25.2.10

Pengaruh Al-Qur’an Terhadap Organ Tubuh

Ada menyeruak perhatian yang begitu besar terhadap kekuatan membaca Al-Qur’an, dan yang terlansir di dalam Al-Qur’an, dan pengajaran Rasulullah. Dan sampai beberapa waktu yang belum lama ini, belum diketahui bagaimana mengetahui dampak Al-Qur’an tersebut kepada manusia. Dan apakah dampak ini berupa dampak biologis ataukah dampak kejiwaan, atakah malah keduanya, biologis dan kejiwaan.

Maka, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kami memulai sebuah penelitian tentang Al-Qur’an dalam pengulangan-pengulangan “Akbar” di kota Panama wilayah Florida. Dan tujuan pertama penelitian ini adalah menemukan dampak yang terjadi pada organ tubuh manusia dan melakukan pengukuran jika memungkinkan. Penelitian ini menggunakan seperangkat peralatan elektronik dengan ditambah komputer untuk mengukur gejala-gejala perubahan fisiologis pada responden selama mereka mendengarkan bacaan Al-Qur’an.

Penelitian dan pengukuran ini dilakukan terhadap sejumlah kelompok manusia:

• Muslimin yang bisa berbahasa Arab.
• Muslimin yang tidak bisa berbahasa Arab
• Non-Islam yang tidak bisa berbahasa Arab.

Pada semua kelompok responden tersebut dibacakan sepotong ayat Al-Qur’an dalam bahasa Arab dan kemudian dibacakan terjemahnya dalam bahasa Inggris.

Dan pada setiap kelompok ini diperoleh data adanya dampak yang bisa ditunjukkan tentang Al-Qur’an, yaitu 97% percobaan berhasil menemukan perubahan dampak tersebut. Dan dampak ini terlihat pada perubahan fisiologis yang ditunjukkan oleh menurunnya kadar tekanan pada syaraf secara sprontanitas. Dan penjelasan hasil penelitian ini aku presentasikan pada sebuah muktamar tahunan ke-17 di Univ. Kedokteran Islam di Amerika bagian utara yang diadakan di kota Sant Louis Wilayah Mizore, Agustus 1984.

Dan benar-benar terlihat pada penelitian permulaan bahwa dampak Al-Qur’an yang kentara pada penurunan tekanan syaraf mungkin bisa dikorelasikan kepada para pekerja: Pekerja pertama adalah suara beberapa ayat Al-Qur’an dalam Bahasa Arab. Hal ini bila pendengarnya adalah orang yang bisa memahami Bahasa Arab atau tidak memahaminya, dan juga kepada siapapun (random). Adapun pekerja kedua adalah makna sepenggal Ayat Al-Qur’an yang sudah dibacakan sebelumnya, sampai walaupun penggalan singkat makna ayat tersebut tanpa sebelumnya mendengarkan bacaan Al-Qur’an dalam Bahasa Arabnya.

Adapun Tahapan kedua adalah penelitian kami pada pengulangan kata “Akbar” untuk membandingkan apakah terdapat dampak Al-Qur’an terhadap perubahan-perubahan fisiologis akibat bacaan Al-Qur’an, dan bukan karena hal-hal lain selain Al-Qur’an semisal suara atau lirik bacaan Al-Qur’an atau karena pengetahun responden bahwasannya yang diperdengarkan kepadanya adalah bagian dari kitab suci atau pun yang lainnya.

Dan tujuan penelitian komparasional ini adalah untuk membuktikan asumsi yang menyatakan bahwa “Kata-kata dalam Al-Qur’an itu sendiri memiliki pengaruh fisiologis hanya bila didengar oleh orang yang memahami Al-Qur’an . Dan penelitian ini semakin menambah jelas dan rincinya hasil penelitian tersebut.

Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah perangkat studi dan evaluasi terhadap tekanan syaraf yang ditambah dengan komputer jenis Medax 2002 (Medical Data Exuizin) yang ditemukan dan dikembangkan oleh Pusat Studi Kesehatan Univ. Boston dan Perusahaan Dafikon di Boston. Perangkat ini mengevaluasi respon-respon perbuatan yang menunjukkan adanya ketegangan melalui salah satu dari dua hal: (i) Perubahan gerak nafas secara langsung melalui komputer, dan (ii) Pengawasan melalui alat evaluasi perubahan-perubahan fisiologis pada tubuh. Perangkat ini sangat lengkap dan menambah semakin menguatkan hasil validitas hasil evaluasi.

Subsekuen:

• Program komputer yang mengandung pengaturan pernafasan dan monitoring perubahan fisiologis dan printer.
• Komputer Apple 2, yaitu dengan dua floppy disk, layar monitor dan printer.
• Perangkat monitoring elektronik yang terdiri atas 4 chanel: 2 canel untuk mengevaluasi elektrisitas listrik dalam otot yang diterjemahkan ke dalam respon-respon gerak syaraf otot; satu chanel untuk memonitor arus balik listrik yang ke kulit; dan satu chanel untuk memonitor besarnya peredaran darah dalam kulit dan banyaknya detak jantung dan suhu badan.

Berdasarkan elektrisitas listrik dalam otot-otot, maka ia semakin bertambah yang menyebabkan bertambahnya cengkeraman otot. Dan untuk memonitor perubahan-perubahan ini menggunakan kabel listrik yang dipasang di salah satu ujung jari tangan.

Adapun monitoring volume darah yang mengalir pada kulit sekaligus memonitor suhu badan, maka hal itu ditunjukkan dengan melebar atau mengecilnya pori-pori kulit. Untuk hal ini, menggunakan kabel listrik yang menyambung di sekitar salah satu jari tangan. Dan tanda perubahan-perubahan volume darah yang mengalir pada kulit terlihat jelas pada layar monitoryang menunjukkan adanya penambahan cepat pada jantung. Dan bersamaan dengan pertambahan ketegangan, pori-pori mengecil, maka mengecil pulalah darah yag mengalir pada kulit, dan suhu badan, dan detak jantung.

Metode dan Keadaan yang digunakan:

Percobaan dilakukan selama 210 kali kepada 5 responden: 3 laki-laki dan 2 perempuan yang berusia antara 40 tahun dan 17 tahun, dan usia pertengahan 22 tahun.

Dan setiap responden tersebut adalah non-muslim dan tidak memahami bahasa Arab. Dan percobaan ini sudah dilakukan selama 42 kesempatan, dimana setiap kesempatannya selama 5 kali, sehingga jumlah keseluruhannya 210 percobaan. Dan dibacakan kepada responden kalimat Al-Qur’an dalam bahasa Arab selama 85 kali, dan 85 kali juga berupa kalimat berbahasa Arab bukan Al-Qur’an. Dan sungguh adanya kejutan/shock pada bacaan-bacaan ini: Bacaan berbahasa Arab (bukan Al-Qur’an) disejajarkan dengan bacaan Al-Qur’an dalam lirik membacanya, melafadzkannya di depan telingga, dan responden tidak mendengar satu ayat Al-Qur’an selama 40 uji-coba. Dan selama diam tersebut, responden ditempatkan dengan posisi duduk santai dan terpejam. Dan posisi seperti ini pulalah yang diterapkan terhadap 170 uji-coba bacaan berbahasa Arab bukan Al-Qur’an.

Dan ujicoba menggunakan bacaan berbahasa Arab bukan Al-Qur’an seperti obat yang tidak manjur dalam bentuk mirip seperti Al-Qur’an, padahal mereka tidak bisa membedakan mana yang bacaan Al-Qur’an dan mana yang bacaan berbahasa Arab bukan Al-Qur’an. Dan tujuannya adalah utuk mengetahui apakah bacaan Al-Qur’an bisa berdampak fisiologis kepada orang yang tidak bisa memahami maknanya. Apabila dampak ini ada (terlihat), maka berarti benar terbukti dan dampak tidak ada pada bacaan berbahasa Arab yang dibaca murottal (seperti bacaan Imam Shalat) pada telinga responden.

Adapun percobaan yang belum diperdengarkan satu ayat Al-Qur’an kepada responden, maka tujuannya adalah untuk mengetahui dampak fisiologis sebagai akibat dari letak/posisi tubuh yang rileks (dengan duduk santai dan mata terpejam).

Dan sungguh telah kelihatan dengan sangat jelas sejak percobaan pertama bahwasannya posisi duduk dan diam serta tidak mendegarkan satu ayat pun, maka ia tidak mengalami perubahan ketegangan apapun. Oleh karena itu, percobaan diringkas pada tahapan terakhir pada penelitian perbandingan terhadap pengaruh bacaan Al-Qur’an dan bacaan bahasa Arab yang dibaca murottal seperti Al-Qur’an terhadap tubuh.

Dan metode pengujiannya adalah dengan melakukan selang-seling bacaan: dibacakan satu bacaan Al-Qur’an, kemudian bacaan vahasa Arab, kemudian Al-Qur’an dan seterusnya atau sebaliknya secara terus menerus.

Dan para responden tahu bahwa bacaan yang didengarnya adalah dua macam: Al-Qur’an dan bukan Al-Qur’an, akan tetapi mereka tidak mampu membedakan antara keduanya, mana yang Al-Qur’an dan mana yang bukan.

Adapun metode monitoring pada setiap percobaan penelitian ini, maka hanya mencukupkan dengan satu chanel yaitu chanel monitoring elektrisitas listrik pada otot-otot, yaitu dengan perangkat Midax sebagaimana kami sebutkan di atas. Alat ini membantu menyampaikan listrik yang ada di dahi.

Dan petunjuk yang sudah dimonitor dan di catat selama percobaan ini mengadung energi listrik skala pertengahan pada otot dibandingkan dengan kadar fluktuasi listrik pada waktu selama percobaan. Dan sepanjang otot untuk mengetahui dan membandingkan persentase energi listrik pada akhir setiap percobaan jika dibandingkan keadaan pada awal percobaan. Dan semua monitoring sudah dideteksi dan dicatat di dalam komputer.

Dan sebab kami mengutamakan metode ini untuk memonitor adalah karena perangkat ini bisa meng-output angka-angka secara rinci yang cocok untuk studi banding, evaluasi dan akuntabel..

Pada satu ayat percobaan, dan satu kelompok percobaan perbandingan lainnya mengandung makna adanya hasil yang positif untuk satu jenis cara yang paling kecil sampai sekecil-kecilnya energi listrik bagi otot. Sebab hal ini merupakan indikator bagusnya kadar fluktuasi ketegangan syaraf, dibandingkan dengan berbagai jenis cara yang digunakan responden tersebut ketika duduk.

Hasil Penelitian

Ada hasil positif 65% percobaan bacaan Al-Qur’an. Dan hal ini menunjukkan bahwa energi listrik yang ada pada otot lebih banyak turun pada percobaan ini. Hal ini ditunjukkan dengan dampak ketegangan syaraf yang terbaca pada monitor, dimana ada dampak hanya 33 % pada responden yang diberi bacaan selain Al-Qur’an.

Pada sejumlah responden, mungkin akan terjadi hasil yang terulang sama, seperti hasil pengujian terhadap mendengar bacaan Al-Qur’an. Oleh karena itu, dilakukan ujicoba dengan diacak dalam memperdengarkannya (antara Al-Qur’an dan bacaan Arab) sehingga diperoleh data atau kesimpulan yang valid.

Pembahasan Hasil Penelitian dan Kesimpulan

Sungguh sudah terlihat jelas hasil-hasil awal penelitian tentang dampak Al-Qur’an pada penelitian terdahulu bahwasanya Al-Qur`an memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap syaraf. dan mungkin bisa dicatat pengaruh ini sebagai satu hal yang terpisah, sebagaimana pengaruh inipun terlihat pada perubahan energi listrik pada otot-otot pada organ tubuh. dan perubah-perubahan yang terjadi pada kulit karena energi listrik, dan perubahan pada peredaran darah, perubahan detak jantung, voleme darah yang mengalir pada kulit, dan suhu badan.

Dan semua perubahan ini menunjukan bahwasanya ada perubahan pada organ-organ syaraf otak secara langsung dan sekaligus mempengaruhi organ tubuh lainnya. Jadi, ditemukan sejumlah kemungkinan yang tak berujung ( tidak diketahui sebab dan musababnya) terhadap perubahan fisiologis yang mungkin disebabkan oleh bacaan Al-Qur`an yang didengarkannya.

Oleh karena itu sudah diketahui oleh umum bahwasanya ketegangan-ketegangan saraf akan berpengaruh kepada dis-fungsi organ tubuh yang dimungkinkan terjadi karena produksi zat kortisol atau zat lainnya ketika merespon gerakan antara saraf otak dan otot. Oleh karena itu pada keadaan ini pengaruh Al-Qur`an terhadap ketegangan saraf akan menyebabkan seluruh badannya akan segar kembali, dimana dengan bagusnya stamina tubuh ini akan menghalau berbagai penyakit atau mengobatinya. Dan hal ini sesuai dengan keadaan penyakit tumor otak atau kanker otak.

Juga, hasil uji coba penelitian ini menunjukan bahwa kalimat-kalimat Al-Qur`an itu sendiri memeliki pengaruh fisiologis terhadap ketegangan organ tubuh secara langsung, apalagi apabila disertai dengan mengetahui maknanya.
Dan perlu untuk disebutkan disini bahwasanya hasil-hasil penelitian yang disebutkan diatas adalah masih terbatas dan dengan responden yang juga terbatas.

[Dievalusi dengan menggunakan perangkat elektronik] Dr. Ahmad Al-Qadhiy (United States of America) alsofwah.

http://www.kajianislam.net/modules/smartsection/item.php?itemid=347

MUSIK KLASIK, AL-QUR'AN, & KETENANGAN JIWA

oleh : Ade Sudaryat

SUDAH lama, para pakar ilmu psikologi perkembangan meneliti dan berkeyakinan, mendengarkan musik klasik dapat memengaruhi perkembangan otak dan kesehatan mental.

Stephanie Merrit, Direktur Pusat Musik dan Pencitraan California yang sebelumnya menjadi guru pernah mengalami hal unik berkenaan dengan perilaku anak didiknya. Pada suatu pagi, ketika pelajaran akan dimulai, ia melihat murid-muridnya loyo dan tak bersemangat serta daya tangkapnya rendah. Kemudian ia bertanya kepada mereka tentang makanan yang disantap sebelum berangkat ke sekolah. Jawabannya, semua makanannya bergizi tinggi. Namun ketika mereka ditanya tentang musik yang didengarkan sebelum berangkat, sebagian besar menjawabnya musik keras seperti heavy metal. Sejak itu, ia menganjurkan murid-muridnya untuk mendengarkan musik klasik. Hasilnya mengejutkan, semangat dan hasil belajar mereka meningkat.

Penelitian Dr. Alfred Tomatis, dokter dari Prancis, menyebutkan, musik klasik memberikan energi kepada otak dan membuatnya menjadi lebih santai. Eksperimen dan penelitian lainnya dilakukan Dorothy Retallack, seorang musisi profesional, tahun 1970 di Temple Buell College, Colorado terhadap tanaman. Hasilnya, tanaman labu yang distelkan musik klasik, tumbuh dengan baik ke arah radio dan batang-batangnya mulai melingkari radio. Sedangkan pohon labu yang diletakkan di ruangan musik rock tumbuh menjauhi radio, seolah-olah dia berusaha menjauhi tembok.

Kalaulah musik klasik yang notabene, hasil karya manusia banyak pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa dan otak kita, lalu bagaimana dengan mendengarkan bacaan Alquran, adakah pengaruhnya seperti halnya kita mendengarkan musik klasik? Jika tilawah Alquran diperdengarkan kepada janin dalam kandungan, adakah pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa dan otaknya, seperti pengaruh yang ditimbulkan musik klasik?

Walaupun tidak dibarengi dengan data ilmiah, Syaikh Ibrahim bin Ismail dalam karyanya Ta'lim al Muta'alim halaman 41, sebuah kitab yang mengupas tata krama mencari ilmu berkata, "Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang kuat ingatan atau hafalannya. Di antaranya, menyedikitkan makan, membiasakan melaksanakan ibadah salat malam, dan membaca Alquran sambil melihat kepada mushaf". Selanjutnya ia berkata, "Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca Alquran".

Dengan pernyataan tersebut setidaknya kita dapat mengungkap, Alquran memiliki pengaruh yang kuat terhadap daya ingat seseorang atau terhadap tingkat kecerdasan seseorang. Juga menimbulkan pengaruh terhadap kesehatan jiwa seseorang.

Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar.

Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.

Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Alquran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya.

Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Alquran.

Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Alquran dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Alquran. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Alquran dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Alquran.

Alquran memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Alquran dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang.

Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki Alquran. Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannya memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika mendengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang, bacaan Alquran lebih dari itu. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan Alquran memengaruhi kecerdasan spiritual (SQ).

Diakui oleh para pakar saat ini, kesuksesan seseorang pada saat ini tidak cukup hanya diukur oleh kemampuan IQ dan EQ-nya. Tapi yang terpenting adalah tingkat kecerdasan spiritualnya (SQ). Semakin tinggi SQ-nya, semakin sukseslah ia.

Mahabenar Allah yang telah berfirman, "Dan apabila dibacakan Alquran, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat" (Q.S. 7: 204).

Atau juga, "Dan Kami telah menurunkan dari Alquran, suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian" (Q.S. 17: 82).

Atau, "Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah-lah hati menjadi tentram" (Q.S. 13: 28).***

Penulis, tinggal di Kampung Pasar Tengah Cisurupan Garut.



23.2.10

Catatan di Penghujung Sore

Singgalang berpendar keemasan
Diterpa mentari di ufuk barat
Mega-mega tipis menyelimuti
Sore nan sejuk di sekeliling
di antara kerumunan ku berada
Bocah-bocah kecil berlarian
kenangan akan seorang sahabat
di penghujung bulan kedua
Pandangan yang begitu teduh
dalam diam tanpa kata
senyuman penuh arti

letupan diantara bunga api
dalam jiwa diterpa angin
panggilan langit datang menghampiri
tinggalkan dunia barang sejenak
keharibaanNya semua kan kembali

langit mulai kelam
sang rembulan menyapa malam
sejumput asa di akhir zaman
dahaga akan kepuasan
tawa serakah para penguasa
orang pinggiran berselimut mimpi

mega merah sempurna hilang
aku diantara kata-kataku sendiri

17.2.10

“Menertawai” Masa Lalu

oleh ichsanmufti

Sebaik apa pun seorang manusia itu dipandang oleh manusia lainnya ia tak ‘kan pernah menjadi malaikat, apalagi sosok yang patut disembah. Karena dalam dirinya, bukan cuma ada nalar dan nurani, di sana juga ada naluri. Dalam dirinya, bukan Cuma ada akal dan iman, namun juga ada syahwat. Sungguh, bukan cuma kekuatan dan kebijakasanaan yang ada di sana, namun juga kelemahan dan ketergelinciran serta berbagai keterbatasan. Ia tak ‘kan jadi sempurna dalam pengertiannya yang tanpa celah. Ia hanya jadi sempurna secara relatif sebagai manusia. Itulah batas akhirnya. Dan hidup, bagi mereka yang bijak, adalah perjalanan menuju ke sana. Tak ‘kan ada titik. Yang ada hanya koma, sampai kematian menutup perjalanan itu.

Ketika sedang duduk sendiri menghirup segarnya udara pagi, atau ketika berjalan kala senja menyaksikan bunga-bunga yang tengah mekar di pinggir rumah, atau ketika kita tenggelam dalam samudera perenungan dan instrospeksi menjelang tidur, kita sering tersenyum sendiri menatap masa lalu. Tak jarang, tawa kecil kita meledak dalam sunyi-gelapnya malam. Kala itu kita geli sendiri, malu pada waktu, pada manusia, pada Allah, karena dahulu kita pernah keliru, kita pernah salah bersikap, berkata-kata, kita…. pernah “tak merasa kita salah”. Tawa yang kadang beriring rintih tangis pengakuan. Dan setelah itu seakan ada yang berbisik genit ke telinga kesadaran kita: “Bodoh sekali kau dulu itu!”, katanya.

Lantas, apakah itu semua mampu buat kita tambah baik jadinya?! Tidak… Kar’na kesalahan tetaplah kesalahan sebelum ia diperbaiki atau dihapuskan, kekeliruan tetaplah kekeliruan sebelum ia dikoreksi, dan dosa tetaplah dosa sebelum ia ditaubati.

Maka benar juga kata orang-orang itu. “Lebih baik jadi mantan preman daripada mantan ustadz”. Apa sebabnya?!. Karena mantan preman -yang mungkin telah menjadi ustadz kini- adalah ia yang menertawai masa lalunya yang bodoh dan lucu sehingga akhirnya ia paham apa sejatinya makna hidup dan kehidupan. Sedangkan mantan “ustadz-ustadzan” -yang mungkin telah menjadi pendosa kini- adalah ia yang menjadi picik karena tak pernah mau berdialog dengan nuraninya sen..diri. Ke-ustadzan-nya dahulu hanyalah simbol yang dangkal, tanpa pernah ia coba membumikannya dalam kesadaran hidupnya. Lihatlah ia terperosok jauh sekali. Tapi kita berdoa, mudah-mudahan sebelum mati ia dapat “kembali”.

Tuan dan Puan sekalian yang saya sayangi. Beberapa waktu lalu Anda mungkin saja bertemu kembali dengan sahabat lama anda. Anggap saja namanya Budi. Dahulunya Anda anggap Budi adalah sampah bagi manusia. Kebiasaannya tak lain hanyalah bernafas -seringkali dengan “bantuan” asap rokok-, makan, tidur, menghabiskan harta orang tua, selalu mengucap “malas” untuk suatu yang bermanfaat dan tak berminat kecuali dalam urusan syahwat. Anda pernah menduga bahwa ia akan terus menghabiskan waktunya menuju ajal dengan selalu menyusahkan manusia di sekelilingnya.

Namun ternyata Anda terkaget-kaget tak menentu ketika pertemuan kembali itu. Apa yang terjadi?! Budi berubah kini. Hidupnya lebih cerah dari Anda. Bukan hanya masalah materi, tapi secara spiritual ia begitu hebat kini. Disaat Anda merasakan sempitnya hati karena jiwa yang kian kering gulita, ia datang memberikan Anda nasihat yang sejuk bagaikan embun di pagi hari. Disaat Anda galau dan bimbang bertanya-tanya maksud sebenarnya hidup dan kehidupan ini, ia datang dengan berbagai penjelasan yang membuat hati anda tenteram benderang. Awalnya Anda mungkin menolak, karena Anda merasa masa lalu Anda lebih baik darinya. Namun Anda lupa, bahwa Anda jarang sekali berintrospeksi, bahwa Anda tak pernah belajar dari kesalahan. Anda tersungkur. Dan harapan saya di masa depan Anda akan menertawai sikap Anda ini.

Sedangkan si Budi itu adalah pembelajar sejati, yang tak pernah ingin melewatkan sekecil apa pun kesalahan dalam hidupnya di masa lalu untuk dinobatkan menjadi guru dalam perjalanannya menuju masa depan. Tentu ada titik balik dalam hidupnya yang membuat menyadari kesalahannya dan menjadikannya begitu berbeda kini. Mungkin ia tersentak sadar ketika ayahnya meninggal dunia, atau ibunya, atau selepas kecelakaan, atau juga sehabis bencana yang menimpa dirinya, atau karena tak sengaja duduk mendengar kajian ketika maksud hati berlari pagi melintasi masjid kampus UGM hari minggu pagi, atau juga ketika ia membaca tulisan yang menggugah hati. Hmmm, memang setiap orang punya cara yang berbeda-beda ketika menyongsong hidayah. Semoga Anda mengalaminya sebaik dan sesegera mungkin.

Intinya yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan ini adalah; Ambillah pelajaran dari setiap kesalahan yang Anda lakukan, dan berjanjilah bahwa Anda tak akan mengulangi kesalahan tersebut. Toh setiap manusia pernah salah, pernah terjatuh dalam dosa dan maksiat. Namun yang terpenting dalam perspektif Islam adalah sejauh mana seorang itu memiliki semangat untuk berintrospeksi dan bertaubat secara konstan. Sebab, taubat hakikatnya adalah proses perbaikan diri secara berkelanjutan. Dengan taubat itulah seorang dapat mengubah setiap kesalahan menjadi pelajaran mahal bagi kelanjutan langkah-lagkahnya menuju kehidupan yang berjaya dunia dan akhirat.

Sebab, taubat hakikatnya adalah proses perbaikan diri secara berkelanjutan. Dengan taubat itulah seorang dapat mengubah setiap kesalahan menjadi pelajaran mahal bagi kelanjutan langkah-lagkahnya menuju kehidupan yang berjaya dunia dan akhirat.


Masukkan Code ini K1-3331A9-2
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

14.2.10

Cemburu Matahari

Cerpen Mardinata

terbit di koran Singgalang, 14 Des 2008

Aku tidak cemburu pada lelaki lain tentang perempuan milikku. Lelaki lain tak bisa melirik padanya tiap hari. Tidak bisa menggoda dekat maupun jauh. Tidak dapat melirik. Apalagi tidak dapat menyapa tiap hari. Karena akulah lelaki yang paling dekat dengan perempuan itu. Di saat Matahari bersinar sampai tenggelam. Terus dan terus.

Aku hanya—hanya?-- cemburu pada Matahari. Dari jarak jutaan kilometer dapat ia dapat menyentuh kulit istriku dimanapun dari pagi sampai sore. Tidak habis kekuataannya untuk terus beraksi mengelus-mengelus bumi termasuk ia lakukan pada istriku. Sang Surya itu menyapanya terus tiap hari. Mau tidak mau ia pasti datang. Tak peduli apa yang terjadi di dunia ini. Coba Anda bayangkan itu? Lelaki siapa yang tidak cemburu karena perangai Matahari—dengan awal huruf besar karena dia musuhku soal perebutan cinta.
Aku kalah dalam kesiangan atas nama perebutan cinta seorang perempuan. Perempuan yang terus-menerus membuat kewajiban para lelaki untuk melindunginya.
Tapi sanggupkah untuk melindunginya dari terpaan sinar Matahari?

Entahlah berapa cepat ia bisa mengenai pipi perempuan atau bunga. Atau dengan apa ia menyentuh makhluk perempuan tercintaku? Apakah ada tangan? Apakah hanya ia punya bibir untuk mencium istriku? Uh…?

Seberapa kilat didapat menyinari tahi lalat di atas alis perempuan itu? Lebih cepat dari tanganku?

Aku tak dapat mengelus-elus kulit istriku dengan leluasa. Ia dengan leluasa dengan cepat dapat memberi kehangatan pada orang-orang tercinta pada siang hari.

Aku gelisah pada Matahari. Ia lebih kuat dariku. Aku tidak bisa membuktikan sebagai pria kuat.
Aku iri pada Matahari. Tidak bisa menyentuh kulit istriku selama itu. Sekali lagi Matahari lebih berkuasa. Aku entah dimana siang hari. Tidak bisa mengawal istri dari sentuhan Matahari jika berjalan dalam kehidupan pasar?

Aku tak dapat menyentuh kulitnya selama itu. Karena aku manusia bebas untuk hidup. Hidup untuk kehidupan orang lain. Tanpa menjadi manusia bebas keluar rumah, anak istri akan protes. Karena tidak dapat memberikan kebutuhan fisik anak istri. Jika tak bekerja.

Untung Matahari hanya bisa menyentuh wajah dan tangannya. Tidak bisa lebih dari itu. Istriku membalut seluruh tubuhnya dengan baju longgar lengan panjang. Kepala dan rambut ikalnya diselimuti jilbab. Untuk dapat menyakinkan agar Matahari makin kecil menyentuh istriku, istriku pakai manset dan kaos kaki.

Apakah itu perintah Tuhan? Ataukah perintahku? Apakah aku egois untuk menyuruh pakai itu? Terserah Anda menerka. Yang jelas aku pemilik sah wanita itu. Tidak dapat digugat oleh lelaki lain. Siapapun itu orangnya. Sekalipun seorang Firaun
Tak mau kulit putih istriku menjadi gelap atau lebih hitam lagi. Aku pria lemah tidak bisa melawan Matahari. Dengan apa untuk melawannya? Tolong berikan pendapat jika Anda punya solusi untuk menaklukan kehebatan cinta Matahari.

Apakah aku kalah terus dengan Matahari? Hanya malam hari dapat mengalahkannya. Ia tak muncul. Entah kemana ia pergi? Kemudian datang lagi. Pergi dan datang lagi.
Hanya di dalam rumah Matahari tidak bisa bersaing. Ia tidak dapat menembus tembok rumah yang sudah lama dibangun. Cahaya Matahari tidak mungkin menembus rumahku secara penuh. Kecuali melalui jendela dan lubang-lubang kecil atap bocor.

He..he…he… dia lemah pada malam hari. Untung Tuhan benar-benar memberi kesempatan aku untuk menang bertarung dengan Matahari. Berarti tidak ada yang bersaing merayu perempuan tersayangku. Namun, kehadirannya tetap ada terasa. Tapi ia bersahabat kali ini dengan temannya dalam bentuk lain. Mau bukti? Ia hadir dalam jelma rembulan. Sinarnya tidak terasa pada kulitku. Tidak hangat. Tapi indah. Dan ia hadir dalam keadaan yang berubah-rubah. Sabit, sabit, separuh, separuh, dan purnama penuh.

Aku tidak suka perjalanan siang hari. Aku senang perjalanan bulan. Ia lebih dinamis dari Matahari. Setiap perjalanan kehidupannya tidak semu dan statis selama bergulirnya waktu. Ditambah lagi ia tidak mau menyentuh alis dan wajah oval istriku dalam kehangatan tidak terlalu. Malah ia memerangi kemanjaan kami di beranda rumah bercat biru muda.
***

Istriku menggugat. Dan aku akan bercerai. Dengan memberi alasan gugatan ke hakim pengadilan. Karena kecemburuan atau kelemahan dari kemampuan seorang laki-laki. Cemburu pada Matahari. Atau melihat aku lelaki yang tidak dapat melindunginya dari godaan Matahari? Dan atau mengganggap aku terlalu egois dan pengatur hak untuk dapat bebas seorang perempuan?
I
Ia tidak mau menggunakan pakaian yang aku atur. Ingin melepaskan baju-baju yang merasa gerah membalutnya di luar rumah. Terutama ia menolak jika memakai cadar. Tapi entahlah, yang jelas itu dilakukan untuk menjaga kulit putih yang aku suka. Tidak mau ada yang bersaing denganku. Tidak mau dilihat Matahari atau lelaki lain.

Ia tidak mau rambut ikal bersinarnya rusak. Rusak? Yah, selendang lebar pembungkus kepala yang terus dikenakan bila ke tempat ramai dapat mengusutkan keindahan rambutnya. Tetap ingin mempertahankan rambut itu seperti remaja dulu.

Kusut? Apakah rambut kena sinar Matahari tidak rusak?

Mungkin dia ada selingkuhan? Ia ingin mengaurakan wajah, bahu, betis seksi yang selama ini aku senangi. Dulu akulah yang bebas menikmatinya. Tapi sekarang, sebentar lagi keasyikan itu akan hilang bersaman dengan kelengkapan menangnya Matahari atas aku.

Kalau ia terus mengotot untuk minta cerai atas alasan perangaiku terlalu cemburu. Terpaksalah aku serahkan untuknya menggugat ke Pengadilan Agama. Karena tidak mau disebut lelaki kejam.

Dengan ketukan palu hakim terdengar melalui perantara udara yang menusuk setiap orang punya telinga di ruang itu. Resmilah aku tak punya istri. Lepaslah dari ini aku tidak cemburu lagi pada Matahari. Tak lagi pusing lagi bagaimana melindungi istri dari cahaya Matahari. Sekarang aku bukan lelaki pencemburu.
***

Dua puluh empat purnama penuh—sekarang jadi teman baikku dalam kesendirian—berputar bersamaan yang apa yang ada pada hukum alam, aku tetap belum punya perempuan resmi. Perempuan yang dapat aku melihat rambutannya dengan sah. Tidak ada yang dapat melarang menyentuhnya.

Mungkin…? Mungkin, atau mungkin ini terjadi karena sulit untuk menemukan perempuan legal pertamaku. Jujur aja ia memang cantik. Dengan mata birunya. Tapi ia sekarang sudah selingkuh dengan Matahari.

Hanya cadar-cadar dan baju-baju yang tertinggal di kamar ini. Ia tidak mau membawanya. Dengan benda-benda itu dapat mengganggu perselingkungannya dengan Matahari. Atau jangan-jangan sudah ada pria kuat yang tidak cemburu pada Matahari?

Hari ini Matahari bukan musuhku lagi. Terus menikmati pertemanan dengan Matahari. Aku duduk di berada berkeramik coklat. Dalam keasyikan berkawan dengan sinar Matahari, perempuan itu datang. Lebih hitam dari yang dulu. Nyaris tali lalatnya tidak tampak lagi di atas alisnya. Kurus.

“Aku datang untuk membawa baju-baju atau cadar-cadar yang sudah lama di tinggalkan.”

“Ambil saja. Sekarang aku jelaskan padamu. Aku sedang menikmati hasil kerja Matahari.

Yaah, menikmati bunga mawar putih itu. Ini hasil perkawanan aku dengan Matahari. Tanpa dia kesejukan pandangan taman ini tidak terlihat.”

“Sekarang Matahari musuhmu. Ha ha ha… Kulitmu hitam karenanya. Kamu bebas sekarang. Bebas mengambil barang-barangmu. Aku bukan siapa-siapamu lagi.”

Sudut Nusantara, 2008