyumlah! Lalu sekarang cobalah berpikir sesuatu yang negatif tanpa berhenti tersenyum. Sulitkan? Karena ketika anda tersenyum maka senyum tersebut akan mengirimkan sinyal ke tubuh anda bahwa “hidup anda saat ini baik-baik saja”.

Maka jauhkan diri anda dari depresi, stres dan rasa khawatir dengan satu kata yaitu “senyum”, tentu saja dengan memberikan senyum pada tempat dan suasana yang tepat. Jika berlebihan, maka orang lain akan menganggap anda kurang waras.
Sudahkan anda tersenyum hari ini?

Umar Bin Khattab bertemu Uskup Sophronius


Berita kedatangan bala bantuan kepada pasukan Muslim yang tengah mengepung kota membuat pasukan dan warga Kristen dan Yahudi yang berdiam di dalam kota menjadi ciut. Mengingat kedudukan Yerusalem sebagai kota suci, sebenarnya pasukan Muslim enggan menumpahkan darah di kota itu. Sementara kaum Kristen yang mempertahankan kota itu juga sadar mereka tidak akan mampu menahan kekuatan pasukan Muslim. Menyadari memperpanjang perlawanan hanya akan menambah penderitaan yang sia-sia bagi penduduk Yerusalem, maka Patriarch Yerusalem, Uskup Agung Sophronius mengajukan perjanjian damai. Permintaan itu disambut baik Panglima Amru bin Ash, sehingga Yerusalem direbut dengan damai tanpa pertumpahan darah setetespun.

Walaupun demikian, Uskup Agung Sophronius menyatakan kota suci itu hanya akan diserahkan ke tangan seorang tokoh yang terbaik di antara kaum Muslimin, yakni Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhu. Sophronius menghendaki agar Amirul Mukminin tersebut datang ke Yerusalem secara pribadi untuk menerima penyerahan kunci kota suci tersebuit. Biasanya, hal ini akan segera ditolak oleh pasukan yang menang. Namun tidak demikian yang dilakukan oleh pasukan Muslim. Bisa jadi, warga Kristen masih trauma dengan dengan peristiwa direbutnya kota Yerusalem oleh tentara Persia dua dasawarsa sebelumnya di mana pasukan Persia itu melakukan perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan juga penajisan tempat-tempat suci. Walau orang-orang Kristen telah mendengar bahwa perilaku pasukan kaum Muslimin ini sungguh-sungguh berbeda, namun kecemasan akan kejadian dua dasawarsa dahulu masih membekas dengan kuat. Sebab itu mereka ingin jaminan yang lebih kuat dari Amirul Mukminin.

Panglima Abu Ubaidah memahami psikologis penduduk Yerusalem tersebut. Ia segera meneruskan permintaan tersebut kepada Khalifah Umar r.a. yang berada di Madinah. Khalifah Umar segera menggelar rapat Majelis Syuro untuk mendapatkan nasehatnya. Utsman bin Affan menyatakan bahwa Khalifah tidak perlu memenuhi permintaan itu karena pasukan Romawi Timur yang sudah kalah itu tentu akhirnya juga akan menyerahkan diri. Namun Ali bin Abi Thalib berpandangan lain. Menurut Ali, Yerusalem adalah kota yang sama sucinya bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi, dan sehubungan dengan itu, maka akan sangat baik bila penyerahan kota itu diterima sendiri oleh Amirul Mukminin. Kota suci itu adalah kiblat pertama kaum Muslimin, tempat persinggahan perjalanan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salam pada malam hari ketika beliau ber-isra' dan dari kota itu pula Rasulullah ber-mi'raj. Kota itu menyaksikan hadirnya para anbiya, seperti Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi Isa. Umar akhirnya menerima pandangan Ali dan segera berangkat ke Yerusalem. Sebelum berangkat, Umar menugaskan Ali untuk menjalankan fungsi dan tugasnya di Madinah selama dirinya tidak ada.

Kepergian Khalifah Umar hanya ditemani seorang pelayan dan seekor unta yang ditungganginya bergantian. Ketika mendekati Desa Jabiah di mana panglima dan para komandan pasukan Muslim telah menantikannya, kebetulan tiba giliran pelayan untuk menunggang unta tersebut. Pelayan itu menolak dan memohon agar khalifah mau menunggang hewan tersebut. Tapi Umar menolak dan mengatakan bahwa saat itu adalah giliran Umar yang harus berjalan kaki. Begitu sampai di Jabiah, masyarakat menyaksikan suatu pemandangan yang amat ganjilyang belum pernah terjadi, ada pelayan duduk di atas unta sedangkan tuannya berjalan kaki menuntun hewan tunggangannya itu dengan mengenakan pakaian dari bahan kasar yang sangat sederhana. Lusuh dan berdebu, karena telah menempuh perjalanan yang amat jauh.

Di Jabiah, Abu Ubaidah menemui Khalifah Umar. Abu Ubaidah sangat bersahaya, mengenakan pakaian dari bahan yang kasar. Khalifah Umar amat suka bertemu dengannya. Namun ketika bertemu dengan Yazid bin Abu Sofyan, Khalid bin Walid, dan para panglima lainnya yang berpakaian dari bahan yang halus dan bagus, Umar tampak kurang senang karena kemewahan amat mudah menggelincirkan orang ke dalam kecintaan pada dunia.

Kepada Umar, Abu Ubaidah melaporkan kondisi Suriah yang telah dibebaskannya itu dari tangan Romawi Timur. Setelah itu, Umar menerima seorang utusan kaum Kristen dari Yerusalem. Di tempat itulah Perjanjian Aelia (istilah lain Yerusalem) dirumuskan dan akhirnya setelah mencapai kata sepakat ditandatangani. Berdasarkan perjanjian Aelia itulah Khalifah Umar r.a. menjamin keamanan nyawa dan harta benda segenap penduduk Yerusalem, juga keselamatan gereja, dan tempat-tempat suci lainnya. Penduduk Yerusalem juga diwajibkan membayar jizyah bagi yang non-Muslim. Barang siapa yang tidak setuju, dipersilakan meninggalkan kota dengan membawa harta-benda mereka dengan damai. Dalam perjanjian itu ada butir yang merupakan pesanan khusus dari pemimpin Kristen yang berisi dilarangnya kaum Yahudi berada di Yerusalem. Ketentuan khusus ini berangsur-angsur dihapuskan begitu Yerusalem berubah dari kota Kristen jadi kota Muslim.

Perjanjian Aeliasecara garis besar berbunyi: "Inilah perdamaian yang diberikan oleh hamba Allah 'Umar, Amirul Mukminin, kepada rakyat Aelia: dia menjamin keamanan diri, harta benda, gereja-gereja, salib-salib mereka, yang sakit maupun yang sehat, dan semua aliran agama mereka. Tidak boleh mengganggu gereja mereka baik membongkarnya, mengurangi, maupun menghilangkannya sama sekali, demikian pula tidak boleh memaksa mereka meninggalkan agama mereka, dan tidak boleh mengganggu mereka. Dan tidak boleh bagi penduduk Aelia untuk memberi tempat tinggal kepada orang Yahudi."

Setelah itu, Umar melanjutkan perjalanannya ke Yerusalem. Lagi-lagi ia berjalan seperti layaknya seorang musafir biasa. Tidak ada pengawal. Ia menunggang seekor kuda yang biasa, dan menolak menukarnya dengan tunggangan yang lebih pantas.

Di pintu gerbang kota Yerusalem, Khalifah Umar disambut Patriarch Yerusalem, Uskup Agung Sophronius, yang didampingi oleh pembesar gereja, pemuka kota, dan para komandan pasukan Muslim. Para penyambut tamu agung itu berpakaian berkilau-kilauan, sedang Umar hanya mengenakan pakaian dari bahan yang kasar dan murah. Sebelumnya, seorang sahabat telah menyarankannya untuk mengganti dengan pakaian yang pantas, namun Umar berkata bahwa dirinya mendapatkan kekuatan dan statusnya berkat iman Islam, bukan dari pakaian yang dikenakannya. Saat Sophronius melihat kesederhanaan Umar, dia menjadi malu dan mengatakan, "Sesungguhnya Islam mengungguli agama-agama manapun."

Di depan The Holy Sepulchure (Gereja Makam Suci Yesus), Uskup Sophronius menyerahkan kunci kota Yerusalem kepada Khalifa Umar r.a. Setelah itu Umar menyatakan ingin diantar ke suatu tempat untuk menunaikan shalat. Oleh Sophronius, Umar diantar ke dalam gereja tersebut. Umar menolak kehormatan itu sembari mengatakan bahwa dirinya takut hal itu akan menjadi preseden bagi kaum Muslimin generasi berikutnya untuk mengubah gereja-gereja menjadi masjid. Umar lalu dibawa ke tempat di mana Nabi Daud Alaihissalam konon dipercaya shalat dan Umar pun shalat di sana dan diikuti oleh umat Muslim. Ketika orang-orang Romawi Bizantium menyaksikan hal tersebut, mereka dengan kagum berkata, kaum yang begitu taat kepada Tuhan memang sudah sepantasnya ditakdirkan untuk berkuasa. "Saya tidak pernah menyesali menyerahkan kota suci ini, karena saya telah menyerahkannya kepada ummat yang lebih baik ...," ujar Sophronius.

Umar tinggal beberapa hari di Yerusalem. Ia berkesempatan memberi petunjuk dalam menyusun administrasi pemerintahan dan yang lainnya. Umar juga mendirikan sebuah masjid pada suatu bukit di kota suci itu. Masjid ini sekarang disebut sebagai Masjid Umar. Pada upacara pembangunan masjid itu, Bilal r.a. - bekas budak berkulit hitam yang sangat dihormati Khalifah Umar melebihi dirinya - diminta mengumandangkan adzan pertama di bakal tempat masjid yang akan didirikan, sebagaimana adzan yang biasa dilakukannya ketika Rasulullah masih hidup. Setelah Rasulullah saw wafat, Bilal memang tidak mau lagi mengumandangkan adzan. Atas permintaan Umar, Bilal pun melantunkan adzan untuk menandai dimulainya pembangunan Masjid Umar. Saat Bilal mengumandangkan adzan dengan suara yang mendayu-dayu, Umar dan kaum Muslimin meneteskan air mata, teringat saat-saat di mana Rasulullah masih bersama mereka. Ketika suara adzan menyapu bukit dan lembah di Yerusalem, penduduk terpana dan menyadari bahwa suatu era baru telah menyingsing di kota suci tersebut.[]

Dikutip dari Knights Templar Knights of Christ, yang ditulis Rizki Ridyasmara, diterbitkan oleh Pustaka Kautsar, 2006.