29.7.11

Top 10 Hadits Lemah dan Palsu yg Populer pada Bulan Ramadhan

Bismillah, wash Sholaatu was salaamu ‘ala Rosulillaah, wa ‘ala aalihi wa man waa laahu. Berikut adalah beberapa hadits yg masyhur(populer) di masyarakat, khususnya saat bulan Ramadhan yg penur berkah. Sering dibawakan oleh para penceramah, disebarkan lewat sms tausiyah, maupun artikel dan selebaran. Namun amat disayangkan, hadits2 tsb ialah Lemah dan Palsu. Amat penting bagi ummat Islam untuk mengetahui derajat sebuah hadits sebelum mengamalkan atau menyebarkannya, siapa yg meriwayatkan? apakah shahih atau tidak?. Karena hadits lemah, apalagi palsu, tidak dapat disandarkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan mengatakan Rasulullah berkata begini dan begitu padahal -ia tahu bahwa hal tsb- tidak pernah keluar dari lisan beliau yg mulia ataupun tidak pernah dilakukan oleh beliau, merupakan dosa yg besar, sebagaimana sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:


مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّار


“Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya dia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.” [Muttafaqun ‘Alaihi dari shahabat Abu Hurairah, Al-Mughirah bin Syu’bah, dan yang lainnya]

Hadits lemah dan palsu seputar Ramadhan amat banyak, berikut saya bawakan 10 diantaranya;


Hadits ke-1


صوموا تصحوا


“Berpuasalah, kalian akan sehat.” [HR. Abu Nu’aim]

Hadits Lemah[1].

nb: jika memang terdapat penelitian ilmiah dari para ahli medis bahwa puasa itu dapat menyehatkan tubuh, makna dari hadits dhaif ini benar, namun tetap tidak boleh dianggap sebagai sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.


Hadits ke-2


نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ


“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, do’anya dikabulkan, dan amalannya pun akan dilipatgandakan pahalanya.” [HR. Al Baihaqi dlm Syu’abul Iman (3/1437)]

Hadits Lemah[2].


Hadits ke-3


لَوْ يَعْلَمُ الْعِبَادُ مَا فِي رَمَضَانَ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي أَنْ يَكُوْنَ السَّنَة كُلّهَا


“Kalau seandainya hamba-hamba itu tahu apa yang ada pada bulan Ramadhan (keutamaannya), maka niscaya umatku ini akan berangan-angan bahwa satu tahun itu adalah bulan Ramadhan seluruhnya.” [HR.Ibnu Khuzaimah III/190]

Hadits Palsu[3].


Hadits ke-4


مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النِّيْرَانِ


“Barangsiapa yang bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan niscaya Allah mengharamkan jasadnya dari neraka” [Disebutkan dlm Kitab Durratun Nashihin tanpa sanad]

Hadits Palsu[4].


Hadits ke-5


من فطر صائما على طعام وشراب من حلال صلت عليه الملائكة في ساعات شهر رمضان وصلى عليه جبرائيل ليلة القدر


“Barangsiapa memberi hidangan berbuka puasa dengan makanan dan minuman yang halal, para malaikat bershalawat kepadanya selama bulan Ramadhan dan Jibril bershalawat kepadanya di malam lailatul qadar.” [HR. Ibnu Hibban dlm Al Majruhin I/300, Al Baihaqi di Syu’abul Iman III/1441]

Hadits Lemah [5].

nb: Yang benar, orang yang memberikan hidangan berbuka puasa akan mendapatkan pahala puasa orang yg diberi hidangan tadi, berdasarkan hadits: “Siapa saja yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” [HR. At Tirmidzi no.807, ia berkata: “Hasan shahih”]


Hadits ke-6


Hadits ttg doa berbuka puasa yang tersebar dimasyarakat dengan lafadz:


اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين


Allahu“Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, atas rezeki-Mu aku berbuka, aku memohon Rahmat-Mu wahai Dzat yang Maha Penyayang.”

Hadits ini tidak terdapat di kitab hadits manapun. Atau dengan kata lain, ini adalah hadits palsu[6] . Sedangkan pada do’a yg tidak mengandung lafadz ‘wabika aamantu’ pada do’a di atas, maka sanadnya berkisar antara lemah/lemah sekali.

nb: doa berbuka puasa yg benar, terdapat dalam hadits:

“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka puasa membaca doa:

ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله

(Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah) ‘Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya Allah” [HR. Abu Daud 2357, Ad Daruquthni II/401]


Hadits ke-7


رجب شهر الله ، وشعبان شهري ، ورمضان شهر أمتي


“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.” [HR. Ad-Dailami, Ibnu Asakir di Mu’jam Asy Syuyukh I/186]

Hadits Palsu[7]


Hadits ke-8


يا أيها الناس انه قد أظلكم شهر عظيم شهر مبارك فيه ليلة خير من ألف شهر فرض الله صيامه وجعل قيام ليله تطوعا فمن تطوع فيه بخصلة من الخير كان كمن أدّى فريضة فما سواه … وهو شهر أوله رحمة وأوسطه مغفرة وآخره عتق من النار


“Wahai sekalian manusia, sungguh hampir datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh barakah, di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, Allah wajibkan untuk berpuasa pada bulan ini, dan Allah jadikan shalat pada malam harinya sebagai amalan yang sunnah, barangsiapa yang dengan rela melakukan kebajikan pada bulan itu, maka dia seperti menunaikan kewajiban pada selain bulan tersebut …, dan dia merupakan bulan yang awalnya adalah kasih sayang, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.” [HR.Ibnu Khuzaimah III/191, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman III/305]

Hadits ini adalah hadits Munkar(Lemah)[8].


nb: Yang benar, di seluruh waktu di bulan Ramadhan terdapat rahmah, seluruhnya terdapat ampunan Allah dan seluruhnya terdapat kesempatan bagi seorang mukmin untuk terbebas dari api neraka, tidak hanya sepertiganya. Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini adalah:“Orang yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari no.38, Muslim, no.760]. Dalam hadits ini, disebutkan bahwa ampunan Allah tidak dibatasi hanya pada pertengahan Ramadhan saja.


Hadits ke-9


أن شهر رمضان متعلق بين السماء والأرض لا يرفع إلا بزكاة الفطر


“Bulan Ramadhan bergantung di antara langit dan bumi. Tidak ada yang dapat mengangkatnya kecuali zakat fithri.”

[Diriwayatkan oleh Al Mundziri di At Targhib Wat Tarhib II/157, Ibnu Syahin dlm at-Targhib]

Hadits Lemah[9]


Hadits ke-10


“Ketika Rasullullah sedang berkhutbah pada Shalat Jum’at (dalam bulan Sya’ban), beliau mengatakan Amin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan Amin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Amin. Tapi para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Amin sampai 3 kali. Ketika selesai shalat Jum’at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan: “ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, hai Rasullullah Amin-kan do’a ku ini,” jawab Rasullullah.

Do’a Malaikat Jibril adalah: “Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:

1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);

2) Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri;

3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.”

Hadits ini adalah hadits Palsu, tidak ada asal-usulnya. bahkan teks arabnya pun tidak ditemukan[10]. kemungkinan baru keluar tahun kemarin.

nb: yang benar, Islam mengajarkan untuk meminta maaf jika berbuat kesalahan kepada orang lain. Adapun meminta maaf tanpa sebab dan dilakukan kepada semua orang yang ditemui, tidak pernah diajarkan oleh Islam.

Demikian yg dapat saya share ke teman2, semoga kita dapat -senantiasa- beragama berdasarkan dalil2 yg shahih, dan terhindar dari penyimpangan akibat menggunakan dalil yg lemah maupun palsu. Semoga beranfaat

wallahul muwaffiq..


__________________________________________________ __

footnote:

[1]Sebagaimana dikatakan oleh Al Hafidz Al Iraqi di Takhrijul Ihya (3/108), juga Al Albani di Silsilah Adh Dha’ifah (253). Bahkan Ash Shaghani agak berlebihan mengatakan hadits ini maudhu (palsu) dalamMaudhu’at Ash Shaghani (51).

[2]sebagaimana dikatakan Al Hafidz Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya (1/310). Al Albani juga mendhaifkan hadits ini dalam Silsilah Adh Dha’ifah (4696).

[3]Di dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama Jarir bin Ayyub. Ibnul Jauzi dalam kitabnya Al-Maudhu’at [II/103] dan juga Asy-Syaukani dalam Al-Fawa’id Al-Majmu’ah [hal. 74] menghukumi dia (Jarir bin Ayyub) adalah perawi yang suka memalsukan hadits -yakni pendusta-. Lihat Lisanul Mizan [II/302] karya Ibnu Hajar.

[4]Hadits Laa Ashlalahu /tidak ada asal-usulnya (Lebih parah dari hadits palsu).

[5]sebagaimana dikatakan Al Hafidz Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya (1/310). Al Albani juga mendhaifkan hadits ini dalam Silsilah Adh Dha’ifah (4696).

[6]Sebagaimana dikatakan oleh Al Mulla Ali Al Qaari dalam kitab Mirqatul Mafatih Syarh Misykatul Mashabih.


[7]Sebagaimana dikatakan oleh Adz Dzahabi di Tartibul Maudhu’at (162, 183), Ash Shaghani dalam Al Maudhu’at (72), Ibnul Qayyim dalam Al Manaarul Munif (76), Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Tabyinul Ujab (20).

[8]Lihat Lisanul Mizan [II/169] karya Ibnu Hajar, As-Siyar [V/207] karya Adz-Dzahabi, dan As-Silsilah Adh-Dha’ifah [II/262] karya Asy-Syaikh Al-Albani.

[9]Lihat Dhaif At Targhib (664), dan Silsilah Ahadits Dhaifah (43) Syaikh al-Albaniy.

[10]‘Hadits ini merupakan hadits yg dipelesetkan lafadznya dari hadits shahih yg diriwayat Ibnu Khuzaimah III/192, Ahmad II/246&254, dengan lafadz hadits yg benar: “Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua)’, maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Allah melaknat seorang hambar yang tidak bershalawat ketika disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin”.

sumber

Delapan Penyakit Pengusaha

berikut ini delapan penyakit pengusaha. Penyakit ini juga bisa menyerang siapa saja, tetapi pada artikel ini saya khusukan pembahasan pada pengusaha dan calon pengusaha.

1. Cemas [al-hamm]
Yaitu kekhawatiran akan terjadinya hal yang tidak disukai di masa sekarang atau yang akan datang. Seorang pengusaha tentu berangkat dari niat yang kuat untuk memulai usaha dan dengan harapan yang kuat bisa memperoleh keuntungan dari hasil usahanya. Dengan rasa optimis, maka usaha akan lebih besar dan respon terhadap masalah akan lebih terukur. Tetapi bila rasa cemas berlebihan, maka bisa menimbulkan rasa minder, pikiran buntu, dan tidak bisa menatap peluang-peluang yang ada di depan mata.

Sebagai pengusaha pemula kadang kita cemas dan khawatir, jangan-jangan produk kita tidak laku, jangan-jangan rugi, dan kekhawatiran lainnya. Kecemasan akan jalannya usaha di masa akan datang bisa saja membuat pengusaha menjadi down, apalagi bagi penguasaha pemula, bisa-bisa dia mutung, tidak semangat menjalankan usaha, bahkan menutup usahanya sama sekali.

Seorang calon pengusaha harus optimis menatap ke depan yang cerah, penuh harapan bahwa usahanya akan berhasil, meluruskan niat dan melakukan semua proses dengan baik.

2. Sedih [al-hazn]
yaitu penyesalan dan duka cita atas apa yang terjadi di masa lalu. Cotohnya saja bila seorang penguasaha mengalami kerugian pada hari sebelumnya, maka hal tersebut bisa mempengaruhi pikirannya dan membuatnya trauma. Kesedihan tentu tidak bisa dihindari, akan tetapi bila berlarut-larut maka bias merusak jalannya usaha yang dirintis.

Oleh sebab itu, seorang pengusaha harus segera bangkit dari kesedihan dan menyiapkan mental untuk bangkit dan memperbaiki usahanya.. Dalam kondisi apapun, berusaha menghapus kesediah, yakin dan bersangka baik kepada Allah bahwa apa yang terjadi kemarin, mungin untuk membuat kita bertambah pengalaman dan bertambah kuat menghadapi segala masalah yang mungkin akan dating lebih besar.

3. Lemah [al-‘ajz]
Baik lemah pikiran dan lemah fisik. Lemah pikiran dalam arti tidak punya ide-ide kreatif yang bisa mengembangkan usahanya, juga lemah dalam arti tidak punya keahlian dan ketrampilan untuk menjalankan usahanya, sehingga cepat putus asa dan berhenti dari proses berusaha.

Biasanya pengusaha pemula mempunyai ide-ide yang kreatif, dan energi yang besar ketika memulai usaha. Tetapi ketika mulai mendapatkan rintangan di jalan, mereka kehilangan ide-ide itu dan kehilangan energi untuk menghadapinya. Oleh sebab itu perlu ada support dari orang terdekat, mentor, atau teman sesama pengusaha yang telah merasakan jatuh-bangun dalam menjalankan usahanya.

Terus belajar, terus mencari pengalaman, berbagi pengetahuan dengan sesama pengusaha, atau membaca kisah-kisah sukses para pengusaha, bisa jadi mengikis kelemahan, sehingga lama-kelaman punya ide-ide yang kreatif dan aplikatif, serta trampil dalam menjalankan usaha.

4. Malas [al-kasal]
Yaitu rasa enggan untuk melakukan suatu usaha padahal mampu melakukannya. Malas berkaitan dengan motivasi seseorang. Malas bisa terjadi karena menganggap suatu pekerjaan terlalu mudah, atau menganggapnya terlalu sulit. Bila kita menganggap suatu pekerjaan mudah, maka kita akan menunda-nundanya, dengan alasan bahwa dengan mudah kita bisa menyelesaikannnya dengan cepat. Sebaliknya jika menganggap suatu pekerjaan terlalu sulit, maka kita akan merasa terbebani untuk melaksanakannya dan menganggap bahwa dirinya tidak sanggup melakukannya.

Seorang pengusaha harus memiliki sifat rajin, tekun, giat dalam menjalankan usahanya. Kalau sudah malas melakukan suatu pekerjaan, lalu apalagi yang bisa diharapkan? Hanya merenung, menghayalkan kekayaan, rumah megah, mobil mewah, tapi tidak mau berusaha, maka tidak ada yang didapatnya.

5. Takut [al-jubn]
Rasa takut memulai seringkali muncul pada orang yang hendak memulai usaha. Keadaan seseorang mempengaruhi hal ini. Seseorang yang sudah hidup dalam kemapanan, akan takut untuk memulai usaha, takut kehilangan potensi pemasukan finansial. Seorang pekerja kantoran yang menerima gaji bulanan, akan berat meninggalkan pekerjaannya untuk memulai usaha. Kemapanan yang selama ini dirasakan, sulit untuk dilepaskan, sedangkan memulai usaha membutuhkan waktu dan kesabaran untuk berkembang. Belum lagi takut resiko kerugian.

Ketakutan juga bisa terjadi pada orang yang sudah menjalankan usahanya. Takut membuat ide-ide baru, takut mengambil keputusan untuk perusahaan, takut bersaing dan lailn-lain.

Seorang pengusaha harus berani dan tegas mengambil keputusan, berani membuat ide-ide kreatif yang bisa memajukan usahanya.

6. Bakhil
Seorang pengusaha tentu menjalankan usahanya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Salah satu tujuan berwirausaha adalah agar mempunyai pemasukan finansial yang lebih besar. Tetapi apabila harta sudah terkumpul, maka harus ditunaikan hak-hak dan kewajibannya. Seperti zakat, sedekah dan lain-lain.

Selain bakhil secara materi, bisa juga berarti bakhil atas ide-ide usaha yang dijalankannya. Bila memang sudah sukses, apa salahnya jika berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan para pengusaha pemula, bagaimana tips dan trik menjalankan usaha agar bisa sukses.

Walaupun sekarang telah banyak buku-buku tentang wirausaha dijual di toko-toko buku, ada baiknya kita berbagi langsung dengan orang lain agar kesuksesan juga bisa dinikmati orang banyak. Lagian, dengan berbagi, ilmu tdak akan berkurang.

7. Lilitan Hutang [dhala’i ad-dain]
Musuh lain pengusaha adalah hutang. Memulai usaha tentu butuh banyak modal. Lalu bagaimana mendapatkan modal itu? Beberapa calon pengusaha berani mengambil resiko dengan berhutang dulu untuk modal usahanya. Berhutang tentu boleh saja, asalkan kita punya kemampuan untuk membayarnya. Tetapi, lebih baik apabila modal usaha dari kantong sendiri, sehingga segala resiko di masa mendatang ditanggung sendiri tanpa ada tekanan dari orang lain yang mengejar-ngejar kita karena punya hutang.

Kadang hutang juga menghalangi kita untuk menjalankan usaha. Karena hutang, kita tergoda untuk kembali kerja kantoran, kerja ikut orang lain dan lain sebagainya, sehingga cita-cita untuk beriwarusaha gagal.

8. Dikuasai Orang Lain [ghalabat ar-rijaal]
Ketika kita memutuskan untuk berwirausaha, bukan berarti jalan mudah menanti kita. Kadang orang-orang terdekat kita yang justru menghalangi kita. Oran tua kita dengan keras menentang kita. Anak istri juga menentang kita. Bila kita berkeras menjalankan usaha. Tekanan-tekanan orang-orang tersebut bias menghalangi niat kita untuk memulai usaha. Apalagi bila orang diluar kita lebih dominan, maka niat usaha sulit untuk diwujudkan.

Bagi yang sudah menjalankan usaha, bisa juga mendapatkan tekanan dari orang lain. Seperti apabila kita mau mengambil keputusan, lalu ada orang lain yang berjasa kepada kita, berhutang budi padanya, kita sering mendapatkan hadiah darinya, sehingga kita segan untuk mengambil keputusan baik yang tidak sesuai dengan pemikiran dia. Ini juga jenis tekan dari orang lain.

Bila kita dibawah kekuasaan orang lain, maka kita tidak bisa membuat keputusan untuk diri sendir. Kita tidak punya kemerdekaan untuk menjalankan apa yang kita inginkan.


Oleh sebab itu, rasulullah mengajarkan sebuah doa kepada kita agar terhindar dari delapan penyakit tersebut. Doa tersebut adalah:

اللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن ، والعجز والكسل, والجبن والبخل ، وضلع الدين وغلبة الرجال.***
***البخاري 7 / 158 كان الرسول - صلى الله عليه وسلم - يكثر من هذا الدعاء ، انظر البخاري مع الفتح "11 / 173

"Allahumma inny a'udzu bika minal hammi wal hazani, wal ajzi wal kasali, wal jubni wal bukhli, wal dhola'id daini wa ghalabatir rijaal."

Artinya:
“Wahai Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari rasa cemas, sedih, lemah, malas, takut, bakhil, lilitan hutang dan dikuasai orang lain.”

(Al Bukhari, 7/158, Fathul Bari, 11/173)

Semoga kita bisa mengamalkan doa tersebut, dan semoga kita terhindar dari delapan sifat buruk yag telah dijabarkan di atas.

sumber

22.7.11

Al Qitthani wa Qirdun

Sehabis shalat isya aku melangkah menutup pintu rumah dan kemudian tak lupa kukunci kembali seperti sediakala. Walaupun malam belum begitu kelam, namun tindakan ini musti terus dilakukan oleh setiap penghuni rumah baik yang pulang atau yang akan pergi, baik itu malam maupun siang hari. Bukan apa-apa, bukan juga karena faktor keamanan rumah dan lingkungan sebenarnya, namun lebih pada keamanan salah satu penghuni istimewa, yang memang saat ini sudah berada dalam kondisi yang mengharuskan kami mengistimewakan beliau, ya..kanak-kanak dalam usia senja. Pertama-tama untuk gagang pintu, lalu sebuah pasak besi di bawahnya dan terakhir sebuah pasak yang terbuat dari kayu di bagian atasnya.

Saat sampai di pintu menuju dapur, kulihat Ama sepertinya masih sedang menyiapkan masakan. Di dapur yang sudah tampak lebih lega dan menyenangkan. Kuhampiri beliau yang ternyata sedang menggoreng kerupuk. Teman makan yang paling tepat untuk apapun masakan Ama.

"Ma, jadi Minggu ke Padang?tanyaku seraya mengambil kerupuk yang telah keluar dari pengorengan. Dalam dua hitungan kerupuk hilang dari pandangan.Ikut ..tidak Ya?

"Insyaallah jadi Is." jawab Ama.

"O iya..tadi pas bersih-bersih..Ama menemukan banyak buku. Namun sayang sudah banyak yang rusak. Jadi sebagian besar halamannya sudah jadi bubuk, jadi maaf Ama buang saja. Di laci lemari coklat sana ...ada beberapa yang kondisinya masih cukup baik. Coba kamu lihat."

Dalam hati aku bertanya, kira-kira buku apa yang beliau temukan. Ada banyak buku ternyata di laci terbawah meja coklat di dalam ruangan yang sudah jadi gudang ini. Kucoba melihat satu-persatu.

"Masyaallah Ma, ini buku pas nyantri dulu Ma..

"Alhamdulillah.ucapku dalam hati. Seolah-olah aku menemukan harta karun yang lama dipendam bumi.

Buku-buku ini kukira sudah sejak lama hilang. Padahal dulu sudah seisi rumah kutelusuri ternyata tertinggal di laci meja ini. Setelah kuingat ruangan ini memang pernah jadi kamar tidurku. Namun setelah aku melanjutkan pendidikan ke luar kota sana, kamar ini kemudian beralih fungsi menjadi gudang. Kebanyakan dari buku tersebut adalah kitab-kitab pada saat aku berada di saat awal mengenal bahasa arab dan mendalami Islam. Ada kitab nahwu matan jurumiah, kitab sharf mudah yang diasuh Ustadz Ade Sehabuddin, ada matan jurumiah, khulasoh nurul yaqin yang diasuh oleh Ustadz Abdurrahman, terjemahan tanqihul qaul dan ta'lim muta'lim karya Syaik Zarnuji yang diasuh oleh Ustadz Rahmat, hadits arbain karya Imam Nawawi, bahkan kitab muthala'ah pun masih ada.. Semua kenangan kembali begitu cepat dalam benakku, saat pertama datang ke kota santri kota Serambi Mekah. Saat-saat penuh antrian dengan sebagian berhamburan keluar kamar lari dari serangan fajar Ustadz Thohir , Ustadz Amir dan pada masa akhir Ustadz Ma'ruf.Aku senyum-senyum sendiri. Bagaimana kabar beliau semua saat ini? Bahkan pada rotan-rotan pun ada kerinduan tersendiri..h..h..

"Ngapain kamu senyum-senyum Is, ketemu tidak yang kamu inginkan?"

"Ada alhamdulillah,enggak ini cuman rindu sama kenangan saat masih di asrama. Saat masih berada dalam masa-masa keemasan.Ndak terasa sudah 10 tahun saja"

"Rindu lagi jadi santri Ma. Kapan ya bisa mondok lagi. ?

"Ya tinggal berkunjung saja kan. Memangnya kenapa?

"Bukan begitu, segan saja Ma kan sudah lama sekali."alasanku

"Mungkin sedikit yang bisa dikenal disana, ngak enak sendirian ...canggung saja."

Soal ketakutan juga banyak kenangan dan ceritanya. Salah satu yang berkesan yaitu takut kertas tajassus buat para pelangar bahasa wajib. Setelah shalat isya para "pemenang" akan diumumkan untuk menerima ganjaran akan kecintaanya pada bahasa daerah. Pada setengah tahun pertama bahasa Indonesia masih diperbolehkan. Setelah itu hanya bahasa Inggris dan Arab yang "halal" digunakan. Walaupun begitu masih saja ada yang kesulitan mengurangi kecintaan mereka akan bahasa Ibu mereka masing-masing.

Hadiah yang paling dihindari adalah hukuman rotan. Dikhususkan bagi pelanggar teritori dan perbatasan. Maksudnya buat para peloncat pagar yang tidak tahan melihat dunia luar. Bagi mereka ada banyak pilihan mulai rotan seukuran telunjuk sampai yang berdiameter seukuran kelingking. Tak terkecuali saya sendiri ternyata salah seorang penerima anugerah yang sering tak terduga ni'matnya (perih.red). Maklum darah pancaroba awal perubahan warna suara.

"Ma..aku ke atas dulu ya."

"Ya.. jangan lupa bilang sama Ihsan mengantar makan malam emak Ya."

"Yap..sahutku..seraya menyeru si bungsu saat menaiki tangga yang berbahan kayu.

Sesampai di kamar. Kubalik satu-persatu kitab yang kutemukan tadi. kucoba membaca kitab muthala'ah jilid 3 yang dulu diasuh oleh Ustadz Abdurrhaman, darsu mengenai hafalan bacaan dan cerita berbahasa arab. Waktu pulang ke asrama sebanding dengan seberapa cepat kita menghafal cerita. Mengapa harus cepat-cepat pulang? Karena saat itu adalah saat antri mandi sore sebelum waktu maghrib tiba. Tidak mau antri maka harus lekas kembali.Kucoba mengingat satu-persatu mufrodat yang masih tersisa di dalam kepala. Sudah banyak yang hilang namun paling tidak dapat kuulang saat membaca alquran dan terjemahan.

Sampai pada sebuah cerita menarik tentang Qiththani dan Qirdun yang dulu pernah dengan cepat kuhafal.

Satu kali,--begitu dalam buku itu,-- dua ekor kucing mendapatkan setukah sebungkah makanan. Agar pembagian terasa adil, mereka sepakat untuk membagi dua daging tersebut. Lantas kucingpun ingin bertahklim mengangkat monyet yang menjadi hakim pendapatan itu.

Tuan hakim, kata kucing, kami datang minta agar daging ini dibagi dua sehingga keadilan bisa tegak. “O begitu,” kata monyet. “Iyalah, tolonglah kami,”kata sang kucing.

Sang monyetpun,mengambil timbangan yang dua daun (seperti lambang kehakiman sekarang), lalu dia ambil makanan yang diamanahkan untuk dibagi dua itu.

Begitulah, awalnya dia potong makanan diletakkannya pada daun sebelah kanan,dan agar berimbang dia potong dan diletakkan pada daun sebelah kiri. Ketika salah satu daun timbangan berat sebelah, maka dia kurangi makanan di daun yang lainnya.Caranya dia kurangi dan yang lebihnya langsung dia makan.Konon,begitulah seterusnya, hingga akhirnya makanan yang akan dibagi dua itupun hampir habis masuk ke perut sang hakim.

Saatnya dia telah kenyang dan makanan pun hampir habis, barulah sang monyet memberikan apa yang tersisa dan menyebutnya itulah yang dapat diberi rata. “Inilah pembagian yang benar-benar rata buat kalian, dan ambillah ini untuk kalian manfaatkan masing-masing,” kata monyet.

Melihat keadaan itu, dua ekor kucing saling melirik bengong dan berlalu dengan kecewa kerena keadilan telah tertanam di perut sang hakim. Allah, Allah.—Itulah hakim, ketika salah menunjuk sang hakim jadi hakim. Taulah monyet tuan, lambang kerakusan dalam hidup yang tak pernah berkecukupan. Lihatlah monyet, ketika mulutnya telah penuh, perutnya penuh terisi, coba beri lagi, pasti tangannya akan terulur, penuh tangannya, kakinya juga masih bisa menerima.*(waspadamedan.com)

Tersentakku dari membaca dan merenungi jalan cerita, bulu-bulu halus berwarna abu-abu kehitaman dari seekor makhluk menggerayangi kakiku. Sontak aku beristighfar...terkejut campur geli...si abu rupanya...kucing rumahan yang tidak tahu sampaii kini siapa tuannya. Sudah hampir setengah tahun memilih bermukim di rumah ini bersama dengan yang rekan seprjuangannya yang berwarna jingga, adapaun makhluk yang satu ini lebih penyabar dibanding si abu...lebih senang menunggu daripada mengeong mengiba-iba minta makan

Spontan lalu kuberkata.."Jangan terlalu banyak mengadu soal perut lagi padaku Cing...Kami manusia tetaplah manusia tapi tingkah kami seringkali tak ubahnya seekor monyet...bahkan bisa lebih parah lagi...Berusaha lebih keraslah dulu...Lalu serahkan perkaramu pada Hakim Yang Maha Adil...Lalu syukuri apapun yang Dia putuskan untukmu..Bersyukurlah!!!

Kubangun dari pembaringan. Coba kita lihat apa yang ada untukmu malam ini. Tak ada daging... ikan bilis pun jadi..Ayo waktunya makan ....hari makin malam...