13.8.10

Manfaat ilmiah membaca al quran


Ini adalah kisah seorang kakek tua yang hidup bersama cucu satu-satunya. Sang kakek adalah seorang muslim yang taat, tiada har idalam hidupnya tanpa membaca Al-Quran. Si Cucu yang melihat betapa sang kakek begitu khidmat membaca Al-Quranpenuh dengan penghayatan, bertanya : "Kek...!! Mendengar kakek membacaAl-Quran, aku merasa hatiku sejuk sekali. Aku ingin sekali bisamemahaminya sebagaimana kakek. Tapi aku tidak mampu, adapun yang akupahami, aku lupakan secepat aku menutup buku"

Adakah manfaat-nya kita membaca AL-QURAN tanpa mengetahui ARTINYA?

Sang kakek seakan tidak menghiraukan pertanyaan cucunya yang masih muda itu. Dia malah mengajak cucunya itu keluar rumah.

Sang kakek mengambil sebuah ember kotor (bekas mengangkut tanah liat),lalu dilubangilah ember itu di bagian bawah dan samping-sampingnya,beberapa lubang.

Si Cucu dengan keheranan dan rasa penasaran ingin mengetahui apa yang hendak dilakukan oleh kakek kesayangannya itu.

"Anakku...! Bawalah ember ini ke sungai, kemudian bawalah kembali kemari dengan sudah terisi penuh air."

Si Cucu tentunya sadar, bahwa ember tersebut sudah bocor, maka mautidak mau dia harus berlari setelah mengisi ember tersebut dengan air.

Si Cucu pun menyanggupinya. Dan pergilah dia ke sungai untuk mengisiember tersebut dengan air, kemudian dia berusaha berlarisekencang-kencangnya agar setibanya di tempat kakeknya airnya masihpenuh.

Dia pun melakukannya dengan sungguh-sungguh. Tapi setibanya di tempatkakeknya, ternyata tidak sedikit pun air yang tersisa. Semua airnyahabis tertumpah sebelum tiba di tempat kakeknya.

Sang kakek sesekali menertawakannya. Dan berkata, "Kali ini kau harus berusaha berlari lebih cepat lagi. AYO KAMU PASTI BISA....!"

__________________________________________________ _____________________________________

Si Cucu pun berusaha lebih semangat lagi. Sampai akhirnya...!!! Denganterengah-engah dia berkata kepada kakeknya, "Kek...! Aku rasa inimustahil secepat apapun aku berlari, air tersebut akan lebih dulu habissebelum aku sampai disini. Jadi ini suatu hal yang percuma"

Dengan tersenyum sang kakek berkata, "Anakku kamu pikir semua ini percuma? Sekarang coba lihat ini.........."

Kakek menunjuk ke ember yang dipegang cucunya tersebut. Dan berkata,"Bukankah ember yang kau pegang tersebut sebelumnya kotor sekali?"

"Lihatlah sekarang, sudah menjadi ember yang bersih...! Luar dan dalam"

"Anakku hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Al-Quran. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membacanyalagi, kamu akan berubah, luar dandalam... Itu adalah karunia dari Allahdi dalam hidup kita."



Quote:

"Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang kuat ingatanatau hafalannya. Di antaranya, menyedikitkan makan, membiasakanmelaksanakan ibadah salat malam, dan membaca Alquran sambil melihatkepada mushaf". Selanjutnya ia berkata, "Tak ada lagi bacaan yang dapatmeningkatkan terhadap daya ingat dan memberikan ketenangan kepadaseseorang kecuali membaca Alqur'an".

Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di KlinikBesar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya denganmendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yangberbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yangsangat besar.

Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkalberbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakanorang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahlijiwa ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuanperalatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detakjantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik.Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruhbesar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhanpenyakit.

Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yangdilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitianyang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara padatahun 1984, disebutkan, Alquran terbukti mampu mendatangkan ketenangansampai 97% bagi mereka yang men dengarkannya.

Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitianMuhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objekpenelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arabdan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannyaadalah Alqur'an.

Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yaknimembacakan Alquran dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukandari Alqur'an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai65% ketika mendengarkan bacaan Alquran dan mendapatkan ketenangan hanya35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Alqur'an.

Alquran memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Haltersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam SeminarKonseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurutpenelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkanayat-ayat Alquran dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum danmenjadi lebih tenang.

Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kitamemiliki Alquran. Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannyamemberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jikamendengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ)dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang, bacaan Alquran lebih dari itu.Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan Alquran memengaruhi kecerdasanspiritual (SQ).Sumber: http://musiconlinecairo.multiply.com/

Mahabenar Allah yang telah berfirman, "Dan apabila dibacakan Alquran,simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapatrahmat"(Q.S. 7: 204).
Komentari · SukaTidak Suka · Bagikan

12.8.10

Antara Ayah, Anak dan Burung Gagak


Pada suatu petang seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka. Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran. Si ayah lalu menuding jari ke arah gagak sambil bertanya,
0“Nak, apakah benda itu?”
“Burung gagak”, jawab si anak.
Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu menjawab dengan sedikit kuat,
“Itu burung gagak, Ayah!”
Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama. Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,
“BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika.
Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal kepada si ayah,
“Itu gagak, Ayah.” Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah.
“Ayah!!! Saya tak tahu Ayah paham atau tidak. Tapi sudah 5 kali Ayah bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya katakan????
Itu burung gagak, burung gagak, Ayah…..”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Si ayah lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan. Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah diary lama.
“Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam diary ini,” pinta si Ayah. Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut. “Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya,
“Ayah, apa itu?”
Dan aku menjawab,
“Burung gagak.”
Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya.
“Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”
Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si Ayah yang kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara,
“Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang kesabaran serta marah.”
Lalu si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ayahnya memohon ampun atas apa yg telah ia perbuat.
PESAN:
Jagalah hati dan perasaan kedua orang tuamu, hormatilah mereka. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangimu di waktu kecil. Kita sudah banyak mempelajari tuntunan Islam apalagi berkenaan dengan berbakti kepada kedua orangtua.Tapi berapa banyak yang sudah dimengerti oleh kita apalagi diamalkan???
Ingat! ingat! Banyak ilmu bukanlah kunci masuk syurganya Allah.

Dulu Haram Kini Halal


Pada suatu ketika di zaman Nabi Muhammad SAW ada seorang pencuri yang hendak bertaubat, dia duduk di majelis Nabi Muhammad SAW dimana para sahabat berdesak-desakkan di Masjib Nabawi.Suatu ketika dia menangkap perkataan Nabi saw : "Barangsiapa meninggalkan sesuatu yang haram karena Allah,maka suatu ketika dia akan memperoleh yang Haram itu dalam keadaan halal".Sungguh dia tidak memahami maksudnya, apalagi ketika para sahabat mendiskusikanhal tersebut setelah majelis dengan tingkat keimanan dan pemahaman yang jauhdibawah sang pencuri merasa tersisihkan. Akhirnya malam pun semakin larut, sangpencuri lapar. Keluarlah dia dari Masjid demi melupakan rasa laparnya.

Di suatu gang tempat dia berjalan, dia mendapati suatu rumah yang pintunya agak terbuka. Dengan insting pencurinya yang tajam ia dapat melihat dalam gelap bahwa pintu itu tidakterkunci...dan timbullah peperangan dalam hatinya untuk mencuri atau tidak.Tidak, ia merasa tidak boleh mencuri lagi. Namun tiba-tiba timbul bisikan aneh: "Jika kamu tidak mencuri mungkin akan ada pencuri lainnya yang belum tentuseperti kamu". Menjadi berfikirlah dia, maka diputuskan dia hendakmemberitahukan/mengingatkan pemiliknya di dalam agar mengunci pintu rumahnya,karena sudah lewat tengah malam.



Dia hendak memberi salam namuntimbul kembali suara tadi : "Hei pemuda! bagaimana kalau ternyata di dalam adapencuri dan pintu ini ternyata adalah pencuri itu yang membuka, bila engkau mengucapsalam ... akan kagetlah dia dan bersembunyi, alangkah baiknya jika engkau masukdiam-diam dan memergoki dia dengan menangkap basahnya !"



Ah.. benar juga, pikirnya. Maka masuklah iadengan tanpa suara... Ruangan rumah tersebut agak luas, dilihatnya berkelilingada satu meja yang penuh makanan – timbul keinginannya untuk mencuri lagi,namun segera ia sadar – tidak, ia tidak boleh mencuri lagi. Masuklah ia dengan hati-hati, hehhh...syukurlah tidak ada pencuri berarti memang sang pemilik yang lalai menguncipintu. Sekarang tinggal memberitahukan kepada pemilik rumah tentangkelalaiannya, tiba-tiba terdengar suara mendengkur halus dari sudut ruang....Ahhternyata ada yang tidur mungkin sang pemilik dan sepertinya perempuan cantik. Tanpadia sadari kakinya melangkah mendekati tempat tidur, perasaannya berkecamuk, macam-macamyang ada dalam hatinya. Kecantikan, tidak lengkapnya busana tidur yang menutupsang wanita membuat timbul hasrat kotor dalam dirinya. Begitu besarnya hinggakeluar keringat dinginnya, seakan jelas ia mendengar jantungnya berdetakkencang didadanya, serta tak dia sangka ia sudah duduk mematung disampingtempat tidur...Tidak, aku tidak boleh melakukan ini aku ingin bertaubat dan tidakmau menambah dosa yang ada, tidakk !!



Segera ia memutar badannya untuk pergi. Akan ia ketuk dan beri salam dari luar sebagaimanatadi. Ketika akan menuju pintu keluar ia melalui meja makan tadi, tiba-tiba terdengar bunyi dalam perutnya...ia lapar.Timbullah suara aneh tadi : "Bagus hei pemuda yang baik, bagaimana ringankahsekarang perasaanmu setelah melawan hawa nafsu birahimu?"

Eh-eh, ya. Alhamdulillah ada rasabangga dalam hati ini dapat berbuat kebaikan dan niat perbuatan pemberitahuanini akan sangat terpuji. Pikir sang pemuda. Suara itu berkata: "Maka sudahsepatutnya engkau memperoleh ganjaran dari sang pemilik rumah atas niat baikmuitu, ambillah sedikit makanan untuk mengganjal perutmu agar tidak timbulperasaan dan keinginan mencuri lagi!!"



Berpikirlah dia merenungsebentar, patutkah ia berbuat begitu? "Hei – tiba2x ia tersadar serta berucapdalam hati – engkau dari tadi yang berbicara dan memberi nasihat kepadaku? Tapi nasihatmu itu telahmenjadikan aku menjadi tamu tidak diundang seperti ini, tidak.. aku tidak akanmendengarkan nasihatmu. Bila engkau Tuhan, tidak akan memberi nasihat sepertiini. Pasti engkau Syaithon....(hening).

Celaka aku, bila ada orang yangdi luar dan melihat perbuatanku .... aku harus keluar." Maka tergesa-gesa iakeluar rumah wanita tersebut, ketika tiba dihadapan pintu ia mengetuk keras danmengucap salam yang terdengar serak menakutkan. Semakin khawatir ia akansuaranya yang berubah, setelah itu tanpa memastikan pemiliknya mendengar atau tidak ia kembali menuju masjid dengan perasaan galau namun lega, karena tidakada orang yang memergoki dia melakukan apa yang disarankan suara aneh tadi.



Sesampai dimasjid, ia melihatNabi saw sedang berdiri sholat. Di sudut ruang ada seorang yang membaca alqur-aan dengan khusyu' sambil meneteskan air mata, di sudut-sudut terdapat para shahabat dan kaum shuffah tidur.Dingin sekali malam ini, lapar sekali perut ini teringat lagi ia akanpengalaman yang baru dia alami, bersyukur ia atas pertolongan Allah yangmenguatkan hatinya.

Tapi ... tidak di dengar bisikanAllah di hatinya, apakah Allah marah kepadaku? Lalu ia menghampiri sudut ruangmasjid duduk dekat pintu, dekat orang yang membaca al qur-an. Ditengahmelamunnya ia mendengar sayup namun jelas bait-bait ayat suci ...... Dan merekasemuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, laluberkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong:"Sesungguhnyakami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja Mereka menjawab:"Seandainya Allahmemberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu.Sama saja bagi kita apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kitatidak mempunyai tempat untuk melarikan diri". (QS. 14:21)



Dan berkatalah syaitan tatkalaperkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikankepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya.Sekali-kali tidak kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyerukamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri.Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapatmenolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku(dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapatsiksaan yang pedih. (QS. 14:22)



Bergetarlah hatinya mendengarperkataan Allah yang di dengarnya, berkatalah ia "Engkau berbicara kepadakukah,ya Allah?" Serasa lapang hatinya, semakin asyik dia mendengarkan bacaan suciitu, maka lupalah ia akan laparnya, segar rasanya badannya. Cukup lama iamendengarkan bacaan orang itu hingga tiba-tiba tersentak ia karena bacaan itudihentikan berganti dengan ucapan menjawab salam. Terlihat olehnya pula bahwa priaitu menjawab salam seseorang wanita dan seorang tua yang masuk langsung menuju tempat NabiMuhammad SAW sedang duduk berdzikir, dan wajah wanita itu ... adalah wajah wanitatadi !!!??? Timbul gelisah hatinya, apakah tadi ketika ia berada di ruangan itusang wanita pura-pura tidur dan melihat wajahnya? Ataukah ada orang yang diam-diam melihatnya, mungkinlaki-laki tua yang bersamanya adalah orang yang diam-diam memergokinya ketikaia keluar dan mengetuk pintu rumah itu? Ahh ... celaka, celaka. Namun gemetartubuhnya, tidak mampu ia menggerakkan anggota tubuhnya untuk bersembunyi ataupergi apalagi tampak olehnya pria yang tadi membaca al Qur-aan hendak tidur dantak lama pun mendengkur. Dan ia lihat mereka sudah berbicara dengan Nabi saw....

celaka, pikirnya panik !!

Hampir celentang jatuh ia ketikaterdengar suara Nabi Muhammad SAW. : "Hai Fulan, kemarilah !" Dengan perlahandan perasaan takut ia mendekat. Ia berusaha menyembunyikan wajahnya. Iamendengar sang perempuan masih berbicara kepada Nabi Muhammad SAW. katanya :"...benar ya Rosulullah, saya sangat takut pada saat itu saya bermimpi rumah saya kemasukan orang yang hendak mencuri, dia mendekati saya dan hendak memperkosa saya, ketika saya berontak ... ternyata itu hanya mimpi. Namun ketika sayamelihat sekelilingnya ternyata pintu rumah saya terbuka sebagaimana mimpi sayadan ada suara menyeramkan yang membuat saya takut. Maka segera saya menujurumah paman saya untuk meminta dicarikansuami buat saya, agar kejadian yang di mimpi saya tidak terjadi bila saya adasuami yang melindungi. Sehingga beliau mengajak saya menemui engkau disini agarmemilihkan calon suami untuk saya".



Nabi saw memandang kepada sipemuda bekas pencuri, lalu berkata : "Hai Fulan, karena tidak ada pria yangbangun kecuali engkau saat ini maka aku tawarkan padamu, maukah engkau menjadi suaminya?" Terkejut ia mendengaritu, cepat mengangguklah ia. Dan setelah sholat shubuh Nabi saw mengumumkan halini dan meminta para shahabat mengumpulkan dana untuk mengadakan pernikahan danpembayaran mas kawin si pemuda ini.

Setelah pernikahannya, tahulah iaakan arti perkataan Nabi Muhammad yang lalu :

"Barang siapa meninggalkan sesuatu yang haram karena Allah, maka suatu ketika dia akan memperoleh yang Haram itu dalam keadaan halal".

Source :blogs.myspace

11.8.10

Kisah Wanita Yang Selalu Berbicara Dengan Bahasa Al-Qur’an


Semoga Catatan ini bisa menjadi bahan Renungan Buat Kita Tentang Pentingnya menjaga Lidah Kita karena kelak semua yang keluar dari mulut kita akan dimintai pertangungjawaban

Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta’ala :
Saya berangkat menunaikan Haji ke Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam. Ketika saya berada disuatu sudut jalan, tiba-tiba saya melihat sesosok tubuh berpakaian yang dibuat dari bulu. Ia adalah seorang ibu yang sudah tua. Saya berhenti sejenak seraya mengucapkan salam untuknya. Terjadilah dialog dengannya beberapa saat.

Dalam dialog tersebut wanita tua itu , setiap kali menjawab pertanyaan Abdulah bin Mubarak, dijawab dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Abdullah : “Assalamu’alaikum warahma wabarakaatuh.”
Wanita tua : “Salaamun qoulan min robbi rohiim.” (QS. Yaasin : 58) (artinya : “Salam sebagai ucapan dari Tuhan Maha Kasih”)

Abdullah : “Semoga Allah merahmati anda, mengapa anda berada di tempat ini?”
Wanita tua : “Wa man yudhlilillahu fa la hadiyalahu.” (QS : Al-A’raf : 186 ) (“Barang siapa disesatkan Allah, maka tiada petunjuk baginya”)

Dengan jawaban ini, maka tahulah saya, bahwa ia tersesat jalan.

Abdullah : “Kemana anda hendak pergi?”
Wanita tua : “Subhanalladzi asra bi ‘abdihi lailan minal masjidil haraami ilal masjidil aqsa.” (QS. Al-Isra’ : 1) (“Maha suci Allah yang telah menjalankan hambanya di waktu malam dari masjid haram ke masjid aqsa”)

Dengan jawaban ini saya jadi mengerti bahwa ia sedang mengerjakan haji dan hendak menuju ke masjidil Aqsa.

Abdullah : “Sudah berapa lama anda berada di sini?”
Wanita tua : “Tsalatsa layaalin sawiyya” (QS. Maryam : 10) (“Selama tiga malam dalam keadaan sehat”)

Abdullah : “Apa yang anda makan selama dalam perjalanan?”
Wanita tua : “Huwa yut’imuni wa yasqiin.” (QS. As-syu’ara’ : 79) (“Dialah pemberi aku makan dan minum”)

Abdullah : “Dengan apa anda melakukan wudhu?”
Wanita tua : “Fa in lam tajidu maa-an fatayammamu sha’idan thoyyiban” (QS. Al-Maidah : 6) (“Bila tidak ada air bertayamum dengan tanah yang bersih”)

Abdulah : “Saya mempunyai sedikit makanan, apakah anda mau menikmatinya?”
Wanita tua : “Tsumma atimmus shiyaama ilallaiil.” (QS. Al-Baqarah : 187) (“Kemudian sempurnakanlah puasamu sampai malam”)
Abdullah : “Sekarang bukan bulan Ramadhan, mengapa anda berpuasa?”
Wanita tua : “Wa man tathawwa’a khairon fa innallaaha syaakirun ‘aliim.” (QS. Al-Baqarah : 158) (“Barang siapa melakukan sunnah lebih baik”)

Abdullah : “Bukankah diperbolehkan berbuka ketika musafir?”
Wanita tua : “Wa an tashuumuu khoirun lakum in kuntum ta’lamuun.” (QS. Al-Baqarah : 184) (“Dan jika kamu puasa itu lebih utama, jika kamu mengetahui”)

Abdullah : “Mengapa anda tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan saya?”
Wanita tua : “Maa yalfidhu min qoulin illa ladaihi roqiibun ‘atiid.” (QS. Qaf : 18) (“Tiada satu ucapan yang diucapkan, kecuali padanya ada Raqib Atid”)

Abdullah : “Anda termasuk jenis manusia yang manakah, hingga bersikap seperti itu?”
Wanita tua : “Wa la taqfu ma laisa bihi ilmun. Inna sam’a wal bashoro wal fuaada, kullu ulaaika kaana ‘anhu mas’ula.” (QS. Al-Isra’ : 36) (“Jangan kamu ikuti apa yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan dipertanggung jawabkan”)

Abdullah : “Saya telah berbuat salah, maafkan saya.”
Wanita tua : “Laa tastriiba ‘alaikumul yauum, yaghfirullahu lakum.” (QS.Yusuf : 92) (“Pada hari ini tidak ada cercaan untuk kamu, Allah telah mengampuni kamu”)

Abdullah : “Bolehkah saya mengangkatmu untuk naik ke atas untaku ini untuk melanjutkan perjalanan, karena anda akan menjumpai kafilah yang di depan.”
Wanita tua : “Wa maa taf’alu min khoirin ya’lamhullah.” (QS Al-Baqoroh : 197) (“Barang siapa mengerjakan suatu kebaikan, Allah mengetahuinya”)

Lalu wanita tua ini berpaling dari untaku, sambil berkata :

Wanita tua : “Qul lil mu’miniina yaghdudhu min abshoorihim.” (QS. An-Nur : 30) (“Katakanlah pada orang-orang mukminin tundukkan pandangan mereka”)

Maka saya pun memejamkan pandangan saya, sambil mempersilahkan ia mengendarai untaku. Tetapi tiba-tiba terdengar sobekan pakaiannya, karena unta itu terlalu tinggi baginya. Wanita itu berucap lagi.

Wanita tua : “Wa maa ashobakum min mushibatin fa bimaa kasabat aidiikum.” (QS. Asy-Syura’ 30) (“Apa saja yang menimpa kamu disebabkan perbuatanmu sendiri”)

Abdullah : “Sabarlah sebentar, saya akan mengikatnya terlebih dahulu.”
Wanita tua : “Fa fahhamnaaha sulaiman.” (QS. Anbiya’ 79) (“Maka kami telah memberi pemahaman pada nabi Sulaiman”)

Selesai mengikat unta itu saya pun mempersilahkan wanita tua itu naik.

Abdullah : “Silahkan naik sekarang.”
Wanita tua : “Subhaanalladzi sakhkhoro lana hadza wa ma kunna lahu muqriniin, wa inna ila robbinaa munqolibuun.” (QS. Az-Zukhruf : 13-14) (“Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini pada kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya kami akan kembali pada tuhan kami”)

Saya pun segera memegang tali unta itu dan melarikannya dengan sangat kencang. Wanita tua itu berkata lagi.

Wanita tua : “Waqshid fi masyika waghdud min shoutik” (QS. Lukman : 19) (“Sederhanakan jalanmu dan lunakkanlah suaramu”)

Lalu jalannya unta itu saya perlambat, sambil mendendangkan beberapa syair, Wanita tua itu berucap.

Wanita tua : “Faqraa-u maa tayassara minal qur’aan” (QS. Al- Muzammil : 20) (“Bacalah apa-apa yang mudah dari Al-Qur’an”)

Abdullah : “Sungguh anda telah diberi kebaikan yang banyak.”
Wanita tua : “Wa maa yadzdzakkaru illa uulul albaab.” (QS Al-Baqoroh : 269) (“Dan tidaklah mengingat Allah itu kecuali orang yang berilmu”)

Dalam perjalanan itu saya bertanya kepadanya.

Abdullah : “Apakah anda mempunyai suami?”
Wanita tua : “Laa tas-alu ‘an asy ya-a in tubda lakum tasu’kum” (QS. Al-Maidah : 101) (“Jangan kamu menanyakan sesuatu, jika itu akan menyusahkanmu”)

Ketika berjumpa dengan kafilah di depan kami, saya bertanya kepadanya.

Abdullah : “Adakah orang anda berada dalam kafilah itu?”
Wanita tua : “Al-maalu wal banuuna zinatul hayatid dunya.” (QS. Al-Kahfi : 46) (“Adapun harta dan anak-anak adalah perhiasan hidup di dunia”)

Baru saya mengerti bahwa ia juga mempunyai anak.

Abdullah : “Bagaimana keadaan mereka dalam perjalanan ini?”
Wanita tua : “Wa alaamatin wabin najmi hum yahtaduun” (QS. An-Nahl : 16) (“Dengan tanda bintang-bintang mereka mengetahui petunjuk”)

Dari jawaban ini dapat saya fahami bahwa mereka datang mengerjakan ibadah haji mengikuti beberapa petunjuk. Kemudian bersama wanita tua ini saya menuju perkemahan.

Abdullah : “Adakah orang yang akan kenal atau keluarga dalam kemah ini?”
Wanita tua : “Wattakhodzallahu ibrohima khalilan” (QS. An-Nisa’ : 125) (“Kami jadikan ibrahim itu sebagai yang dikasihi”) “Wakallamahu musa takliima” (QS. An-Nisa’ : 146) (“Dan Allah berkata-kata kepada Musa”) “Ya yahya khudil kitaaba biquwwah” (QS. Maryam : 12) (“Wahai Yahya pelajarilah alkitab itu sungguh-sungguh”)

Lalu saya memanggil nama-nama, ya Ibrahim, ya Musa, ya Yahya, maka keluarlah anak-anak muda yang bernama tersebut. Wajah mereka tampan dan ceria, seperti bulan yang baru muncul. Setelah tiga anak ini datang dan duduk dengan tenang maka berkatalah wanita itu.

Wanita tua : “Fab’atsu ahadaku bi warikikum hadzihi ilal madiinati falyandzur ayyuha azkaa tho’aaman fal ya’tikum bi rizkin minhu.” (QS. Al-Kahfi : 19) (“Maka suruhlah salah seorang dari kamu pergi ke kota dengan membawa uang perak ini, dan carilah makanan yang lebih baik agar ia membawa makanan itu untukmu”)

Maka salah seorang dari tiga anak ini pergi untuk membeli makanan, lalu menghidangkan di hadapanku, lalu perempuan tua itu berkata :

Wanita tua : “Kuluu wasyrobuu hanii’an bima aslaftum fil ayyamil kholiyah” (QS. Al-Haqqah : 24) (“Makan dan minumlah kamu dengan sedap, sebab amal-amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang telah lalu”)

Abdullah : “Makanlah kalian semuanya makanan ini. Aku belum akan memakannya sebelum kalian mengatakan padaku siapakah perempuan ini sebenarnya.”

Ketiga anak muda ini secara serempak berkata :

“Beliau adalah orang tua kami. Selama empat puluh tahun beliau hanya berbicara mempergunakan ayat-ayat Al-Qur’an, hanya karena khawatir salah bicara.”

Maha suci zat yang maha kuasa terhadap sesuatu yang dikehendakinya. Akhirnya saya pun berucap :

“Fadhluhu yu’tihi man yasyaa’ Wallaahu dzul fadhlil adhiim.” (QS. Al-Hadid : 21) (“Karunia Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendakinya, Allah adalah pemberi karunia yang besar”)

[Disarikan oleh: DHB Wicaksono, dari kitab Misi Suci Para Sufi, Sayyid Abubakar bin Muhammad Syatha, hal. 161-168] dari Situs Al-Muhajir

Shared By Catatan Catatan Islami

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya lalu dia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang dikerjakan oleh kedua tangannya Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya. (QS. 18:57)

7.8.10

Andai Engkau Tahu Siapa Aku Sebenarnya


Betapa seringnya kita merasa bangga ketika melihat begitu banyaknya orang yang membutuhkan kita. Saat kita menyaksikan orang-orang berkumpul di sekeliling kita, betapa bangganya jiwa ini. Padahal –kita sendiri menyadari bahwa- orang-orang itu sesungguhnya tidak mengetahui siapa dan bagaimana diri kita yang sesungguhnya. Dan yang membuat segalanya semakin parah –kita pun seperti selalu berusaha menampilkan berbagai bentuk dan rupa kepalsuan. Menampilkan kekhsyu’an padahal sesungguhnya tidak khusyu’. Berlagak seperti ahli dzikir, padahal hati selalu lalai mengingat Allah. Dan orang itu bukan siapa-siapa. Dialah kita.

Kaum shaleh terdahulu yang hampir tidak bisa diragukan lagi keshalehannya seringkali mengungkapkan kekhawatirannya akan dirinya sendiri. Bila kita meluangkan waktu untuk membaca jejak-jejak keshalehan mereka, rasanya kita sulit untuk mengerti mengapa mereka masih saja sangat khawatir amal mereka tidak diterima oleh Allah. Mengapa mereka masih saja selalu berperilaku seolah-olah merekalah para penghuni neraka. Jilatan dan kobaran api neraka seperti begitu dekat…

Padahal sesungguhnya bila kita mengerti, kita sama sekali tidak perlu heran. Itulah tanda utama kesalehan seorang hamba. Bila engkau selalu merasa khawatir amalmu tidak diterima, maka bersyukurlah. Sebab terlalu banyak manusia yang memandang Allah sebagai Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, namun lupa bahwa Ia juga Maha Perkasa dan Mahadahsyat siksaan-Nya. Saat ia tenggelam dalam kemaksiatan dan kedurhakaan, ia membayangkan bahwa Allah itu Maha Pengampun, dan lupa bahwa Ia tidak menyukai dan akan menghukum para pendurhaka. Dan –lagi-lagi- orang itu bukan siapa-siapa. Dia adalah kita sendiri.

Sepanjang sejarah memang selalu begitu yang terjadi. Semakin shaleh dan dekat seorang hamba dengan Allah, semakin takut dan khawatirlah ia bila cintanya ditolak oleh sang kekasih. Dan semakin durjana seorang makhluk, semakin optimislah ia bahwa kedurjanaannya itu pasti diampuni oleh Allah. Padahal ia tidak mengantongi secuil jaminan pun akan hal itu. Sangat jauh berbeda dengan shahabat-shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang jelas-jelas telah ‘mengantongi’ jaminan masuk surga. Anda tentu tahu siapa itu Abu Bakar Ash-Shiddiq, ‘Umar Al-Faruq dan ‘Utsman ibn ‘Affan. Mereka adalah beberapa sosok shahabat yang telah ‘mengantongi’ jaminan itu. Lalu bacalah perjalanan hidup mereka sesudah memperoleh jaminan surga itu. Tidak sekalipun mereka berleha-leha dalam beribadah. Jaminan itu justru semakin membuat mereka semakin meluap-luap untuk berjumpa dengan Rabb mereka. Duhai, alangkah pandirnya kita.

Suatu ketika, Jubair ibn Nufair mendengarkan do’a yang diucapkan oleh shahabat mulia Abu ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhum di akhir shalatnya. Anda tahu do’a apa yang beliau panjatkan? ‘Audzubillahi minan nifaq (Aku berlindung kepada Allah dari sifat munafik). Ya, seorang shahabat seperti Abu ad-Darda’ begitu takut terhadap kemunafikan. Itulah sebabnya, -masih menurut penuturan Jubair ibn Nufair- beliau mengulang-ulangi do’a itu.

“Duhai tuan, ada apa antara Anda dengan kemunafikan?” tanya Jubair kepadanya.
“Sudahlah, engkau tidak usah mencampurinya. Demi Allah! Sesungguhnya seseorang itu dapat berubah-ubah dan berbolak-balik agamanya dalam satu jam, hingga akhirnya agama itu tercabut darinya!” jawab Abu ad-Darda’.

Seorang ‘alim bernama Yusuf ibn Ahmad Asy-Syairazy mengisahkan tentang salah seorang gurunya yang dikenal dengan Abu Waqt. Sang guru ini dikenal sebagai salah satu ahli hadits yang telah melakukan pengembaraan panjang untuk menyelami hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia bahkan digelari sebagai ruhlah ad-dunya; sang pengembara dunia. Simaklah penuturan Yusuf Asy-Syairazy tentang guru yang satu ini:
“…Allah akhirnya menakdirkan aku bertemu dengan beliau di negeri bernama Kirman. Saat aku pertama berjumpa, kuucapkan salam kepadanya lalu aku mencium (kepala atau pundaknya). Kemudian aku duduk bersimpuh di hadapan beliau. Tidak lama kemudian, beliau bertanya padaku:

“Apa yang membuatmu datang ke negeri ini?”
Aku menjawab: “Engkaulah yang menjadi maksudku, tuanlah sandaranku setelah Allah Ta’ala. Aku telah menulis hadits-hadists yang engkau riwayatkan dengan penaku, namun aku tetap berusaha menemui tuan dengan kedua kakiku agar aku bisa mendapatkan keberkahan nafas-nafas tuan dan mendapat sanad tuan yang lebih tinggi.”
Beliau kemudian berkata: “Semoga Allah memberikan taufiq dan keridhoan kepadaku dan kepadamu. Semoga Ia menjadikan segala upaya kita adalah karena-Nya. Semoga Ia menjadikan tujuan kita hanyalah pada-Nya. Duhai, seandainya saja engkau mengetahui aku dengan sebenar-benarnya, niscaya engkau tidak akan mau mengucapkan salam padaku. Niscaya engkau tidak akan sudi duduk di hadapanku…”

Beliau kemudian menangis. Lama sekali. Hingga membuat semua yang hadir pun turut menangis. Lalu beliau melanjutkan ucapannya, “Ya Allah! Tutupilah aib-aib kami dengan perlindungan-Mu Yang Mahaindah, dan jadikanlah apa yang ada di bawah perlindungan-Mu itu sesuatu yang Engkau ridhai untuk kami…”.

Itulah yang dikatakan oleh sang ‘alim pengembara dunia itu. Lalu apakah gerangan yang patut kita ucapkan dengan segala kelalaian kita? Katakanlah kepada siapapun yang mencoba mengagumi dan memuji kita: “Saudaraku, andai engkau tahu siapa aku sebenarnya…”. Lalu tangisilah diri sendiri.